Situs Pada Hadoa terletak di Dusun 1, Desa Bariri, Kecamatan Lore Tengah, Kabupaten Poso, dengan letak astronomi Lintang Selatan 1° 43′ 41,163″ dan Bujur Timur 120° 12′ 7,958″ dan memiliki ketinggian 1.268,052 mdpl. Situs ini terletak di bukit Hadoa. Adapun batas-batas dari Situs Pada Hadoa adalah, bagian Utara berbatasan dengan sawah Hadoa, arah Selatan berbatasan dengan Bulu Pokarahia, arah Timur berbatasan dengan Sungai Hadoa, dan arah Barat berbatasan dengan sungai Tomahu. Akses menuju situs bisa dengan kendaraan roda empat melalui pemukiman warga sekitar 7 km dari tugu Desa Bariri, kemudian melalui jalan sawah 557 meter dengan berjalan kaki dan dilanjutkan dengan melewati padang ilalang sejauh 296 meter. Ragam temuan di situs ini cukup lengkap, mulai benteng tanah dan pada bagian atasnya terdapat susunan batu, kalamba, bakal kalamba, batu dulang, batu lumpang, batu berlubang, menhir, tempayan kubur,arca, dan sebaran fragmen gerabah di permukaan. Di situs ini juga terdapat temua...
Arca Maturu adalah salah satu peninggalan kebudayaan megalit yang berada di Desa Bewa, Kecamatan Lore Selatan, Kabupaten Poso, Provinsi Sulawesi Tengah. Arca Maturu merupakan salah satu patung megalit yang terbesar yang berada di Situs Suso, Lembah Bada. Arca ini oleh masyarakat setempat disebut dengan arca Maturu atau arca tidur. Arca Maturu terbuat dari batu andesit berwarna hitam, dengan ukuran arca tinggi 380 cm, lebar 104 cm dan ketebalan 47 cm. Arca ini mempunyai kepala lonjong dengan ukuran panjang kepala 135 cm dan pada bagian kepala terdapat goresan menyerupai topi. Pada bagian wajah terdapat dua buah mata sipit, hidung memanjang, dua buah telinga. Sedangkan bagian badan terdapat tangan dua buah, jari 5 buah, kedua tangan terlipat di bawah perut, kemaluan yang berbentuk kemaluan laki-laki. https://twitter.com/yakubudaya
Tari Pogogul adalah sebuah tarian Daerah Buol yang berkaitan dengan nama sebuah gunung yaitu Gunung Pogogul. Tarian ini diciptakan oleh Ibu Salmija Lupojo pada tahun 1960 yang mendeskripsikan budaya bercocok tanam padi yang dulunya dilakukan di sekitar unggag motarang (air terang). Penarinya berjumlah 8 orang, terdiri atas 4 orang wanita dan 4 orang pria. Tarian ini diawali dengan gerakan masuk yang diiringi lagu Bvuolyo Lripu Koponuku. Setelah konfigurasi penari telah siap, maka dimulailah gerakan mengajak membersihkan lahan (mopalyato guwa). Pembersihan akhir (molyopun dan momalyapuk) proses menanam padi ladang (motugoly) dengan mengunakan fhufhuak. Fhufhuak adalah semacam kayu patok yang diruncingkan bagian ujungnya agar mudah membuat lubang untuk menanam. Tarian ini diakhiri dengan gerakan menghilir (mogilik) membawa hasil panen turun ke roji (sebutan untuk wilayah muara sungai Buol) melalui alat angkutan perahu menyusuri sungai Buol, singgah di desa Momunu yang terletak di Gun...
Kuliner ini sangat unik karena berbahan dasar sagu dan di campur dengan ikan segar yang sudah di bersihkan kemudian diproses dengan membakarnya di tungku dalam wadah khusus yang terbuat dari tanah liat. Sagu yang digunakan harus kering untuk hasil yang lebih baik. Sagu dicampur kelapa parut. Kemudian ikan segar yang sudah dicuci, dilumuri air jeruk nipis dan ditambahkan bumbu rempahnya seperti bawang, jahe, lengkuas, kunyit dan daun kemangi. Makanan Ambal ini biasanya di sebut oleh masyarakat di Buol dengan sebutan Pizza-nya orang Buol, karena bentuknya yang bundar menyerupai Pizza. https://twitter.com/yakubudaya
Guma adalah pedang kuno zaman dahulu yang panjangnya sekitar 1m. Guma melambangkan keperkasaan pria dan terbuat dari baja, sedangkan sarungnya dibuat dari kayu hitam atau tanduk. Pada kedua ujungnya diukir dan badan sarung diberi pula hiasan-hiasan dan diikat dengan logam perak.Kepemilikan Guma dapat dilihat dari bentuk gagang pada guma. Misalnya Guma seorang Raja, gagangnya berbentuk kepala buaya dan biasanya terbuat dari tulang manusia. Gagang jenis ini biasa disebut Pewo O Gagaranggo. Selain itu, nama bagian-bagian Guma di tiap daerah Sulawesi Tengah berbeda. Misalnya perbedaan pada masyarakat Pamona selaku pembuat, dan Kaili Lembah Palu serta Kulawi sebagai konsumen. Pada masanya Guma biasanya digunakan untuk berperang dan juga sebagai pelengkap dalam berbagai ritual dan upacara adat. Oiyo, hal menarik tentang Guma adalah syarat-syarat yang harus dipenuhi ketika mencabutnya dari sarung. https://twitter.com/yakubudaya
Letak lokasi Arca Tanta Duo di tengah sawah milik bapak G. Dadaha dengan koordinat LS. 120° 15′ 3,3″ – BT. 1° 54′ 5,04″ dan berada di ketinggian 779 Mdpl, secara administratif berada di Desa Padangkaia, Kecamatan Lore Selatan, Kabupaten Poso, Provinsi Sulawesi Tengah. Arca tersebut dikenal dengan Tanta Duo atau arca yang menyerupai bentuk kerbau. https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbgorontalo/arca-megalitik-kerbau-tanta-duo-lore-selatan/
Luminda adalah tari tradisional Suku Bungku yang ditarikan pada saat pesta rakyat atau hiburan di lingkungan keluarga istana. Kata “Luminda” berasal dari bahasa Bungku, 'Lumi' yang berarti halus atau perlahan-lahan dan 'Mepinda' yang berarti menginjakkan kaki atau bergerak. Sehingga secara etimologis, tari luminda diartikan sebagai gerakan tarian yang indah secara halus dan perlahan-lahan. Asal-muasal tari Luminda pada hakikatnya merupakan sebuah akulturasi budaya antara Kerajaan Buton dan Kerajaan Bungku. Akulturasi yang dimaksud yaitu Tari Linda Suku Tangkeno dan Tari Mohasili atau Tumadeako Samba yang merupakan tarian Suku Bungku. Terdapat empat gerak dasar dalam tari Luminda yaitu Tumadeako Samba, Palampa dan Losa-losa sebagai gerak melingkar, dan Tumadentina. Keempat gerakan tersebut dahulunya diperuntukkan untuk tujuan yang berbeda-beda. Gerak Tumadeako Samba khusus ditarikan oleh bangsawan pada saat upacara penyambutan tamu kerajaan, sedangkan ketiga sisanya dilakukan oleh...
Alat musik ini terbuat dari kayu, bambu, dan rotan dan berbentuk bulat panjang (bentuk bambu). Alat musik ini dimainkan dengan cara dipetik atau dipukul dalam posisi duduk bersila. Tangan kiri memegang alat pada bagian tengah dengan posisi miring atau ditidurkan diatas kaki (paha) dan tangan kanan memetiknya, atau dipukul-pukul dengan kayu bulat yang kecil. https://twitter.com/yakubudaya
Upacara adat moduai merupakan upacara yang dilaksanakan dalam rangka penyambutan tamu yang dilakukan oleh serombongan penjemput tamu yang terdiri atas pemuka-pemuka masyarakat dan ketua adat serta seorang putri yang dilengkapi dengan perlengkapan adat. Tamu disambut oleh rombongan adat penjemput dengan menyerahkan dauda-bitu untuk dipegang oleh tamu sambil dipayungi dengan payung adat. Kemudian tamu diajak berjalan perlahan-lahan serta disambut dengan cakalele yang dalam bahasa Tolitoli disebut maragai, dan diiringi dengan pukulan kulintang masarama sampai ke depan pintu gerbang istana (gedung/tempat pertemuan). Setelah itu seluruh rombongan beserta penjemput dan iringan maragai berhenti di depan tangga upacara adat yang disebut ondandiapala. Di sini para tamu dihambur dengan beras kuning disertai dengan kata-kata penyambutan tertentu dalam bahasa Tolitoli. https://twitter.com/yakubudaya