" Amerta: jurnal penelitian dan pengembangan arkeologi vol. 35, no. 2, Desember 2017 Alink, Gerrit and Adhityatama, Shinatria and Simanjuntak, Truman and Suryatman, Suryatman and Hakim, Budianto and Harris, Afdalah and Ono, Rintaro and Aziz, Fadhila Arifin and Oktaviana, Adhi Agus and Ririmase, Marlon and Iriyanto, Nurachman and Zesse, Irwansyah B and Tanaka, Kazuhiko and Santiko, Hariani and Ardiwidjaja, Roby (2017) Amerta: jurnal penelitian dan pengembangan arkeologi vol. 35, no. 2, Desember 2017. Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Jakarta, pp. 75-148. ISBN 25498908 [img] Text Amerta volume 35 nomor 2.pdf Download (15MB) | Preview Abstract AMERTA, Jurnal Penelitian dan Pengembangan Arkeologi merupakan sarana publikasi dan informasi hasil penelitian dan pengembangan di bidang arkeologi dan ilmu terkait. Jurnal ini menyajikan artikel orisinal, tentang pengetahuan dan informasi hasil penelitian atau aplikasi hasil penelitian dan pengembangan terkini dalam bidang arkeo...
" Jurnal Arkeologi Siddhayatra Vol.20 No.2 Tahun 2015 Ali, M. Mudjib and Sani, Amilda and Fauzi, M. Ruly and Indriastuti, Kristantina and Prasetyo, Sigit Eko and Fahrozi, M. Nofri (2015) Jurnal Arkeologi Siddhayatra Vol.20 No.2 Tahun 2015. Jurnal Arkeologi Siddhayatra, 20 (2). Balai Arkeologi Palembang, Palembang. ISBN 0853-9030 [img] Text Sidhayatra vol 20 no 2 nov 2015.pdf Download (6MB) | Preview Official URL: http://siddhayatra.kemdikbud.go.id Abstract Jurnal Jurnal terbitan bulan November ini terdiri dari enam tulisan, yang berdasarkan kronologi data yang digunakan berasal dari masa prasejarah sampai masa kolonial. Adapun topik yang ditulis juga menampilkan variasi yang berbeda, yaitu berkaitan dengan permukiman, studi gender, teknologi dan metode penelitian arkeologi. Tulisan-tulisan ini antara lain arkeologi Makam Sultan Muhammad Ali Ternate di Maluku Utara, Perempuan dan tradisi ziatah makam, penggunaan total station dalam perekaman data arkeologi di Indonesi...
" Hasil pemugaran Dan temuan benda cagar budaya Pembangunan Jangka Panjang Pertama (PJP I) Anom, I.G.N and Sugiyanti, Sri and Hasibuan, Hadniwati and Dewi, Puswa and Ernawati, Ernawati and Sumono, Hardini and Supriyatun, Rini and Ismijono, Ismijono (1996) Hasil pemugaran Dan temuan benda cagar budaya Pembangunan Jangka Panjang Pertama (PJP I). Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Peninggal Sejarah dan Purbakala, Jakarta. [img] Text HASIL PEMUGARAN DAN TEMUAN BENDA CAGAR BUDAYA PJP I.pdf - Published Version Download (95MB) | Preview Official URL: http://pustaka.kebudayaan.kemdikbud.go.id/index.ph ... Abstract Pelestarian benda cagar budaya meliputi pelestarian terhadap nilai dan fisiknya. Upaya pelestarian yang telah dilakukan pada benda cagar budaya tidak bergerak yang bersifat monumental diJaksamkan deogan cara pemugaran. sedangkan untuk benda cagar budaya bergerak yang berupa temuan, usaba pelestariannya dilakukan dengan cara pemilikan oleh Negara melalui ganti rug...
" Album peninggalan sejarah dan purbakala Anom, I.G.N and Kusman, Tjepi and Sugiyanti, Sri and Budijanto, R and Mrantasi, Tri (1991) Album peninggalan sejarah dan purbakala. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta. [img] Text ALBUM PENINGGALAN SEJARAH DAN PURBAKALA.pdf Download (96MB) | Preview Official URL: http://pustaka.kebudayaan.kemdikbud.go.id/index.ph ... Abstract Pembangunan di bidang peninggalan sejarah dan purbakala adalah salah satu bagian dari pembangunan kebudayaan yang merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Berdasarkan hal ini jelaslah bahwa kita berkewajiban untuk menyampaikan informasi tentang masa lampau kepada masyarakat luas dengan melalui suatu penerbitan. Selain itu penerbitan ini bertujuan pula sebagai sarana pembinaan dan pengembangan nilai-nilai luhur budaya bangsa serta memupuk kepribadian bangsa juga membina ketahanan nasional. Dalam tahun 1990/1991 Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala me...
Tarian ini diciptakan I Ketut Merdana di desa Kedisan, Buleleng pada tahun 1960. Sesuai namanya, gerakan yang dihadirkan diadopsi dari gerakan-gerakan nelayan Bali dalam menjalankan aktivitas menangkap ikan. Tarian Nelayan setidaknya melibatkan satu penari laki-laki dan dua penari perempuan. Mereka menari membawakan gerakan seperti mendayung, menebar jala dan lain sebagainya. Semua gerakan yang tersaji lebih menggambarkan kerjasama nelayan dalam mencari ikan. Dalam hal tata busana, penari laki-laki menggunakan udeng atau ikat kepala, rumbing, badong, sabuk lilit, apok-apok, kamen atau jarik dan celana. Dipakai juga gelang kane dan klat bahu. Sementara itu, untuk busana penari perempuannya menggunakan lelunaan sebagai ciri khas wanita Bali di jaman dulu. Selain itu, mereka juga mengenakan angkin, sabuk lilit, serta jarik dengan riasan cantik. Pementasan Tarian Nelayan ini biasanya diiringi oleh Gong Kebyar. Salah satu dari ensambel gamelan Bali yang juga terlahir di Kabupaten...
Nasi séla merupakan kuliner khas dari Kabupaten Karangasem. Nasi séla adalah makanan yang berisi campuran nasi putih dan ubi yang sudah di potong kecil-kecil. Pada tahun 1970-an Nasi Séla sempet populer dan menjadi makanan pokok masyarakat setempat karena pada saat itu beras sangat langka di Bali, hal tersebut menyebabkan séla (ketela/ubi) menjadi alternatif bahan campuran nasi, gaplek atau bahan makanan lain untuk menambah energi. Saat ini nasi séla telah mengalami banyak variasi, dimana biasanya nasi sela di campur dengan jukut (sayur) bejek, ada grago (udang kecil kecil), kacang tanah, jukut atau sayur bejek bumbu kalas (santan, daging, base gede) sambal bongkot, dan ayam betutu yang disuwir. Selain varian tersebut nasi sela juga dicampur dengan lauk ayam betutu, sate kulit ayam, pindang tongkol, urab sayur kacang panjang berisi timun dan kacang merah, , pesan celengis, sambel matah, dan sambal teri. Salah satu yang masih melestarikan nasi sela adalah Nengah Sukerti. Mantan a...
Di Desa Kediri, Kecamatan Kediri di Kabupaten Tabanan, selama ini telah berhasil melestarikan dan mengembangkan kesenian Okokan, terbukti oleh antusias masyarakat Kediri dalam mementaskan okokan, sehingga bisa menjadi salah satu ciri / ikon Desa Kediri. Tradisi Okokan dilaksanakan warga Tabanan, khususnya Banjar Delod Puri, Desa Kediri, Tabanan. Okokan merupakan kalung (keroncong) dari kayu yang biasanya digantungkan dileher sapi sebagai kebanggaan. Okokan yang kecil dibuat super jumbo ukuran 90 cm malahan ada yang lebih besar. Okokan jika di goyang mengeluarkan suara yang keras dan bergemuruh jika dimainkan secara beramai-ramai. Secara tertulis memang belum ada prasasti atau lontar yang menuliskan mengenai sejarah tradisi Okokan ini. Namun, masyarakat setempat sudah mempercayai secara turun temurun bahwa tradisi ini sudah ada sejak tahun 1960. Ketika itu, warga Desa Kediri terkena serangan penyakit atau disebut kabrebehan (malapetaka). Kabrebehan ini menyerang warga dari segala usi...
Tradisi unik yang berlokasi pada desa puluk-puluk, kecamatan penebel, kabupaten tabanan yaitu “tradisi tarian sang hyang sampat”. Di mana pada saat menjelang panen, tepatnya pada musim tanam padi taun atau padi Bali, maka akan digelar nedunang Sang Hyang Sampat yang sudah menjadi tradisi turun menurun di Desa Pakraman Puluk Puluk, dilaksanakan dalam waktu kalender digelar setiap satu tahun sekali sebelum Ngusabe Gede di Pura Bedugul. Tradisi Tarian Sang Hyang Sampat tujuannya untuk Nangkluk Merana, melindungi tanaman padi para petani dari serangan hama dan penyakit. Prosesi Sang Hyang Sampat sendiri digelar selama tiga hari berturut dengan upacara yang dipusatkan di Pura Bale Agung Desa Pakraman Puluk Puluk. Terdapat dua Sang Hyang Sampat yang memang malinggih di Pura Bale Agung Desa Pakraman Puluk Puluk yang terdiri dari Sang Hyang Sampat Lanang (laki-laki) dan Sang Hyang Sampat Istri (perempuan). Lidi dari Sang Hyang Sampat pun bukan lidi sembarangan, melainkan lidi Ron dan lidi...
Di Banjar Pohgending, Desa Pitra, Kecamatan Penebel, Tabanan terdapat tradisi yang bernama ” Siat Sambuk “. Siat Sambuk (Perang Serabut Kelapa) biasanya dilaksanakan sehari sebelum hari raya Nyepi yaitu tepat pada hari pangrupukan sebelum matahari tenggelam (sandikala). Dijelaskan, sejak tahun 1995, ritual Siat Sambuk menerapkan strategi perang modern. Dalam Tradisi Siat Sambuk ini, ada pasukan ‘Serbu’ yang tugasnya khusus melempar lawan dan ada pula pasukan ‘Logistik’ yang tugasnya membawa sambuk membara untuk dijadikan senjata oleh pasukan ‘Serbu’. Pasukan siat sambuk biasanya di bagi 2(dua) yaitu Wong Kaja (kelompok utara) maupun Wong Kelod (kelompok selatan). Kedua kelompok ini sama-sama telah menyiapkan amunisi berupa tumpukan sambuk berisi bara api. Muda-mudi akan saling melempar sambuk yang sebelumnya sudah dibakar diiringi dengan gambelan Bale Ganjur yang semakin membakar semangat. Uniknya, tak ada yang pernah terluka ataupun terbakar dalam ritual tersebut. Selain untuk m...