Cucur merupakan penganan khas orang Muna maupun Buton yang berbentuk lingkaran. Ukurannya kurang lebih telapak tangan orang dewasa (tak termasuk jari yah). Kue ini biasanya wajib hadir dalam acara-acara keluarga maupun upacara adat. Selain nama "Cucur", masyarakat Muna juga menyebutnya "Susuru", sebuah kata yang mengikuti kaidah bahasa Muna. Ketika acara seperti "Haroa" atau yang dikenal dengan istilah "Baca-Baca", hidangan Cucur akan berdampingan dengan kuliner tradisional lainnya. Dalam satu nampan haroa yang ditutupi tudung saji, kue cucur akan "sepanggung" bersama Sirikaya, Waje, sanggara (Pisang Goreng), Lapa-Lapa, Ayam Parende, dan aneka makanan tradisional lainnya. Bahan aslinya sebenarnya hanya terdiri dari tepung beras dan gula merah. Untuk memenuhi selera ada yang menambahkannya dengan sedikit gula pasir dan santan kelapa. Pembuatnya juga biasanya menggunakan jenis beras dolog, bukan beras kepala atau beras mahal lainnya. Alasannya, sederhana karena beras dolog yang teksturnya mudah hancur akan menghasilkan kue cucur yang renyah. Bahan lainnya yang diperlukan adalah minyak untuk menggoreng, akan lebih baik jika pakai minyak kelapa buatan masyarakat sendiri agar bau cucur yang dihasilkan lebih wangi. Peralatan yang dibutuhkan tentu saja kompor dengan nyala api sedang, kuali penggorengan, dan cangkir ukuran sedang. Sebagai langkah awal, tepung beras dicampur gula merah yang sudah dihancurkan (seperti tepung). Takarannya, tentu saja volume tepung beras harus dua kali lebih banyak atau lebih, pokoknya sesuai selera. Setelah tepung beras dan gula merah tercampur rata, tambahkan air secukupnya (atau bisa juga santan) lalu aduk hingga kental. Adonan haruslah kental, tidak boleh cair agar ketika digoreng kue cucur bisa terbentuk lingkaran sempurna dan tidak meluber. Takaran setiap kali penggorengan adalah segelas cangkir. Tuangkan adonan yang ada di cangkir ke kuali berisi minyak yang sudah panas. Minyak tidak boleh terlalu banyak, secukupnya saja dengan ukuran agar adonan tak terlalu tenggelam dalam minyak. Jika adonannya bagus maka cucur akan terbentuk sempurna. Gerigi rapi di setiap sisi lingkaran cucur terbentuk oleh didihan minyak di sisi-sisi adonan cucur. Adonan yang baik biasanya akan meletus kecil di dalam penggorengan. Jika tidak meletus biasanya di bagian tengah cucur di tusukkan lidi agar matangnya sampai ke bagian tengah adonan. Jika dirasa sudah masak, cucur bisa diangkat dan siap dihidangkan. Cucur akan lebih nikmat disantap saat masih hangat, usai diangkat dari kuali. Namun itu tergantung selera masing-masing. Rasanya unik dari perpaduan yang pas antara gula merah dan tepung beras, apalagi ditambah santan. Selain disantap saat acara Haroa, ada juga yang menyantapnya dengan segelas teh di pagi hari. Karena rasanya yang manis, kue cucur juga bisa jadi sajian Dessert (hidangan penutup) untuk acara makan siang atau makan malam. Tak jarang penganan tradisional ini dijadikan buah tangan/oleh-oleh bagi yang berkunjung ke Muna maupun Buton. Dengan tempat penyimpanan yang tepat, kue Cucur dapat bertahan selama beberapa hari bagi yang dalam perjalanan jauh. Kalau dijadikan oleh-oleh ada baiknya sebelum dimakan dipanasi terlebih dahulu di panci dandang. Sertakan daun pepaya di dalam panci, tepat di samping atau jadi pengalas cucur yang akan dipanasi. Cara ini akan membuat tekstur cucur lebih renyah. Lalu disantap dalam keadaan hangat. SUMBER : http://jendelasultra.blogspot.com/2017/04/cucur-kuliner-khas-tradisional-muna.html?m=1
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja