Museum Yadnya , Badung Openingstijden: Senin - Minggu 08:00-15:00 Plaats: Badung Provincie: Bali Land: IND Type organisatie: Museum Postadres: ...
Tradisi Magebeg-gebegan adalah salah satu tradisi yang berhubungan dengan ritual agama hindu yang ada di Desa Pekraman Dharma Jati, Tukad Mungga, Buleleng. Yang mana pada saat tradisi tersebut digelar para Sekee Teruna (pemuda desa) akan memperebutkan kepala godel (kepala anak sapi) yang merupakan sarana dalam menggelar upacara persembahan (sesajian) saat prosesi atau ritual mecaru yang bertepatan saat hari Pengrupukan atau sehari sebelum Hari Raya Nyepi, jadi tradisi Megebeg-gebegan digelar setahun sekali. Tradisi yang rutin digelar di catus pata agung (perempatan) Desa Pekraman Dharma Jati, Tukad Mungga. Upacara Bhuta Yadnya ini berupa pecaruan tawur agung Kesanga (sehari sebelum Nyepi), tujuan dari menggelar upacara Bhuta yadnya tersebut untuk menyeimbangkan bhuana agung dan bhuana alit agar selalu tetap harmonis. 1
Di Banjar Pohgending, Desa Pitra, Kecamatan Penebel, Tabanan terdapat tradisi yang bernama ” Siat Sambuk “. Siat Sambuk (Perang Serabut Kelapa) biasanya dilaksanakan sehari sebelum hari raya Nyepi yaitu tepat pada hari pangrupukan sebelum matahari tenggelam (sandikala). Dijelaskan, sejak tahun 1995, ritual Siat Sambuk menerapkan strategi perang modern. Dalam Tradisi Siat Sambuk ini, ada pasukan ‘Serbu’ yang tugasnya khusus melempar lawan dan ada pula pasukan ‘Logistik’ yang tugasnya membawa sambuk membara untuk dijadikan senjata oleh pasukan ‘Serbu’. Pasukan siat sambuk biasanya di bagi 2(dua) yaitu Wong Kaja (kelompok utara) maupun Wong Kelod (kelompok selatan). Kedua kelompok ini sama-sama telah menyiapkan amunisi berupa tumpukan sambuk berisi bara api. Muda-mudi akan saling melempar sambuk yang sebelumnya sudah dibakar diiringi dengan gambelan Bale Ganjur yang semakin membakar semangat. Uniknya, tak ada yang pernah terluka ataupun terbakar dalam ritual tersebut. Selain untuk m...
Omed-omedan dalam bahasa Indonesia berarti tarik-menarik. Acara omed-omedan biasanya digelar sehari setelah perayaan Hari Raya Nyepi. Salah satu desa yang masih menyelenggarakan acara ini adalah Desa Sesetan, Denpasar, Bali. Para anak muda berusia 17-30 tahun di desa ini yang belum menikah akan turut berpartisipasi dalam acara omed-omedan. Omed-omedan, saling kedengin, saling gelutin. Diman-diman... Omed-omedan, besik ngelutin, ne len ngedengin. Diman-diman... Begitulah penggalan lirik lagu yang dinyanyikan para pemuda dan pemudi Desa Sesetan. Gelut berarti saling berpelukan, diman diartikan sebagai mengungkapkan rasa kasih sayang dengan ciuman, siam yang berarti siram, dan kedengin yang berarti tarik menarik. Ya, inti dari acara omed-omedan ini adalah peluk, cium, siram lalu tarik! Begitu terus, berulang sampai semua pemuda dan pemudi Desa Sesetan mendapatkan giliran. Tradisi Omed-omedan ini bertujuan untuk memperkuat rasa Asah, Asih, dan Asuh antar warga, khususnya warga Banja...
Beragam cara dilakukan masyarakat Bali dalam menyambut hari raya Nyepi Tahun Baru Caka 1941. Selain mengarak ogoh-ogoh, ada juga yang menggelar tradisi di desanya masing-masing. Seperti terlihat di Desa Paksebali, Dawan, Klungkung. Menjelang pergantian Tahun Caka, warga Puri Satria Kawan melaksanakan tradisi “Lukat Gni” atau Perang Api. Tradisi ini digelar secara turun-menurun pada malam pangerupukan. Hanya, kali ini tradisi tersebut tidak dipusatkan di Catus Pata Desa Paksebali, melainkan digelar di Merajan Agung. Sejumlah pemuda Puri Satria Kawan, Desa Paksebali terlihat bersiap melaksanakan tradisi lukat gni sekitar pukul 20.00 wita. Setelah Ida Sesuhunan di Pura Merajan Agung Puri Satria Kawan masolah (menari), beberapa pemuda Satria Kawan mulai naik ke utama mandala pura merajan. Lukat Gni merupakan sebuah prosesi peperangan dengan sarana api. Bahan yang digunakan berupa daun kelapa kering. Setelah diikat daun kelapa kering tersebut dibakar dan kemudian dipukul-pukulkan oleh ma...