Merupakan kelompok batu-batu besar yang sekarang sudah tidak beraturan lagi. Apabila diamati dengan seksama, masih terlihat adanya pola keteraturannya. Terletak pada jarak sekitar 200 m di sisi selatan Punden berundak Saunggalah, berada di tengah petak-petak sawah. Semula merupakan bukit kecil yang tertutup tanah, ketika tanahnya dibersihkan terdapat “gudang batu” tersebut, A.M.Sumawijaya menamakan Megalitik Kadoya dengan situs Jagaraksa. Fenomena arkeologis antara lain didapatkan suatu bentuk susunan batu temu gelang, yang posisinya sudah sangat terganggu, beberapa menhir besar dari batu pipih yang telah miring atau rebah. Salah satu menhir besar itu berukuran, tinggi tertinggi 1,96 m, dan lebar terlebar adalah 1,55 m. Pada bagian barat situs tersebut terdapat dua batu berdiri sejajar seakan-akan menjadi “pintu masuk” ke bagian dalam yang dipenuhi berbagai batu-batu besar. Peninggalan megalitik lainnya di wilayah Sindangbarang dan sekitarnya yaitu Punden Ruc...
Pangguyangan merupakan sebuah desa kecil terletak di kelurahan Cikakak, lebih kurang 16 km di sebelah utara Pelabuhan Ratu. Tinggalan tradisi budaya megalitik yang ditemukan di daerah tersebut merupakan sebuah bangunan punden berundak yang berdenah persegi empat. Masyarakat setempat menyebut bangunan berundak tersebut dengan sebutan Gentar Bumi, mereka sebutkan juga lokasi tersebut merupakan tempat berkumpulnya para Wali Sanga di masa lalu. Bangunan induk keramat Pangguyangan terdiri atas tujuh teras, dengan ukuran teras dari bawah ke atas makin mengecil. Pada masing-masing sudut teras terdapat batu tegak yang kemungkinan berfungsi sebagai pembatas dari masing-masing tingkatan teras. Tepat di depan bangunan induk sebelah kanan, pada jarak kurang lebih 2,5 m dari dinding teras bawah terdapat sebuah batu datar. Ada kemungkinan batu datar tersebut memiliki hubungan dengan bangunan induk megalit di Pangguyangan.
Kapamalian merupakan folklor sebagian lisan yang bergenre ungkapan tradisional, kapamalian merupakan ungkapan yang sering digunakan masyarakat jaman dahulu untuk mendidik anak mereka, sebab pada jaman dahulu dengan kurangnya pendidikan yang ada masyarakat mempunyai cara tersendiri untuk mendidik anak. kapamalian merupakan salahsatu cara mendidik anak pada jaman dahulu dan juga digunakan sampai saat ini. salah satu contoh kapamalian yang masih berkembang sampai saat ini yaitu "teu meunang diuk dina lawang panto, bisi nongtot jodo", hal ini bermaksud agar siapapun tidak boleh duduk di pintu sebab akan mengakibatkan susah mendapatkan jodoh. hal tersebut dikemukakan olah orang tua agar anak tersebut mengikuti perintah pamali, dikarenakan takut akan tidak mendapatkan jodoh. akan tetapi pada kenyataannya itu hanya ungkapan agar tidak menghalangi orang yang akan lewat. masih banyak ungkapan kapamalian yang tersebar di masyarakat terutama di masyarakat jawa barat.
Di warga masyarakat Indramayu dan Pantura, jaringan diartikan sebagai tradisi mencari jodoh pada saat terang bulan. Karena, para nelayan tidak melaut dan berkumpul di Pasar Pantura. Karena pada saat terang bulan ikan-ikan berdiam di dasar laut sehingga sulit ditangkap. Tempat berkumpulnya para nelayan ini dikenal dengan nama Pasar Jodoh. Pasar Jodoh berada di sebuah supermarket tradisional di Desa Lebak, Kecamatan Kandang Haur, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Dulunya, tempat ini adalah Kantor Bupati Indramayu. Dalam adat jaringan, para lelaki mengenakan kain sarung, dan (dulunya) para wanita mengenakan pakaian kain rajutan yang dibuat sendiri. Sarung yang dikenakan para lelaki ini digunakan untuk menjaring dan menggaet wanita yang disuka. Namun, adat jaringan ini pun memiliki banyak versi di berbagai daerah di sepanjang pantura.
Budaya Hajat Lembur dengan menghadirkan kesenian tradisional . Atraksi Ebeg dan Manorek merupakan kesenian yang masih digemari dan rutin ditampilkan pada puncak Hajat Lembur. Hajatan lembur tidak semata-mata merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan masyarakat dalam rangka mensyukuri nikmat dan karunia dari Allah SWT. Tapi kegiatan juga merupakan bentuk silaturahmi antara masyarakat yang merupakan percampuran Sunda dan Jawa. Kesenian yang dipertunjukan mulai pukul 21.00 WIB hingga dinihari, selain alur pegelaran yang ditampilkan, juga bentuk tarian, irama gamelan dan bahasa yang dipergunakan merupakan campuran Sunda dan Jawa.
Indonesia sudah terkenal dengan kebudayaan yang beraneka ragam yang ada di seluruh propinsi yang ada. Salah satu kebudayaan itu adalah seni tari. Seni tari setiap daerah mempunyai ciri khas yang berbeda dengan daerah lainnya. Salah satunya adalah tari topeng Cirebonan. Sebagai salah satu tarian yang termahsyur di Jawa Barat, kesenian Tari Topeng Cirebon rasanya tak bisa dilepaskan dari karakter kuat yang melekat pada kesenian ini. Tari Topeng Cirebon merupakan sebuah gambaran budaya yang luhur, filsafat kehidupan yang menggambarkan sisi lain dari diri setiap manusia. Metamorfosis manusia dari waktu ke waktu untuk menemukan jati dirinya yang sebenarnya. Tari Topeng yang pada asalanya sering dipentaskan di lingkungan keraton dan keudian mulai menyebar ke dalam lapisan masyarakat biasa (non keraton) kini  keberadaannya mulai sulit untuk dilihat. Tari Topeng kini hanya ditampilkan di beberapa kesempatan saja, di Cirebon sendiri beberapa kali saya melihat acara pern...
DEBUS adalah salah satu jenis kesenian tradisional rakyat jawa Barat yang terdapat didaerah pamempeuk Kabupaten Garut ini tercipta kira ?kira di abad ke 13 oleh seorang tokoh penyebar agama islam ,pada waktu itu di daerah tersebut masih asing dan belum mengenal akan ajaran islam secara meluas. Tokoh penyebar agama islam disebut Mama ajengan . Nama ajengan berpikir dalam hatinya bagai manakah caranya untuk dapat menyebar luaskan atau mempopulerkan ajran agama islam karena pada waktu itu sangat sulit sekali karena banyak kepercayaan-kepercayaan dan agama lain yang di anut oleh masyarakat setempat. sedangkan ajaran agama islam pada waktu itu masih belum dipahami dan di mengerti maknanya . Pada tengah malam bulan purnama si Mama Ajenganmengumpulka para santrinya untuk bersama-sama menciptakan sambil dengan belajar menabuh seperangkat alat-alat yang terbuat dari pohon pinang dan kulit kambing sehingga dapat mengeluarkan bunyi dengan irama yang sangat unik sekali yang kemudian kesenian te...
Seni Gesrek disebut juga Seni Bubuang Pati (mempertaruhkan nyawa). Bila dikaji dengan teliti, seni Gesrek dapat dikatakan juga bersifat religius. Dengan ilmu-ilmu, mantra-mantra yang berasal dari ayat Al Qur?an pelaku seni ini bisa tahan pukulan, tidak mempan senjata tajam atau tidak mempan dibakar. Demi keutuhan/mengasah ilmu yang dimiliki pemain Gesrek perlu mengadakan pemulihan keutuhan ilmu dengan jalan ngabungbang (kegiatan ketuhanan yang dilaksanakan tiap malam tanggal 14 Maulud) yaitu mengadakan mandi suci tujuh muara yang menghadap sebelah timur sambil mandi dibacakan mantra-mantra sampai selesai atas bantuan teman atau guru apabila masih ada. Jadi dengan adanya Seni Gesrek kegiatan ritual bisa dilaksanakan secara rutin sebagai rasa persatuan dan kesatuan sesama penggemar seni yang dirasa masih langka. Setelah terciptanya Seni Gesrek timbul gagasan untuk mengkolaborasikannya dengan seni yang berkembang juga di wilayah ini yaitu seni Abah Jubleg. Seni ini dikatakan khowarikul a...
HADRO adalah jenis kesenian perpaduan antara budaya Parahyangan dengan budaya Parsi atau Arab. Seni ini diperkenalkan oleh Kyai Haji Sura dan Kyai Haji Achmad Sayuti yang berasal dari Kampung Tanjung Singuru Samarang Kabupaten Garut sekitar tahun 1917. kehadirannya tentu saja mendapat sambutan hangat dari masyarakat Desa Bojong. Maka tidak heran apabila perkembangannya sungguh sangat menggembirakan. Jenis kesenian ini memiliki ciri tertentu dalam gaya dan lagunya. Gaya/laga adalah gerak geriknya yang diambil dari jurus-jurus pencak silat yang menggambarkan kepatriotan. Lagu / liriknya diambil dari sajak pujangga Islam Syech Jafar Al Banjanji. Alat pengiringnya terdiri dari : Rebana, Tilingtit, Kempring, Kompeang, Bangsing, Tarompet dan Bajidor.