Tari Kanjet Lasan Menggambarkan kehidupan sehari-hari burung Temengan(enggang), burung yang dimuliakan oleh suku Dayak Kenyah karena dianggap sebagai tanda keagungan dan kepahlawanan. Tari Kanjet Lasan sendiri dalam bahasa kenyah mengandung arti Tarian yang di arikan oleh wanita di halaman/padang . Kanjet (tari) Lasan( halaman) merupakan tarian tunggal wanita suku Dayak Kenyah yang sama gerak dan posisinya seperti Tari Kanjet Ledo, namun si penari tidak mempergunakan gong dan bulu-bulu burung Enggang dan juga si penari banyak mempergunakan posisi merendah dan berjongkok atau duduk dengan lutut menyentuh tanah. Tarian ini lebih ditekankan pada gerak-gerak burung Enggang ketika terbang melayang dan hinggap bertengger di dahan pohon
Tari Leleng Tarian ini menceritakan seorang gadis bernama Utan Along yang akan dikawinkan secara paksa oleh orangtuanya dengan pemuda yang tak dicintainya. Utan Along akhirnya melarikan diri kedalam hutan. Tarian gadis suku Dayak Kenyah ini ditarikan dengan diiringi nyanyian lagu Leleng. Sumber: http://dayakofborneo.blogspot.co.id/2013/06/suku-dayak-kenyah.html
Tari Hudoq Tarian ini dilakukan dengan menggunakan topeng kayu yang menyerupai binatang buas serta menggunakan daun pisang atau daun kelapa sebagai penutup tubuh penari. Tarian ini erat hubungannya dengan upacara keagamaan dari kelompok suku Dayak Bahau dan Modang. Tari Hudoq dimaksudkan untuk memperoleh kekuatan dalam mengatasi gangguan hama perusak tanaman dan mengharapkan diberikan kesuburan dengan hasil panen yang banyak.
Tari Hudoq Tarian ini dilakukan dengan menggunakan topeng kayu yang menyerupai binatang buas serta menggunakan daun pisang atau daun kelapa sebagai penutup tubuh penari. Tarian ini erat hubungannya dengan upacara keagamaan dari kelompok suku Dayak Bahau dan Modang. Tari Hudoq dimaksudkan untuk memperoleh kekuatan dalam mengatasi gangguan hama perusak tanaman dan mengharapkan diberikan kesuburan dengan hasil panen yang banyak.
Tari Belian Bawo Upacara Belian Bawo bertujuan untuk menolak penyakit, mengobati orang sakit, membayar nazar dan lain sebagainya. Setelah diubah menjadi tarian, tari ini sering disajikan pada acara-acara penerima tamu dan acara kesenian lainnya. Tarian ini merupakan tarian suku Dayak Benuaq.
Datun Julut Tarian ini merupakan tarian bersama wanita suku Dayak Kenyah dengan jumlah tak pasti, boleh 10 hingga 20 orang. Menurut riwayatnya, tari bersama ini diciptakan oleh seorang lelaki dari suku Dayak Kenyah di Apau Kayan yang bernama Anyi Selong, sebagai tanda syukur dan kegembiraan atas kesembuhan penyakit istrinya .
Tari Ngerangkau Tari Ngerangkau adalah tarian adat dalam hal kematian dari suku Dayak Tunjung dan Benuaq. Tarian ini mempergunakan alat-alat penumbuk padi yang dibentur-benturkan secara teratur dalam posisi mendatar sehingga menimbulkan irama tertentu.
Erau berasal dari bahasa lokal/daerah etnis Kutai, dan disebut juga EROH yang berarti ramai, hilir mudik, bergembira, berpesta ria. Erau dilaksanakan secara adat oleh Kesultanan atau kerabat kerajaan dengan maksud tertentu dan diikuti oleh seluruh masyarakat umum dalam wilayah administratif kesultanan. Erau berasal dari bahasa lokal/daerah etnis Kutai, dan disebut juga EROH yang berarti ramai, hilir mudik, bergembira, berpesta ria. Erau dilaksanakan secara adat oleh Kesultanan atau kerabat kerajaan dengan maksud tertentu dan diikuti oleh seluruh masyarakat umum dalam wilayah administratif kesultanan. Terdapat tiga pelaksanaan ERAU adat di lingkup Kesultanan Kutai Kartanegara, yakni : 1. ERAU TEPONG TAWAR yaitu erau adat yang dilaksanakan oleh kerabat keraton pada waktu tertentu berdasarkan keinginan (hajat) terhadap suatu pekerjaan. Dalam pelaksanaan ini Raja bergerak bebas artinya tidak melakukan batsan tertentu yang disebut "TUHING" 2. ERAU PELAS TAHUN...
Pakaian adat Kutai yang menunjukkan perbedaan yang mencolok dengan pakaian adat suku-suku lain di Kalimantan Timur ialah baju takwo. Dahulu, baju takwo adalah pakaian kaum bangsawan atau busana para penari saat mengikuti upacara adat. Akan tetapi kini, masyarakat banyak pun mengenakan baju takwo sebagai busana pengantin. Saat upacara pernikahan berlangsung, mempelai wanita memakai baju takwo. Bentuk baju takwo mirip jas tutup tapi berleher tinggi. Di bagian depannya diimbuhkan sepotong kain, disebut jelapah, yang menutup bagian tengah dada dari bawah leher hingga pinggul. Di bagian pinggir kiri dan kanan jelapah diimbuhkan lima pasang kancing, sedang pada bagian lehernya dipasang dua buah kancing. Baju takwo kerap dibuat dari kain katun, linen, atau beludru. Paduannya adalah kain panjang biasanya bermotif parang rusak yang bagian sisinya diberi ornamen berupa rumbai-rumbai keemasan. Kain panjang ini dipakai hingga menutup mata kaki dan dibebatkan sedemikian rupa sehingga s...