Ini adalah seni bela diri dari Muna yang salah satunya bisa ditemukan di Berumembe , Kecamatan Napabalo. Ewa wuna kini menjadi tari penyambutan tamu atau hiburan di acara-acara tertentu, biasa dipentaskan oleh 6 orang. Beberapa memegang badik, beberapa memegang parang, tombak, dan bendera. Dengan iringan musik rambi wuna , sungguh mendebarkan melihat orang-orang bersilat tubuh, bermain dengan badik dan parang. Ewa wuna bisa dilakukan oleh lelaki dan perempuan. Sumber: https://renjanatuju.wordpress.com/2017/11/13/destinasi-lain-di-pulau-muna-sulawesi-tenggara/
Ini adalah seni bela diri dari Muna yang salah satunya bisa ditemukan di Berumembe , Kecamatan Napabalo. Ewa wuna kini menjadi tari penyambutan tamu atau hiburan di acara-acara tertentu, biasa dipentaskan oleh 6 orang. Beberapa memegang badik, beberapa memegang parang, tombak, dan bendera. Dengan iringan musik rambi wuna , sungguh mendebarkan melihat orang-orang bersilat tubuh, bermain dengan badik dan parang. Ewa wuna bisa dilakukan oleh lelaki dan perempuan. Sumber: https://renjanatuju.wordpress.com/2017/11/13/destinasi-lain-di-pulau-muna-sulawesi-tenggara/
WAKATOBI adalah salahsatu kabupaten di Sulawesi Tenggara yang terkenal dengan keindahan terumbu karangnya. Wakatobi merupakan gugusan dari nama Pulau_pulau besar penyusunnya, yaitu Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia dan Binongko. Selain keindahan lautnya yang bisa dinikmati, Wakatobi juga memiliki beragam jenis kekayaan lainnya mulai dari kebiasaan adat, tarian adat, dan masih banyak lainnya termasuk dengan makanan khasnya yang salah satunya ada yang disebut dengan TOMBOLE. Salah satu gugusan penyusun nama kabupaten Wakatobi yaitu Binongko, juga termasuk daerah yang masyarakatnya sangat lihai membuat TOMBOLE sebagai salah satu makanan khasnya ini. Di Binongko, bertani ubi kayu dan singkong sudah merupakan sumber utama penghidupan dan juga sebagai makanan pokok. Pada dasarnya kondisi alam di sini tidak memungkiknan unutk bercocok tanam seperti padi, dll. Hanya jagung namun tergantung pada musim penghujan. Sehingga cukup beragam kreativitas masyarakat dahulu di pu...
Suku bangsa Muna yang mendiami wilayah Sulawesi Tenggara memiliki salah satu tradisi yang masih bertahan sampai sekarang adalah tradisi lisan kantola yang menjadi kekayaan budaya di Indonesia yang perlu dilestarikan. Keberadaan penutur kantola (pokantolano) saat ini umumnya sudah berusia lanjut, namun demikian mereka masih fasih melantunkan syair-syair kantola. Sebagai produk lokal masyarakat Muna, kantola merupakan prosa liris yang dimainkan dengan cara berbalas pantun antara kelompok laki-laki dan kelompok perempuan. Syair-syair yang didendangkan digubah pada saat bermain kantola. Syair-syair digubah secara spontan pada saat bermain dan merupakan ekspresi perasaan dari masing-masing pemain. Pada awalnya kantola digelar pada malam hari di musim kemarau setelah panen ubi kayu dan ubi jalar. Perkembangan selanjutnya permainan kantola digelar ketika ada peristiwa penting yang bertajuk suka cita seperti perkawinan, katoba, karia , perayaan hari kemerdekaan Indonesia,...
Tradisi kasambu merupakan salah satu tradisi dalam siklus hidup yang sarat dengan muatan nilai-nilai penting dalam kehidupan. Hal ini untuk mencegah pandangan negatif masyarakat lain tentang proses kehamilan seorang perempuan. Bagi masyarakat suku Muna tradisional, tradisi kasambu melegitimasi bahwa anak yang dikandung seorang perempuan merupakan hasil dari perkawinan yang sah. Tradisi kasambu dipimpin oleh seorang sando. Sando adalah seseorang yang mengetahui seluk-beluk tradisi kasambu dan tuturan-tuturan berupa mantra yang merupakan syarat sah kegiatan kasambu. Kurangnya minat generasi muda suku Muna untuk mempelajari mantra- mantra tersebut menjadi motivasi penting bagi penulis untuk melakukan penelitian guna melestarikan salah satu warisan tradisi lisan berupa mantra-mantra dalam kegiatan tradisi kasambu. Selain sebagai salah satu bentuk pelestarian tradisi kasambu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap dunia pendidikan dan pembelajaran, terutama perke...
Makna simbolik benda yang digunakan dalam prosesi adat perkawinan masyarakat suku Moronene, ditinjau dari fungsinya adalah sebagai pemantapan lahir dan batin bagi kedua mempelai, dimana kedua mempelai adalah dua insan yang berlainan jenis dari segala sisi namun sama dalam titik hidup dan kehidupan. Dilihat dari lahiriahnya makna simbol dari benda-benda dalam adat perkawinan suku Moronene itu, di sesuaikan dengan tahapan-tahapan dalam prosesi adat perkawinan suku Moronene, mengenai bentuk dan jenis benda tersebut telah ditetapkan dalam ketentuan hukum adat suku Moronene yaitu: Tahap Mongapi (peminangan) atau biasa disebut juga morongo kompe disini telah ditentukan benda yang digunakan adalah pinca (piring), rebite (daun sirih), Wua (Pinang), tagambere (gambir), Ahu (tembakau), serta Ngapi (Kapur Sirih). Tahap mesampora (Masa Pertunangan) alat dan bahan yang digunakan pada masa pertunangan adalah sawu (sarung) sinsi wula...
Di sebuah hutan yang berada di pinggiran pantai tinggallah seekor kera yang menginjak remaja. Kera itu bertubuh tinggi, bulu-bulunya hitam, bermata tajam, gigi-giginya pun sangat tajam. Setiap hari kera bermain-main dengan sahabatnya, bangau. Bangau adalah seekor anak bangau yang masih kecil, bulunya putih, berkaki dan berpauh langsing. Pada suatu siang mereka bermain-main di bawah pohon bakau di tepi pantai. Kera merasa lapar karena sejak pagi perutnya belum terisi makanan. Ketika si kera melihat laut yang terbentang di hadapannya, timbul dalam pikirannya untuk mengajak bangau mencari ikan untuk makan siang. “Bangau, ayolah kita turun ke laut. Di sana banyak ikan. Bukankah kita belum makan siang?” Ajak kera. “Tidak mau! Aku takut, aku masih kecil, kera!” Jawab bangau memperlihatkan ketakutannya. “Mengapa takut? Bukankah ada aku? Kalau kamu tidak mau aku akan menggigitmu!” Ancam kera sambil membuka mulutnya, berpura-pura akan mengigit Bang...
Tarian ini adalah suatu tari tradisional yang menggambarkan suka duka gadis-gadis Buton sewaktu dalam pingitan dengan spesifikasi berupa gerakan memakai sap tangan. Sudah menjadi suatu tradisi sejak zaman lampau seorang gadis yang menjelang dewasa haruslah menjalani masa Pingitan / Posuo. Selama 8 (delapan) hari 8 (delapan) malam. Posuo sebagai suatu arena tempaan adat bagi mereka yang diikat dengan aturan dan tata krama serta sopan santun yang ketat untuk meninggalkan masa kegadisan bebas dan gembira karena telah dewasa dalam tempaan serta siap menerima kenyataan hidup. Sumber: http://greatbuton.blogspot.co.id/2009/08/tari-kalegoa.html
Tari Malulo atau Lulo adalah tari tradisional yang berasal dari daerah Tolaki, Sulawesi Tenggara. Tarian tradisional Malulo disebut juga sebagai tarian persahabatan. Pada zaman dulu, tarian ini dilakukan pada upacara-upacara adat, seperti, pernikahan, pesta panen raya, dan upacara pelantikan raja yang diiringi oleh alat musik pukul, yaitu, gong. Tarian ini dilakukan oleh pria, wanita, remaja, dan anak-anak yang saling berpegangan tangan, menari mengikuti irama gong sambil membentuk sebuah lingkaran. Filosofi Tarian malulo ini adalah persahabatan yang biasa ditujukan kepada muda-mudi Suku Tolaki sebagai ajang perkenalan, mencari jodoh, dan mempererat tali persaudaraan. Tarian Tradisional Malulo ini dilakukan dengan posisi saling bergandengan tangan dan membentuk sebuah lingkaran. Peserta tarian tidak dibatasi oleh usia maupun golongan, siapa saja boleh ikut serta dalam Tarian Malulo. Dalam tarian ini yang perlu perlu diperhati...