Candi ini terletak di dusun Balekambang, desa Seloliman, kecamatan Trawas, dan kabupaten Mojokerto. Candi Bayi terletak di lereng Gunung Penaggungan pada ketinggian 810 meter DPL. Sebenarnya yang dinamakan Candi Bayi adalah dua buah tumpukan batu candi yang sudah tidak beraturan susunannya. Oleh karena itu sangat sulit untuk menentukan arah hadap dari candi ini. Di antara batu candi terdapat beberapa batu yang memiliki hiasan pelipit horizontal dan pelipit miring.
Letak Candi Brahu di Dusun Bejijong, Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto pada koordinat 112° 22” 23,2 “ BT 07° 32” 34,9” LS. Sebagaimana umumnya bangunan purbakala di Trowulan, Candi Brahu juga dibuat dari bahan bata, menghadap ke arah barat. Denahnya berbentuk bujur sangkar ukuran 18 x 22.50 meter dan tinggi yang tersisa sampai sekarang 20 meter. Secara vertikal bangunan ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: - Bagian kaki yang merupakan bagian bangunan terbawah sampai lantai bilik dan selasar. - Bagian tubuh yang merupakan bagian bangunan yang berdiri di atas kaki yang berfungsi sebagai penutup bilik dan penyangga atap. - Bagian atap yang merupakan bagian teratas bangunan yang berfungsi sebagai penutup bilik. Menurut laporan, di sekitar Candi Brahu dulu masih ada beberapa candi lain yang sekarang sudah runtuh diantaranya: Candi Muteran, Candi Gedong, Candi Tengah, dan Can...
Candi Bulujowo berada di Dusun Karangcandi, Desa Bulu Jawa, kecamatan Bancar, kabupaten Tuban, Jawa Timur. Situs ini merupakan bukti kecil yang sekarang berfungsi sebagai tempat pemakaman umum dari sekitar tahun 1980an. Situs ini digali oleh Balar Yogjakarta, namun sekarang ditutup kembali. Hasil penggaliannya adalah struktur dari bahan batu putih, temuan permukaannya batu candi.
Candi Jalatuunda terletak di Dukuh Balekambang, Desa Seloliman, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto Jawa Timur. Candi ini berada di lereng Gunung Bekal, salah satu dari bagian pegunungan Penanggungan. Candi Jalatunda dikenal juga sebagai Petirtaan Jalatunda, karena bangunan Candi Jalatunda terdiri dari suatu dasar persegi empat, merupakan bangunan pemandian yang terletak di lereng sebelah barat Gunung Penanggung di tengah hutan lindung. Bangunan Candi Jalatundo terbagi atas teras I, teras II, dan teras III. Pada teras I dinding luar sisi selatan terdapat dua buah tulisan Jawa Kuno yang berbunyi “Udayana Dan Mrgayati”. Teras II dinding sebelah timur sisi utara terdapat tulisan Bahasa Jawa Kuno berbunyi “Gempeng” dan sisi selatan terdapat angka tahun 899 Saka (977 M). Dapat dijelaskan bahwa candi ini merupakan pemandian Jalatunda yang dibangun pada akhir abad X Masehi, dihubungkan dengan tempat penguburan Raja Udayana Bali yang mempersunti...
Candi Kalicilik terletak di Desa Candirejo, Pongok, Blitar, Jawa Timur. Candi yang terbuat dari bata dan batu berukuran panjang 6,8 meter, lebar 1,5 meter, dan tinggi 8,46 meter itu sudah tidak lengkap lagi. Bagian yang tersisa dari Candi Kalicilik ini hanya kaki dan tubuh candi. Menurut N.J. Krom dalam bukunya Inleideing tot de Hindoe-Javaansche kunst (1923) ketika ditemukan kaki candi dalam keadaan rusak parah, sehingga tidak dapat menopang tubuh candi dengan baik. Di atas pintu masuk Candi Kalicilik terdapat hiasan kala dan angka tahun 1271 Saka (1349 Masehi) yang dipahatkan di atas sebuah balok batu. Hiasan kala pada Candi Kalicilik terbilang unik karena memiliki taring ganda diapit oleh naga dan dihias dengan permata yang membentuk motif tengkorak.
Ditemukan pada tanggal 16 Oktober 1906, Candi Pari terletak di Desa Candi Pari, Porong, Sidoarjo, Jawa Timur. Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, Candi Pari pernah dipugar dan diberi tambahan kayu pada bagian langit-langit pintu masuk, lalu dipugar kembali pada tahun 1994-1999 di bawah BPCB Jawa Timur. Candi Pari merupakan bangunan persegi empat dari batu bata, menghadap ke barat, dengan ambang serta bagian atas gerbang terbuat dari batu andesit. Ukuran panjang bangunan 18,86 meter, lebar 14,10 meter, dan tinggi 13,40 meter. Candi Pari tidak memiliki pembagian yang jelas antara batur, tubuh, dan mahkota (atap). Di atas pintu masuknya terdapat angka tahun pembuatan bangunan, yaitu 1293 Saka (1317 Masehi). Terdapat pula sangka bersayap yang kemungkinan menunjukkan fungsi candi sebagai pendharmaan. Candi Pari bernafaskan agama Hindu. Setiap tahun di Candi Pari pada bulan Sabar (tanggalan Jawa) diselenggarakan upacara selam...
Don Bosco Te Huis terletak di Jalan Tidar No. 115, kelurahan Sawahan, kecamatan Sawahan, Surabaya Jawa Timur. Luas lahannya 22361m² dan luas bangunannya 38500m². Don Bosco Te Huis adalah Panti Asuhan anak-anak, yang berdiri sejak tanggal 8 Maret 1927, merupakan yayasan yang didirikan oleh pastur G.J Ter Veer yang menjadi Direktur pertama dari tahun 1927 sampai dengan 1933. Pada awal tahun 1927, yayasan telah mempunyai tanggungan banyak anak, tetapi karena belum memilki panti sendiri maka anak-anak ditampung di panti-panti lain dan di rumah pondokan. Pada tanggal 2-12-1931 panti pertama kali di rumah sewaan di jalan Ngemplak No. 7 – 8 Surabaya. Selanjutnya tahun 1936 membeli tanah di jalan Tidar yang dibangun dan ditempati sampai sekarang. Don Bosco Te Huis dirancang oleh Henrie Estour dengan gaya arsitektur perpaduan modern dan alam tropis. Ditandai dengan adanya galeri berfungsi sebagai koridor yang menghubungkan kamar-kamar penahan...
Naskah ini berupa tembang yang berisi filsafat dan mistik. Terdapat candrasengkala yang dapat dibaca berangka tahun 1304 atau 1340 Saka, sama dengan 1382 atau 1418 Masehi. Isinya meliputi "Manusia adalah dunia kecil yang diamsuki kahalusan Bathara Siwa seperti halnya dunia besar". Salah satu ajaran filsafat dalam kitab ini contohnya: Kapas ditenun menjadi kain aneka warna, Ditulis oleh / Ditedunkan: I Nyoman Usana, Nusa Lembongan. Naskah ini merupakan Koleksi Museum Provinsi Jawa Timur, Mpu Tantular Naskah ini dipamerkan pada acara Pameran Gelar Museum Nusantara 2014 "Sabuk Peradaban Nusantara Jejak 1,5 juta tahun" yang diselenggarakan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Pameran diselenggaran pada tanggal 22-24 November 2014 di Jakarta Convention Center.
Pada zaman dahulu di kawasan ujung timur Propinsi Jawa Timur terdapat sebuah kerajaan besar yang diperintah oleh seorang Raja yang adil dan bijaksana . Raja tersebut mempunyai seorang putra yang gagah bernama Raden Banterang. Kegemaran Raden Banterang adalah berburu. “Pagi hari ini aku akan berburu ke hutan . Siapkan alat berburu,” kata Raden Banterang kepada para abdinya. Setelah peralatan berburu siap, Raden Banterang disertai beberapa pengiringnya berangkat ke hutan. Ketika Raden Banterang berjalan sendirian, ia melihat seekor kijang melintas di depannya. Ia segera mengejar kijang itu hingga masuk jauh ke hutan. Ia terpisah dengan para pengiringnya. “Kemana seekor kijang tadi?”, kata Raden Banterang, ketika kehilangan jejak buruannya. “Akan ku cari terus sampai dapat,” tekadnya. Raden Banterang menerobos semak belukar dan pepohonan hutan. Namun, binatang buruan itu tidak ditemukan...