Artefak berbentuk lumpang dan alu yang berada di Kompleks Siti Inggil Keraton Kasepuhan Kota Cirebon, Jawa Barat memiliki nama Lingga dan Yoni. Nama Lingga melekat pada alu. Yoni merupakan nama dari lumpang, keduanya terbuat dari batu. Sejarawan Cirebon, Nurdin M Noer mengatakan Lingga dan Yoni yang berada di Kompleks Siti Inggil itu bekas alat penumbuk terasi petis pada era awal Islam masuk di Cirebon. "Awal masuknya Islam, Lingga dan Yoni digunakan sebagai penumbuk terasi petis. Lingga dan Yoni ini sering dikisahkan di kisah pewayangan yang tak lepas dari kisah-kisah masa Hindu," tutur Nurdin saat ditemui detikcom di kediamannya di Kelurahan Larangan, Harjamukti, Kota Cirebon, Sabtu (11/11/2017). Artefak Lingga juga bisa diartikan sebagai simbol kejantanan pria. Artefak Lingga juga bisa diartikan sebagai simbol kejantanan pria. Foto: Sudirman Wamad Nurdin menjelaskan, Lingga merupakan gambaran dari laki-laki karena...
Kliningan yaitu seperangkat gamelan yang berlaras salendro diiringi oleh Juru Sekar yang terdiri dari Sinden dan Wira Swara, jikalau dipergelarkan secara khusus disebut Kiliningan. Kiliningan juga disebut sebagai siku-siku segitiga yang biasa dipukul. Kiliningan berasal dari daerah Pantai Utara Jawa Barat ( Karawang , Bekasi , Purwakarta , Indramayu , dan Subang ). Bentuk Kilining seperti Gender (alat gamelan Jawa). Walaupun kilining sekarang sudah tidak dipakai dalam pertunjukanna, nama kesenian ini tetap disebut seni Kiliningan, walauoun sudah tidak ada alat kiliningnya. Seni Kiliningan termasuk dalam ragam karawitan sekar-gending. Oleh karena itu, juru kawih atau disebut juga sinden, memiliki peran yang sangat sentral dalam seni Kiliningan. Materi seni Kiliningan terdiri dari dua unsur yang menyatu, ya itu juru sekar atau penyanyi dengan juru gending atau pemain musik. Yang termasuk ke juru sekar dal...
I. Ndéh nihan Carita Parahiyangan. Énya kieu Carita Parahiyangan téh. Sang Resi Guru mangyuga Rajaputra. Rajaputra miseuweukeun Sang Kandiawan lawan Sang Kandiawati, sida sapilanceukan. Ngangaranan manéh Rahiyangta Déwaraja. Basa lumaku ngarajaresi ngangaranan manéh Rahiyangta ri Medangjati, inya Sang Layuwatang, nya nu nyieun Sanghiyang Watang Ageung. Sang Resi Guru boga anak Rajaputra. Rajaputra boga anak Sang Kandiawan jeung Sang Kandiawati, duaan adi lanceuk. Sang Kandiawan téh nyebut dirina Rahiyangta Déwaradja. Basa ngajalankeun kahirupan sacara rajaresi, ngalandi dirina Rahiangta di Medangjati, ogé katelah Sang Lajuwatang, nya mantenna nu nyieun Sanghiang Watangageung. Basana angkat sabumi jadi manik sakurungan, nu miseuweukeun pancaputra; Sang Apatiyan Sang Kusika, Sang Garga Sang Mestri, Sang Purusa, Sang Putanjala inya Sang Mangukuhan, Sang Karungkalah, Sang Katungmaralah, Sang Sanda...
Naskah Bujangga Manik adalah naskah primer, yang merupakan peninggalan dari naskah berbahasa Sunda yang sangat berharga. Naskah ini ditulis dalam daun nipah, dalam puisi naratif berupa lirik yang terdiri dari 8 suku kata. Naskah ini seluruhnya terdiri dari 29 daun nipah, yang masing-masing berisi 56 baris kalimat yang terdiri dari 8 suku kata. Yang menjadi tokoh dan yang menulis naskah ini adalah Prabu Jaya Pakuan alias Bujangga Manik , seorang resi Hindu dari kerajaan Sunda. Walaupaun ia seorang prabu (keluarga raja/ bangsawan) dari keraton Pakuan Pajajaran, ia lebih suka menjalani hidup sebagai seorang resi. Bujangga Manik melakukan perjalanan 2 kali ke negeri Jawa. Pada perjalanan kedua, ia singgah di Bali untuk beberapa lama serta ke pulau Sumatra dan akhirnya ia bertapa di sekitar gunung Patuha sampai ia meninggal. Bujangga Manik dalam nask...
Naskah ini ditulis pada tahun 1440 saka atau 1518 M, dalam bahasa Sunda kuno, yang ditulis dalam daun nipah. Naskah ini oleh sebagaian ahli dianggap sebagai pustaka ensiklopedik, yang sekarang tersimpan di Perpustakaan Nasional, kropak 630). Isi naskah ini dibagi 2 bagian. Yang pertama disebut dasakreta selaku ”kundangeun urang rea” (ajaran akhlak untuk semua orang). Sedang yang kedua disebut darma pitutur, yang berisi ilmu pengetahuan (bahasa sunda = pangaweruh) yang harus dimiliki oleh setiap manusia agar hidup berguna di dunia. Meskipun dalam naskah ini berjudul karesian, isinya tidak hanya berkenaan dengan kaum agama, tetapi banyak bertalian dengan kehidupan menurut ajaran darma. Dan yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan ada dalam darma pitutur, seperti apa yang diungkapkan dalam pengantarnya: ” Kitu keh urang janma ini lamun dek nyaho dipuhun suka lawan en...
Carita Purnawijaya merupakan karya sastra Sunda yang menceritakan tentang perjalanan Purnawijaya ke Neraka. Purnawijaya adalah yaksa (buta) yang mendapat pengajaran dari sang dewa utama mengenai bertingkah laku jahat. Setelah itu Purnawijaya diajak melihat neraka sehingga mengetahui siksa yang akan dijalani oleh manusia yang banyak dosa. Naskah ini disimpan di Perpusnas (2 karopak 413 dan 423) menggunakan bahasa Sunda kuno dan tulisan Sunda kuno, yang diukir dalam daun palm, dan dibuat kirakira pada abad ke17 M. Naskah yang di karopak 423 ada 39 lembar. Sumber : sundasiabah.blogspot.co.id/2011/08/naskah-peninggalan-dan-naskah-kuno-yang.html
Suatu naskah yang berbentuk pantun yang di tulis oleh pujangga yang bernama Kairaga , dari gunung Srimanganti, Cikuray. Naskah ini diperkirakan ditulis pada akhir abad ke-17 M atau awal abad 18 M dalam bahasa Sunda, yang dapat ditemukan pada Karopak 410. Naskah ini menceritakan dengan indah tentang kepindahan ratu Ambetkasih, istri Sribaduga maharaja Jayadewata dan selirnya, dari istana Galuh ke istana Pakuan. Sumber : sundasiabah.blogspot.co.id/2011/08/naskah-peninggalan-dan-naskah-kuno-yang.html
Prasasti Kebantenan berupa 5 lempeng perunggu, yang ditemukan di Desa Kebantenan, Kabupaten Bekasi, Proinsi Jawa Barat. Prasasti ini ditemukan oleh penduduk Desa Kebantenan kemudian dibeli oleh Raden Saleh dan kini menjadi koleksi Museum Nasional dengan nomor inventaris E.1, E2, E.3, E.4, dan E.5). Prasasti ini menerangkan Bahwa Raja Sunda yang memerintah di Pakuan Pajajaran menetapkan desa sima perdikan karena dijadikan sebagai tempat suci milik raja. Tertulis: Raja Rahyang Niskala Wastu mengirimkan perintah melalui Hyang Ningrat Kancana kepada Susuhunan Pakuan Pajajaran untuk mengurus daerah larangan, yaitu Jayagiri dan Sunda Semabawa. Raja tinggal di Pakuan, dari sebuah tanah sakral (tanah devasasana); perbatasan yang sudah mapan, dan tanah itu tidak boleh dibagikan karena pelabuhan devasana menyediakan tempat pemujaan, yang merupakan milik raja. Sri Baduga Maharaja, yang memerintah di Pakuan, memberi aturan sanksi di sebuah tempat suci (tanah devasana) di Gunu...
Cirebon merupakan daerah di Kawasan Pantura Jawa Barat yang masih kental dengan sejarah dan budaya serta kuliner. Selain keraton dan situs, naskah kuno juga menjadi salah satu bukti kuat bagaimana perjalanan dan perkembangan Cirebon beberapa abad silam. Salah satunya, naskah kuno yang berada di Desa Nusaherang Kecamatan Nusaherang, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Naskah itu adalah Naskah Kembang Cangkok Wijayakusuma dan Tarekh Bima Suci (Ajaran Tasawuf yang disimbolkan dalam lakon pewayangan). "Naskah ini membuktikan bahwa warga Desa Nusaherang masih memiliki kekerabatan keturunan dengan Keraton Kanoman. Saya sudah verifikasi silsilahnya dan memang ada dan tercatat," kata Sejarawan Cirebon Opan Safari, Kamis (12/5/2016). Ia menyebutkan, dalam naskah tersebut ditulis menggunakan Arab Pegon (tulisan arab berbahasa Cirebon dan Carakan (aksara Jawa)). Isi dalam naskah tersebut, terdapat ajaran Tarekat hingga silsilah murni ke...