Tarian ini diilhami dari Upacara Adat Penhos, yaitu upacara adat dalam Suku Sayak Modang yang dilakukan dengan tujuan untuk membuang sial atau bala. Masyarakat Dayak Modang menganggap bahwa perbuatan yang dapat menimbulkan sial apabila tidak dibersihkan dari dosa akan bias mendatangkan malapetaka bagi masyarakat di dalam desa tersebut. Oleh karena itu, dilakukan upacara Penhos yang dimulai dengan membuang sial dan tolak bala serta pembersihan alat atau perkakas yang disebut "Ngeong Lemeah". Semua warga desa atau kampong diwajibkan manjalani tabu atau berpuasa dalam waktu yang telah ditentukan. Dalam tarian Penhos dikisahkan sepasang muda mudi yang telah melanggar adat. Mereka merendam diri berkali-kali ke dalam air, sebagai pembersihan dosa dan pembersihan kampung.
Pakaian adat tradisional Indonesia merupakan salah satu kekayaan budaya yang dimiliki oleh negara Indonesia dan banyak di puji oleh negara lain, dengan banyaknya suku - suku dan Provinsi yang ada di wilayah negara indonesia, maka bisa dipastikan banyak sekali baju - baju adat oleh masing - masing suku di seluruh Provinsi Indonesia. Dalam hal ini Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura kekayaan budaya diantaranya terlihat dari beragam baju adat yang dimilikinya yang kali ini memperkenalkan salah satu pakaian adatnya berupa pakaian Pengantin yaitu Baju Antakusuma. Baju Antakusuma yang lebih di kenal dengan Kutai Kuning adalah baju pengantin kebesaran Kerajaan Kutai Kartanegara Ing Martadipura, baju ini pada jaman dahulu hanya boleh di kenakan oleh kalangan bangsawan saja, sedangkan kalangan rakyat biasa tidak di perbolehkan memakainya. Baju Pengantin Antakusuma ini di pakai saat pelaksanaan resepsi pernikahan atau lebih dikenal dengan...
Seraong dibuat dari daun-daun palas biru yang dihias dengan tempelan potongan kain persegi dan manik-manik atau sulaman. Seraong merupakan penutup kepala berbentuk bundar dan lebar yang berguna untuk menutupi wajah dan kepala dari sinar matahari yang menyengat ketika petani berada di ladang. Seraung adalah topi berbentuk lebar yang biasa digunakan untuk bekerja diladang atau untuk menahan sinar matahari dan hujan. Seraung dibuat dari daun pandan yang telah dikeringkan. Kini banyak diolah seraung-seraung ukuran kecil untuk hiasan rumah Untuk terus melestarikan kerajinan ini, di tahun 2013 lalu, Tenggarong Kutai Carnival juga memilih Seraong sebagai salah satu tema kostum mereka.
Tapung merupakan topi adat suku Dayak Kenyah,Kayan,Penan,Bahau rumpun apau kayan/orang ulu yang dihiasi dengan manik-manik halus, dengan warna hitam, putih, dan kuning sebagai warna utama. Anyaman rotan sebagai dasar dengan rambut manusia pada bagian belakang topi dan kain tenun berwarna. Dihiasi pula dengan manik-manik dan juga bulu burung. Tapung dalam bahasa kenyah dan penan mengandung arti : penutup kepala/topi. sedangkan dalam bahasa kayan di sebut lavung. Tapung terdiri dari beberapa jenis: Tapung Se' Tapung Puk Tapung Ucuk Tapung tekeleng Tapung Da' Tapung Se' ( penutup kepala/topi yang biasanya di gunakan untuk kanjet pepatai ( tari perang). Tapung Puk ( penutup kepala mengandung arti topi bulu yang umumnya di gunakan para wanita . Tapung Ucuk ( penutup kepala yang umumnya di gunakan para pemain sampeq/sape) Tapung tekeleng ( penutup kepala yg juga di gunakan para lelaki berpera...
Bening terbuat dari bulatan kayu yang dibelah dan bagian bawahnya diberi tempat dudukan dan digunakan untuk menggendong anak balita, berukuran 30-40cm. pada kedua sisinya diberi tali untuk dikaitkan dibahu. Untuk menambah indahnya bening, bagian atasnya diberi hiasan gantungan kepeng perak, manik-manik dan taring babi, taring babi melambangkan keberanian dan kejantanan. Hiasan tersebut bertujuan untuk menolak bala dan pengharapan akan keselamatan sang anak. Untuk menghias bening ada 2 cara, yaitu dengan mengukir langsung pada bagian luar bening atau menghias dengan mnaik-manik anyaman. Motif yang digunakan tergantung dengan suku Dayak itu sendiri. Pada Dayak Kenyah motif yang sering digunakan motif binatang, Dyaak Tunjung motif pohon atau daun hayat lebih disukai (Hasjim Achmad, 1984:13).
Ritual Merangin dilaksanakan di Serapo Belian selama tiga malam berturut-turut setelah siang harinya dilaksanakan Menjamu Benua. Serapo Belian adalah suatu bangunan/tempat dilaksanakannya ritual Merangin. Bangunan ini terdiri dari empat sudut tiang dipasang sebatang tebu dan sebatang pisang yang telah berbuah, buluh berisi air serta di bagian luar sudut dijadikan brong. Jadi pada bangunan ini terdapat 4 batang tebu, 4 batang pohon pisng, 4 buluh berisi air, dan 4 buah brong berselendang kain kuning. Upacara adat Merangin dimulai dengan tujuh orang Pebelian yang duduk di atas lantai Serapo Belian dan melakukan konsentrasi serta berkomunikasi secara batin dengan makhluk-makhluk halus (gaib). Kemudian para Pebelian berdiri dan mengatur formasi mengelilingi Benyawan (Rumba) sambil menari mengikuti tabuhan irama gamelan dan gendang. Tarian pertama berjalan lambat, sambil berputar berkeliling. Pada tahap kedua, lama kelamaan putaran akan semakin cepat dan akh...
Begelar (anjumenangan) merupakan prosesi pemberian penghargaan kepada siapapun yang telah berjasa dalam mendukung, mempertahankan dan mengembangkan adat budaya di lingkungan Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura yang dilaksanakan setiap tahun dan dinyatakan dalam acara resmi kerabat keraton untuk mengetahuinya. Sebelum acara pemberian gelar (Begelar), dilangsungkan acara kentayungan, yaitu Sultan / Raja menari-nari di sekitar Pohon Ayu pertanda kegembiraan karena acara Erau telah dilaksanakan dengan baik. Tarian ini sebagai ungkapan rasa syukur dan kebahagiaan atas segala sesuatu yang diberikan dan dapat dinikmati bersama oleh seluruh kerabat dan rakyat. Dalam acara ini Sekretaris Kesultanan membacakan surat keputusan Sultan di hadapan Sultan, para kerabat dan para hadirin mendengarkan dengan seksama terhadap tokoh/orang/figur dari petinggi hingga masyarakat yang mendapatkan gelar oleh Kesultanan dan diakhiri dengan doa. Bagi yang mendapatkan gel...
Prosesi Seluang Mudik diawali dengan penampilan Tari Kanjur yang ditarikan oleh kerabat kesultanan, pada saat mereka menari seluruh hadirin berdiri dan turut serta mengikuti tarian tersebut dengan formasi beberapa lapis yang saling berlawanan arah yang diartikan sebagai melambangkan kehidupan hewan air yaitu “Ikan Seluang” yang ada di Sungai Mahakam. Dengan diiringi alunan gamelan Kanjur, suasana menjadi gembira dan hangat. Kemudian para hadirin yang masing-masing menggenggam beras ditangan, di dalam mangkuk dan di dalam gelas mulai menghamburkan beras tersebut ke atas, kesamping dan pada akhirnya saling melemparkan beras tersebut satu sama lain dengan suasana gembira dan senda gurau. Kemudian alunan musik gamelan melemah dan TARIAN Kanjur dan Seluang Mudik selesai maka para hadirin saling bersalaman dan saling memaafkan. Prosesi ini menggambarkan simbol kemakmuran bahan pangan berupa beras sebagai makanan pokok rakyat Kutai Kart...
Setelah prosesi Merangin dilaksanakan oleh para Dewa dan belian di Serapo Belian, selanjutnya mereka menuju Keraton / Istana dan mereka mengelilingi area Bepelas sebanyak 7 (tujuh) kali, kemudian duduk bersila berjajar dengan posisi Dewa di sebelah kanan dan Belian di sebelah kiri dengan dipimpin oleh Pawang untuk menghaturkan sembah hormat. Kemudian para Dewa menampilkan Tari Selendang yang diringi oleh alunan gamelan sambil mengelilingi area Bepelas sebanyak satu kali, dan Pemangkon dalam menyalakan lilin di 4 (empat) sudut. Setelah itu para Dewa kembali menarikan Tari Kipas dengan alunan gamelan sebanyak satu putaran, kemudian mereka menarikan Tari Jung Juluk diiringi dengan alunan gamelan juga, berkeliling satu kali putaran dan penghatur hormat kepada hadirin. Pawang Dewa melakukan “Memang” di belakang Tiang Ayu diiringi suara seruling, “memang” ini ditujukan untuk mengundang Dewa karang dan Pangeran Sri ganjur guna menjaga P...