Nama Asli Ki Ageng Pandanaran ialah Pangeran Mangkubumi dengan gelar Sunan Bayat atau Sunan Tembayat adalah Bupati Kedua Semarang (kini Kota Semarang), Jawa, Tengah Indonesia. Disamping sebagai kepala pemerintahan, ia juga dikenal sebagai tokoh penyebar agama Islam yang sakti. Bagaimana sepak terjang Ki Ageng Pandanaran menjalankan tugas-tugas pemerintahan sekaligus menyebarkan agama Islam ke masyarakat Jawa Tengah? Ikuti kisahnya dalam cerita Ki Ageng Pandanaran berikut! * * * Alkisah, sekitar abad ke-16 M., hiduplah seorang bupati yang bernama Pangeran Mangkubumi yang memerintah di daerah Semarang. Ia adalah putra dari Bupati Pertama Semarang Harya Madya Pandan. Sepeninggal ayahandanya, Pangeran Mangkubumi menggantikan kedudukan sang ayah sebagai Bupati Kedua Semarang dengan gelar Ki Ageng Pandanaran. Ia diangkat menjadi kepala pemerintahan Semarang pada tanggal 2 Mei 1547 M. atas hasil perundingan antara Sutan Hadiwijaya (penasehat Istana Demak) dengan Sunan K...
Gunung Wurung adalah sebuah gunung yang terletak di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, Indonesia. Bentuk gunung ini cukup unik, karena tingginya hanya berkisar 80 meter dan tidak memiliki puncak tertinggi. Menurut masyarakat setempat, gunung ini dibuat oleh para dewa dari Kahyangan. Namun, mereka telah menghentikan pekerjaannya sebelum gunung itu selesai dibuat. Mengapa para dewa tidak menyelesaikan pembuatan gunung itu hingga tuntas? Kisahnya dapat Anda ikuti dalam cerita Legenda Gunung Wurung berikut ini. * * * Alkisah, di sebuah daerah (yang sekarang masuk ke dalam wilayah Kecamatan Karangsambung), terdapat sebuah perkampungan kecil yang wilayahnya terdiri dari hamparan tanah datar. Tak satu pun gundukan tanah atau perbukitan yang terlihat di sekitarnya. Di suatu malam yang sunyi senyap, para sesepuh kampung tampak sedang berdoa kepada para dewa di Kahyangan. Dengan penuh khusyuk, mereka memohon agar dibuatkan sebuah gunung di dekat tempat tinggal mere...
Rawa Pening adalah sebuah danau yang merupakan salah satu obyek wisata air di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Danau ini tepatnya berada di cekungan terendah antara Gunung Merbabu, Telomoyo, dan Ungaran. Rawa Pening memiliki ukuran sekitar 2.670 hektar yang menempati empat wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Ambarawa, Bawen, Tuntang, dan Banyubiru. Menurut cerita, danau ini terbentuk akibat suatu peristiwa yang pernah terjadi di daerah tersebut. Peristiwa apakah itu? Berikut kisahnya dalam cerita Legenda Rawa Pening . * * * Dahulu, di lembah antara Gunung Merbabu dan Telomoyo terdapat sebuah desa bernama Ngasem. Di desa itu tinggal sepasang suami-istri yang bernama Ki Hajar dan Nyai Selakanta yang dikenal pemurah dan suka menolong sehingga sangat dihormati oleh masyarakat. Sayangnya, mereka belum mempunyai anak. Meskipun demikian, Ki Hajar dan istrinya selalu hidup rukun. Setiap menghadapi permasalahan, mereka selalu menyelesaikannya melalui musyawarah. Suatu hari, Nya...
Nama tari rong tek mungkin masih terdengar asing di telinga masyarakat Jawa Tengah. Tapi jika ditelisik, tari rong tek merupakan tari kreasi yang berembrio dari tari lengger banyumasan . Secara etimologi, nama “rong tek” yang terdengar unik ini berasal dari dua kata. “Rong” diambil dari suku pertama kata “ronggeng”, yang dalam bahasa Banyumas bisa diartikan sebagai penari atau lengger . Sementara, “tek” diambil dari suara kentongan bambu yang menjadi properti pementasan. Dalam tradisi masyarakat Banyumas, bambu bukan sebatas tanaman. Tanaman berbatang panjang ini juga memiliki berbagai peran penting dalam kehidupan sehari-hari. Bambu muda bisa dijadikan sebagai bahan panganan sementara bilah bambu yang sudah tua bisa dirajut menjadi berbagai benda kebutuhan rumah tangga, seperti bakul dan tampah. Fungsi yang lain dari bambu adalah bisa menjadi alat musik dan alat komunikasi darurat dalam kegi...
Thong-thong Lek merupakan salah satu kesenian tradisional yang dimiliki olehmasyarakat desa Tanjungsari, kecamatan Rembang, kabupaten Rembang. Alat musik ThongthongLek berupa bambu yang dibentuk kenthongan. Setiap tahunnya masyarakat desaTanjungsari selalu disibukkan dengan kegiatan lomba Thong-thong Lek, dalam mengikutilomba dibutuhkan banyak biaya dan tenaga namun tidak menjadi masalah bagi warga desaTanjungsari. Menyikapi hal tersebut di atas penulis ingin meneliti tentang bagaimana keberadaan musik tradisional Thong-thong Lek di desa Tanjungsari dan bagaimana dukunganwarga desa Tanjungsari terhadap musik tradisional Thong-thong Lek. Pendekatan yangdigunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa kesenian tradisional Thong-thong Lek yang semula fungsinyahanya membangunkan orang sahur pada bulan Ramadhan, tetapi kini keberadaan musiktradisional Thong-thong Lek ikut meramaikan kota Rembang pada bulan Ramadhan....
Tari Gandrung Wonogiren merupakan Tari Tayub Modern Versi Wonogiri yang saat ini mulai diminati masyarakat terutama pelajar dan generasi muda Wonogiri, diciptakan oleh Handoko, S.Sn, salah satu seniman kondang dari Wonogiri. Tari Gandrung Wonogiren menceritakan sejarah perjuangan rakyat Wonogiri dalam menumpas dan memerangi Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) yang menjamur di masyarakat Indonesia, untuk melawan korupsi. Sumber: https://gpswisataindonesia.info/2017/11/tarian-tradisional-magelang/
Kue Rangin berbahan dasar ketan dan kelapa parut, merupakan camilan legendaris kota Demak, sudah dikenal sebelum tahun 50-an. Pusat pembuatan Kue Rangin di di kecamatan Wonosalam, yaitu Desa Lempuyang, ploso, karangsambung dan sekitarnya. Kue rangin berkonotasi angin-angin atau ilir-ilir, karena bentuknya juga seperti kipas berbentuk kotak. Pembuatan kue rangin masih sangat tradisional dan mempunyai ciri khas tersendiri. Biasanya masyarakat sudah mempersiapkan bahan-bahan guna pembuatan kue rangin dalam rangka menyambut kedatangan bulan puasa penuh berkah untuk dihidangkan di ruang tamu, bahkan hampir setiap rumah ada kue rangin dan setiap menjelang lebaran idul fitri atau syawalan. Sumber: https://gpswisataindonesia.info/2016/03/camilan-khas-demak-jawa-tengah/
Perayaan Yaaqowiyuu di Jatinom, Klaten, banyak dikunjungi puluhan ribu wisatawan lokal dan mancanegara. Mereka berkumpul di lapangan dekat Masjid Besar Jatinom, menunggu acara sebar kue apem yang dilakukan setelah selesai salat Jumat. Untuk tahun ini sebanyak 5 ton kue apem yang diperebutkan para pengunjung. Menurut kepercayaan orang banyak, apem yaaqowiyuu yang artinya Tuhan mohon kekuatan itu bisa untuk tumbal, tolak bala, atau syarat untuk berbagai tujuan. Bagi petani, bisa untuk tumbal sawah agar tanaman selamat dari segala bencana dan hama penyakit. Bahkan, ada yang percaya siapa yang mendapat banyak apem pada perebutan itu sebagai tanda akan memperoleh rezeki melimpah. Saking percaya hal itu ada yang kaul (nadar) menggelar wayang kulit, atau pertunjukan tradisional yang lain. Maka, tak heran jika pada puncak acara peringatan yaaqowiyuu ini pengunjung melimpah yang datang dari berbagai daerah di Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur. Acara...
Asal usul upacara tradisional Tanjungsari. Alkisah pada waktu pecahnya kerajaan Majapahit ada 2 (dua) orang putri kerajaan yang bernama : Roro Tanjungsari dan Roro Payung Gilap yang lolos dari kerajaan dan kesasar sampai di sebuah desa yang masih berupa hutan. Karena kesedian dua putri tersebut yang menangis terus menerus dan tidak makan dan minum lalu kedua putri tersebut hilang bersama raganya (muksa). Dengan hilangnya kedua putri di tempat itu timbullah pohon Dlimo, sedang buahnya setelah masak seperti emas maka Desa tersebut diberi nama Dlimas. Masyarakat di Desa Dlimas pada waktu itu hidup serba kekurangan dan dapat diibaratkan bisa makan sehari dan tidak makan tiga hari. Pada suatu hari ada salah satu penduduk yang mendapat ilham agar kehidupannya menjadi baik agar supaya pohon Delia tersebut dirawat (diperlihara). Alkisah setelah pohon tersebut dipelihara dengan baik ternyata kehidupan masyarakat di Desa Dlimas menjadi baik, dan setelah pohon Delia itu mati dit...