Minoi atau talas dikenal luas dikalangan masyrakat Papua pada umumnya dan orang Hatam pada khususnya, karena tanaman ini merupakan salah satu panganan pokok yang cukup penting. Bahan: Minoi yang dimaksud dalam hal ini adalah sejenis talas dengan umbi selir banyak dalam satu indukan, atau biasa disebut juga keladi. Cara Pengolahan: Teknik pengolahan suatu minoi menjadi bahan panganan tradisonal dapat dilakukan dengan cara merebus/megukusnya (inon minoi). Sumber : https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/wbtb/?newdetail&detailCatat=5193
Siep adalah salah satu dari beberapa jenis makanan pokok yang biasa di konsumsi oleh orang Hatam. Petatas dapat tumbuh dengan subur diwilayah adat Hatam, dan mayarakat setempat mengupayakan pembudidayaan tanaman ini pada kebun-kebun mereka sabagai penyedia kebutuhan konsumsi. Jenis tanaman yang tergolong tumbuhan merambat ini, dapat hidup dengan baik pada daerah panas dengan kondisi udara yang lembab. Cara Pengolahan: Teknik pengolahan siep menjadi panganan biasanya dapat dilakukan dengan cara dibakar (ikwam siep) serta dapat dilakukan dengan teknik membakar atau memasak didalam bambu muda (itiy siep). Sumber : https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/wbtb/?newdetail&detailCatat=5193
Keladi atau yang biasa mereka sebut dalam bahasa Me adalah nomo adalah salah satu makanan tradisional penduduk Paniai yang masih ada sampai sekarang, salah satunya. Keladi atau nomo merupakan makanan yang biasa mereka konsumsi sehari-hari, selain itu juga harus tetap ada pada saat acara-acara adat. Cara Pengolahan: Cara mengolah keladi atau nomo cukup sederhana, yaitu biasa diolah dengan cara dibakar batu, bakar langsung di bara api atau dikubur dalam abu yang panas dan dapat pula direbus. Untuk bakar batu menggunakan keladi atau nomo, biasa digunakan dalam acara-acara adat, seperti pesta yuwo (pesta babi). Sumber : https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/wbtb/?newdetail&detailCatat=3209
Makanan tradisional masyarakat mee adalah nota atau ubi jalar. Tanaman ubi jalar dikenal beberapa jenis ubi jalar. Nota ini biasanya ditanam untuk dikonsumsi oleh keluarga dan ternak peliharaan. Misalnya untuk babi, sedangkan daunnya untuk makanan kelinci,kambing dan bahkan untuk makanan sapi. Cara Pengolahan: Kalau untuk dimakan oleh keluarga biasanya dengan cara dibakar langsung dibara api, dikubur dalam abu yang panas, direbus dan bakar batu Sumber : https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/wbtb/?newdetail&detailCatat=3210
Tembakau asli dari Lembah Baliem ini dapat pula dijumpai di tempat lain di wilayah Pegunungan Tengah Papua, khususnya di kabupaten-kabupaten hasil pemekaran dari kabupaten induk yaitu Kabuapaten Jayawijaya. Tembakau ini berupa tembakau yang diolah dari tumbuhan atau tanaman tembakau yang dapat dijumpai sebagai tumbuhan yang sengaja ditanam maupun tumbuh liar. Diambil daunnya sebagai bagian yang dipakai untuk dijadikan bahan tembakau dan sebagai daun gulungan tembakau untuk dihisap. Cara Pengolahan: Melalui proses tradisional, tumbuhan tembakau diolah untuk kemudian dapat dikonsumsi sendiri maupun dijual dipasar tradisional atau sebagai alat barter anatar individu dan kelompok masyarakat. Daun tembakau diambil yang baik lalu dikeringkan atau diasapi di dalam honai dalam wadah kayu yang disusun sedemikian rupa sehingga dapat diletakkan diatas perapian dan tidak terbakar, tetapi hanya diasapi hingga dirasa cukup kering untuk dapat diolah sebagai tembakau siap pakai. Tembakau ke...
Makanan pokok atau makan tradisional suku moni yaitu keladi. Cara Pengolahan: Keladi ini dikonsumsi oleh keluarga Cara mengolahnya yaitu dengan dibakar dan direbus. Keladi ini digunakan untuk acara-acara adat yang itu biasanya digunakan untuk bakar batu. Selain itu juga untuk saat ini dapat dijual untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Sumber : https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/wbtb/?newdetail&detailCatat=3212
Wati adalah salah satu minuman tradisional yang tumbuh dan berkembang pada masyarakat Malind Animn di pesisir pantai selatan mulai daratan Selatan Kondo pertabatasn RI-PNG sampai di daratan pulau Kimaam, di Kabupaten Merauke, Provinsi Papua. Wati (piperaceae misthycum) merupakan salah satu jenis tumbuhan, bagian yang digunakan adalah Akar dan batang. Wati dalam masyarakat Marind Anim mempunyai fungsi yang beragam antara lain; sebagai pembayaran mas kawin, sarinya disuguhkan dalam acara adat, upacara adat. Dalam acara ini mereka boleh menyediakan untuk tamu terhormat dan orang boleh minum dalam jumlah besar. Dahulu sarinya diperas lewat mulut gadis-gadis yang ditumpahkan dalam tempurung kelapa lalu diminum oleh laki-laki dan bisa tidur untuk beberapa hari lamanya. Sekarang wati bisa minum atau diolah oleh masing-masing individu. Keberadaan Magna Wati pada masyarakat Malind Anim merupakan salah satu benda yang sangat berharga, dapat dikatakan Wati sebagai maskawin orang Malind sel...
Makanan tradisional masyarakat Napan dan masyarakat Yaur adalah sagu. Sagu dalam bahasa orang Napan adalah Fi sedangkan untuk orang Yaur adalah Moore. Sagu adalah makanan pokok dan termasuk salah satu hal utama dalam setiap upacara adat masyarakat Napan dan masyarakat Yaur. Sagu diolah menjadi beraneka ragam makanan dan mempunyai sebutan yang berbeda sesuai dengan bahan yang campur atau digunakan. Sagu yang dikelola sering dikombinasikan dengan buah-buahan, Biji-bijian, kacang-kacangan dan daging babi, ikan, udang, daging penyu dan siput laut, makanan ini disebut Tananoko atau Papedah Biji-bijian. Masyarakat Napan dan masyarakat Yaur tidak mengenal bakar batu sebagai cara pengolahan makanan. Mereka mengolah makanan dengan cara dipanggang diatas bara atau diasar dan direbus. Bahan: Bahan yang digunakan untuk pembuatan Tananoko adalah tepung sagu dan air. Cara Pengolahan: Kemudian Tepung sagu yang sudah disiapkan dicampur dengan air hingga mencair lalu diendapkan s...
Brim adalah jenis makanan tradisional masyarakat pada beberapa suku bangsa di kabupaten Supiori yaitu olahan Brim (keladi bte). Cara Pengolahan: Keladi bte yang dibersihkan dari tanah (dicuci) kemudian mereka menggali lobang ditungku dimana tempat mereka memasak makana yang lain sebelumnya kemudian brim dimasukan kedalam lobang yang telah di gali dan di tutup kembali dengan abu panas yang ada di atas tungku tersebut Sumber : https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/wbtb/?newdetail&detailCatat=5199