Wati adalah salah satu minuman tradisional yang tumbuh dan berkembang pada masyarakat Malind Animn di pesisir pantai selatan mulai daratan Selatan Kondo pertabatasn RI-PNG sampai di daratan pulau Kimaam, di Kabupaten Merauke, Provinsi Papua. Wati (piperaceae misthycum) merupakan salah satu jenis tumbuhan, bagian yang digunakan adalah Akar dan batang. Wati dalam masyarakat Marind Anim mempunyai fungsi yang beragam antara lain; sebagai pembayaran mas kawin, sarinya disuguhkan dalam acara adat, upacara adat.
Dalam acara ini mereka boleh menyediakan untuk tamu terhormat dan orang boleh minum dalam jumlah besar. Dahulu sarinya diperas lewat mulut gadis-gadis yang ditumpahkan dalam tempurung kelapa lalu diminum oleh laki-laki dan bisa tidur untuk beberapa hari lamanya. Sekarang wati bisa minum atau diolah oleh masing-masing individu. Keberadaan Magna Wati pada masyarakat Malind Anim merupakan salah satu benda yang sangat berharga, dapat dikatakan Wati sebagai maskawin orang Malind selain itu juga wati merupakan pelengkap dalam upacara-upacara penting yang dilakukan oleh masyarakat Malind.
Wati di bagi menjadi 3 jenis yaitu; 1. Palima, warna daunya hitam 2. Babin, warna daunnya merah 3. Sahamna, warna daunnya kuning. Dalam memanen wati masyarakat Marind Anim sudah tahu kalau sudah cukup umur untuk dipanen dari panjangnya cabang, bungan, berbintik-bintik hitam pada batang, satu rumpun terdiri dari 8-10 batang serta penggantian musim. Tanaman ini ada banyak jenis lokal dan perbedaan itu dilihat dari perbedaan istilah untuk setiap jenisnya. Perbedaan itu didasarkan pada tinggi rendahnya pohon, panjang pendeknya ruas, warna kulit batang dan warna tulang batang, warna sari dan perbedaan rasa.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengkonsumsi Wati, tidak boleh makan sebelum minum Wati, jika dilanggar akan mengakibatkan sakit perut. Hal ini disebabkan oleh kandungan dalam Wati, dimana setelah minum Wati, tubuh akan langsung terasa lemas seperti dibius. Oleh karena itu, mengunyah batang Wati bisa mengobati sakit gigi. Hal lain yang harus diperhatikan adalah, dalam upacara adat, mengkonsumsi wati harus seijin orang tua-tua adat. Keluarga muda dan wanita produktif dilarang mengkonsumsi Wati. Hanya keluarga-keluarga yang telah memiliki anak minimal 3 orang dan wanita yang telah menapouse yang diijinkan mengkonsumsi Wati. Wati bisa juga digunakan untuk daya tahan tubuh terhadap penyakit malaria, dan jenis Wati hitam digunakan untuk mengobati TBC.
Untuk menyimpan Wati dalam jangka panjang dan tetap awet, Wati dibungkus dengan kulit pohon Bus yaitu sejenis pohon kayu putih. Selain sebagai minuman wajib, Wati merupakan simbol keterikatan batin antara kerabat yaitu dengan mengunyah dan menampung air di tempurung kelapa kemudian diberikan kepada orang-orang terdekat yang dihormati seperti dari anak mantu kepada bapak mertua, dan sebagainya. Fungsi lain dari Wati adalah sarana proses inisiasi dari seorang anak-anak ke tingkat dewasa yang akan diterima menjadi anggota masyarakat adat.
Sumber : https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/wbtb/?newdetail&detailCatat=1539
BAHAN-BAHAN 1 ikat kangkung bumbu halus : 5 siung bawang merah 2 siung bawang putih 2 butir kemiri 1 sdt ketumbar bubuk seruas kencur aromatic : 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 btg sereh seruas lengkuas,geprek seasoning : 1 sdt garam (sesuai selera) 1/2 sdt kaldu bubuk 1/2 sdm gula jawa sisir 1 sdt gula pasir Rose Brand 1 bungkus santan cair instan Rose Brand 1 liter air 3 sdm minyak goreng untuk menumis CARA MEMASAK: Siangi kangkung cuci bersih,tiriskan Haluskan bumbu Tumis bumbu halus hingga harum dengan secukupnya minyak goreng,masukkan aromatic,masak hingga layu,beri air 1 lt Masukkan kangkung,beri seasoning,aduk rata Koreksi rasa Sajikan Sumber: https://cookpad.com/id/resep/25030546?ref=search&search_term=kangkung
Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu
Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.