Balanga adalah satu jenis guci dan dianggap tertua. Masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah percaya balangan adalah manifestasi dari sebuah guci yang di sebut Lalang Tambangap Langit (guci yang memiliki bagian mulutnya lebar). Guci tersebut awalnya berada di Alam Atas (Lewu Sangiang). Mengingat balanga dibuat dari tanah liat, begitu juga manusia diciptakan dari tanah, maka guci dianggap sama halnya dengan manusia. Karena itu, balangan dipakai sebagai simbol penghargaan kepada Tuhan atau leluhur, manusia, dan mahluk lainnya di dunia. Pada balanga terdapat berbagai motif yang berkaitan dengan keyakinan masyarakat. Misalnya, motif naga. Masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah meyakini bahwa naga merupakan simbol kekuatan, dan ia berada didasar bumi. Jika naga itu bergerak, maka bumi akan bergoncang atau terjadi bencana alam. Karena itu, masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah menghargai balanga yang bermotif Naga. Hal ini menunjukkan pengaruh budaya Cina yang kuat pada peradaban masy...
Seiring dengan kemajuan teknologi, maka orang dayak di kalimantan Tengah mengalami perkembangan perilaku. Di antaranya adalah menyesuaikan diri dalam penggunaan busana pengantin tersebut, yaitu jenis kain beludru. Kain beludru untuk busana pengantin itu, diberi aksesoris dari bahan manik-manik. Manik-manik yang di tempel pada busana pengantin tersebut berbentuk motif Batang Hariang. Selain untuk busana pengantin, pakaian dari bahan beludru juga digunakan untuk acara menari atau untuk menyambut tamu kehormatan.
Pakaian berperang dapat dijumpai di masyarakat Dayak Kalimantan Tengah. Pakaian berperang tersebut terbuat dari kulit kayu, kulat binatang, dan di hiasi logam. Seringkali pakaian berperang itu dilengkapi dengan tulisan-tulisan (rajah) dengan tujuan menangkal sipemakai ketika berperang atau berkelahi, sehingga ia selamat. Pakaian berperang disebut juga Baju Basurat.
Kuatnya pengaruh kepercayaan pada masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah masih menyisahkan peninggalan berupa benda-benda keramat atau mistik. Di antaranya adalah pakaian pawang. pakaian pawang tersebut di gunakan oleh seorang ulama atau tokoh masyrakat ketika menyampaikan doa untuk mendatangkan hujan, perlindungan dari pengaruh jahat, dan mengobati orang yang sedang sakit. Pakaian pawang tersebut terbuat dari kulit kayu atau serat tumbuhan yang khusus dan dianggap memiliki magis. Sering pula pakaian ini dilengkapi dengan aksesoris.
Pakaian adat untuk pernikahan suku Dayak di Kalimantan Tengah pertama-tama menggunakan baju sangkarut. Baju sangkarut menyerupai rompi, Bahannya dari serat daun nenas, serat daun lemba, serat tengang, dan serat nyamu. Pakaian atau celana tersebut dinamakan ewah. ksesoris yang dugunkan yaitu anting-anting, gelang, cincin, ikat kepala (lawung) bagi laki-laki dan salutup bagi perempuan.
Tiwah adalah upacara kematian tingkat akhir bagi penganut kaharingan. Tiwah merupakan prosesi kematian paling akhir setelah penguburan yang dianjutkan dengan Balian Tantulak Ambun Rutas Matei (ritual membuang sial setelah kematian). Ritual ini dilaksanakan oleh suku daya di Daerah Aliran Sungai Kahayan dan Kapuas. Pada ritual ini zat atau roh orang yang meninggal akan dipindahkan atau dikembalikan kepada orangtuanya. Zat atau roh dari ayah dikembalikan ke ayah, sedangkam roh dari ibu dikembalikan kepada ibunya. Sementara roh dari Tuhan kembaki ke Tuhan, yang disebut roh Panyalumpuk atau Hambaruan. Ritual kematian lain yang dilakukan yaitu Ijambe atau Wara oleh suku Dayak di DAS Barito dan Nyorot oleh suku Dayak di DAS Katingan dan Mentaya. Setelah ritual itu dilakukan orang yang mati akan hidup sempurna di surga (Lewu Tatau Dia Rumpang Tulang Rundung Raja Isen Dia Kamalesu Uhat). Kelengkpan ritual Tiwah adalah sangkai raya balai nyahu, duhung, mandau, pakaia...
Ritual Manajah Antang dan Pendeng Sahur Tiwah Rangkaian ritual pada ritus kematian setelah Balian Tantuak Ambun Rutas Matei adalah Tiwah, Namun sebelum ritual tersebut berlangsung ada upacara pendahulan , yaitu Manajah Antang dan Pendeng Sagur Tiwah. Manajah Antang adalah memohon petunjuk kepada leluhur yang disebut Antang. Antang adalah leluhur yang dapat memberikan petunjuk keselamatan dan apa yang seharunya dilakukan oleh manusia Dikatakan Antang karena leluhur tersebut datang menampakkan diri seperti burung antang (elang). Tujuan Manajah Antang yaitu mencari petunjuk tentang tempat ritual tiwah,pimpinan Tiwah, dan leluhur yang mampu memberikan ketenteraman dan kedamaian saat Tiwah berlangsung. Setelah mendapatkan pentunjuk tentang para leluhur yang mampu mengayomi masyarakat, khususnya anggota Tiwah, maka para leluhur itu dikukuhkan. Pengukuhan para leluhur disebut Mampedang Sahur Tiwah, Syarat-syarat ritual tersebut terdiri dari hewan kurban (ayam), dan sesajen...
Ritual Balian Tantulak Ambun Rutas Matei Tradisi mengubur mayat menurut kebiasaan masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah bermacam-macam. Ada yang dikubur di dalam tanah, diletakakan di atas tanah atau diletakakan pada batang pohon yang telah dilubangi dengan posisi mayat berdiri tegak. Sementara peti zaman dulu berbahan kayu gabus, karena mudah dibuat. Setelah penguburan, ada ritual yang dibuat Balian Tantulak Ambun Rutas Matei. Ritual ini bertujan membuang sial (rutas) akibat meninggalnya anggota keluarga setelah ritual Balian Tantuak Ambun Rutas Matei masih ada rituak yang disebut Tiwah. Filosofi ritual Balian Tantulak Ambun Rutas Matei. Ritual ini dilakukan untuk menyambung kembali tali pusar yang dipotong ketika ia lahir. Setelah tali pusar diasmbung, roh atau Zat orang mati tersebut dikembalikan ke rahim ibunya, sedangkan roh atau zat yang berasal dari tanah atau bumi kembali ke tanah atau bumi. Syarat-syarat Balian Tantulak Ambun Rutas Matei yaitu hewan kurba...
Masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah memiliki tradisi yang melarang perkawinan sedarah ( kawin sumabang). Misalnya, kakek nikah dengan cucunya, paman menikah dengan keponakannya, nikah sesama saudara kandung, dan sebaginya. Untuk menghindarkan terjadinya perkawinan sedarah, maka diadakan Hakumbang Auh. Walaupun ada rambu-rambu yang mengatur perkawinan tetap saja terjadi pelanggaran. Pelanggar kawin sedarah (sala Hurui) akan mendapatkan sanksi dari keluarga laki-laki dan perempuan serta sanksi dari masyarakat. Sanksi itu diberikan karena dikuatirkan anak hasil hubungan mereka lahir tidak normal (cacat,fisik dan mental). Selain itu, masyarakat berkeyakinan orang yang berhubungan intim tidak melalui perkawinan yang sah bakal menimbulkan sial bagi manusia maupun alam sekitar. untuk menghindari musibah tersebut, maka diadakan ritula yang disebut Pakanan Tambun Tulah. Tambun Tulah adalah penguasa asal-usul sial bagi masyarakat dan penyebab anak lahir tidak normal. S...