Adat perkawinan dalam Adat Tumper di lakukan sehubungan dengan adanya kepercayaan masyarakat Osing Banyuwangi yang melarang melakukan perkawinan antara sepasang pengantin yang berstatus sebagai anak sulung di lingkungan keluarganya masing-masing. Apabila perkawinan tetap di lakukan maka di percaya dapat berakibat pasangan pengantin baru itu akan banyak mengalami halangan dan rintangan dalam mengarungi hidupnya. Akan tetapi, apabila di sebabkan oleh sesuatu hal kemudian perkawian antara pasangan yang berstatus anak sulung tetap harus di lakukan maka untuk mencegah sesuatu hal-hal yang tak di inginkan, maka semua adat di lakukan dalam upacara Adat Tumper saat upacara berlangsung.
Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan laut yang sangat berlimpah. Sebagai wujud rasa syukur atas berkah laut yang tersedia, masyarakat disekitar pelabuhan Muncar, Banyuwangi, Jawa Timur mengadakan upacara adat Petik Laut secara turun temurun selama lebih dari 100 tahun. Jika biasanya upacara berlangsung sangat meriah dengan ratusan kapal yang mengiringi kapal utama berlayar menuju laut Plawangan di Semenanjung Sembulungan, kali ini hanya ada satu kapal yang membawa sesaji untuk dilarung di lautan lepas. Upacara dilakukan dengan sangat sederhana untuk menghidari kerumunan warga yang antusias menyaksikan acara tahunan ini, mengingat wabah covid-19 masih menghantui masyarakat. Ritual ini wajib diselenggarakan setiap tahunnya, konon jika tidak maka akan terjadi hal hal yang tidak diinginkan seperti bencana atau berkurangnya hasil tangkapan ikan warga.
Banyuwangi memiliki berbagai budaya dan tradisi yang masih sangat dirawat dan dijaga kelestariannya hingga saat ini. Dalam budaya tari, Banyuwangi memiliki berbagai tarian khas yang fenomal dan unik, salah satunya tari seblang. Awalnya, seblang merupakan suatu ritual upacara masyarakat Osing (suku asli Banyuwangi) yang hanya dapat dijumpai di dua desa kecamatan Glagah, yakni desa Olehsari dan desa Bakungan. Ritual ini dilaksanakan sebagai upaya tolak bala agar desa tetap dalam keadaan aman dan tenteram. Tari seblang ini merupakan tradisi yang sudah sangat tua umurnya, sehingga sulit untuk dilacak bagaimana awal mulanya. Namun, ada sumber yang mengatakan bahwa penari pertama seblang adalah seorang perempuan bernama Semi yang juga merupakan pelopor pertama tari gandrung Banyuwangi. Menurut penduduk suku Osing, filosofi istilah "seblang" berasal dari "sebele ilang", atau dalam bahasa Indonesia artinya "sialnya hilang". Ada perbedaan pada waktu pelaksanaa...