Akhir tarian perang Fatele, di mana pahlawan desa mengalahkan musuh dalam perang tanding. Sumber: https://www.museum-nias.org/tarian-musik/
Ini adalah tarian pertama dalam sambutan upacara dan nyanyian dalam perjalanan menuju ke desa dan rumah tuan rumah penyelenggara pesta. Pengunjung berjalan menuju sebuah desa ditemui oleh perwakilan dari tuan rumah, sebagai sambutan awal dan juga menunjuk jalan ke pengunjung ke rumah tuan rumah. Dengan mendengar nyanyian ini di kejauhan, tuan rumah tahu bahwa pengunjung mendekati. Lebih sering dilakukan ketika ada pesta perkawinan. Sumber: http://www.museum-nias.org/tarian-musik/ https://www.youtube.com/watch?v=88-ZsIzUbIs
Juga disebut tari Humba. Ini adalah tahap kedua dari sambutan upacara yang dilakukan oleh tuan rumah ketika pengunjung tiba. Tarian ini melibatkan beberapa seni sandiwara dan aspek dari tari perang. Pada awalnya, ketika tamu tiba, tidak jelas apakah pengunjung itu ramah atau penyusup. Para wanita di rombongan menempatkan diri mereka di tengah untuk menghindari perkelahian apapun. Tanggapan dari tamu terhadap tarian ini adalah dengan tarian Hiwö. sumber: http://www.museum-nias.org/tarian-musik/
Tari yang dilakukan oleh pengunjung saat mereka tiba di rumah tuan rumah. Penari laki-laki memegang tangan dan menari saling serong menuju ke tuan rumah. Tarian ini melibatkan beberapa seni sandiwara dan aspek dari tari perang. Pada awalnya ketika tamu tiba, tidak jelas apakah tuan rumah itu menyambut mereka atau memperlakukan seperti mereka itu penyusup. Para wanita di rombongan menempatkan diri mereka di tengah untuk menghindari perkelahian apapun. Tanggapan dari tamu terhadap tarian ini adalah dengan tarian Himba. Sumber: https://www.museum-nias.org/tarian-musik/
Upacara adat selalu mewarnai kehidupan orang Nias mulai dari ketika seseorang berada dalam kandungan, lahir, bertumbuh, hingga pada kematian. salah satunya adalah pelaksanaan upacara kematian yang disebut “ Maluaya Famadaya Hasi Zimate (prosesi pengangkatan peti jenazah)” Pelaksanaan upacara pelepasan jenazah ini bisa dikatakan sangat jarang sekali dilaksanakan di Pulau Nias. Sebab, hanya orang-orang yang mampu dan tergolong bangsawanlah, yakni ( s i ’u lu) dan golongan penetua adat ( s i ’i la) , yang mampu melakukan upacara ini. Untuk golongan s i ’i la tidak semua keluarga boleh menyelenggarakan upacara adat ini, tergantung bagaimana peran almarhum di masyarakat selama dia hidup. Karena jarang dilaksanakan, tidak mengherankan, ketika acara ini dilaksanakan di Kota Gunungsitoli pada Minggu (24 Juli 2011) lalu mengundang perhatian warga. Hujan lebat yang turun saat upacara berlanjut pun warga yang antusias menya...
Satu tarian sambutan lain dari Nias Selatan. Ini dipertunjukkan oleh laki-laki dan perempuan bersama-sama di tengah-tengah lapangan desa tradisional. Sumber: https://www.museum-nias.org/tarian-musik/
Ini adalah tarian di mana penari perempuan menawarkan sekapur sirih dari tas khusus kepada tamu penting. Hari ini tarian ini sering dilakukan ketika tamu penting seperti menteri atau pegawai pemerintah mengunjungi Nias. Tari Mogaele adalah nama tarian ini di Nias Selatan. Di Nias Utara tarian ini disebut tari Famaola gö afo. Sumber: https://www.museum-nias.org/tarian-musik/
Di Telukdalam dinyanyikan oleh 5 atau 7 orang; yang memimpin ialah ere hoho . Biasanya syairnya terdiri dari perumpuan dan cerita maupun sejarah. Di Nias Utara hoho hanya dituturkan. Sumber: https://www.museum-nias.org/tarian-musik/
Dinyanyikan pada waktu pernikahan atau pesta tradisional sebagai tanya jawab bersahut-sahutan antara tamu dan pengunjung. Lagu-lagu bisa sebagai pengantar atau komentar tentang pengunjung. Awalnya pria dan wanita bernyanyi secara terpisah, tetapi bergabung pada akhirnya. Akhirnya kelompok kecil perempuan menyanyikan bernada tinggi, lagu yang dinyanyikan pada semua pernikahan. Sumber: https://www.museum-nias.org/tarian-musik/