Panoguan, Pangkulhulan, dan Sorha merupakan tiga alat tenun penting dalam membuat atau menenun ulos. Alat Tenun ini digunakan untuk menguraikan pakan benang agar dapat digulung sedemikian rupa hingga nantinya benang tersebut dapat dibentuk dan ditenun menjadi sebuah ulos. Panoguan berfungsi sebagai tempat untuk menaruh pakan benang agar ujung benang dapat ditarik oleh Sorha, sedangkan Pangkulhulan merupakan tempat untuk menarik benang yang nantinya akan menjadi pengunci benang dalam beberapa helai ketika proses pembuatan ulos.
Bonang Manalu merupakan tiga benang berwarna Putih, Merah dan Hitam yang di jalin atau di pilin menjadi satu kesatuan. Bonang artinya benang dan Manalu dari kata Ma & Tolu, tiga menyatu satu dalam satu kesatuan. Sitiga Bolit adalah tiga benang dijalin secara teratur menjadi satu (bonang manalu) dengan ukuran tertentu digunakan untuk ikat yang melilit di kepala, seperti bentuk serban. Sitiga artinya tiga, dan Bolit artinya belitan, pilinan, atau jalinan. Warna Putih, Merah dan Hitam merupakan warna utama dan dominan bagi Suku Batak (Toba, Mandailing, Simalungun, Pakpak dan Karo). Warna Putih, Merah dan Hitam mempunyai arti dan makna sebagai berikut: PUTIH : Sebagai perlambang kesucian, kebenaran, kejujuran dan ketulusan (sohaliapan, sohapurpuran), juga simbol kosmologi Banua Ginjang (dunia atas); MERAH : Sebagai perlambang kekuatan (hagogohon) dan keberanian, simbol Banua Tongah (dunia tengah); dan HITAM : Sebagai perlambang kerahasiaan (hahomion), kewibawaan dan kepemimpi...
Batu Parhundulan Tuan Manggala Bulan merupakan batu tempat duduk Tuan Manggala Bulan. Batu yang terletak di kawasan Rumahela, Situs Parhutaan Raja Isumbaon, di daerah Pusuk Buhit. Menurut sumber yang diperoleh pada saat Tim Survey Batakologi melakukan Ekspedisi ke Samosir, Pusuk Buhit dibagi menjadi dua daerah, yaitu daerah hasundutan (barat) yang didiami oleh Guru Tatea Bulan, dan daerah habinsaran (timur) yang didiami oleh Raja Isombaon, keduanya merupakan anak dari Si Raja Batak. Tuan Manggala Bulan adalah anak sulung dari Raja Isombaon. Kisahnya tidak tercatat di buku Tarombo Batak, sebab beliau tidak memiliki keturunan, dan diyakini Batu Parhundulan inilah tempat Tuan Manggala Bulan senang melihat Danau Toba dari atas Pusuk Buhit.
Komunitas Rumahela Raja Isombaon menggelar festival budaya di Desa Simullop dan di Desa Sitaotao, Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir, persiapan dari tanggal 1 Juli 2024 hingga acara yang digelar dari tanggal 3 sampai dengan tanggal 9 Juli 2024. Dan di pada tanggal 6 Juli 2024, sebelum diadakan acara Gondang Bolon Sahala di tanggal 7 s/d 8 Juli 2024, diadakan Acara Patapehon di Rumah Batak Situs Padepokan Rumahela. Menurut sumber yang kami peroleh ketika Tim Survey Batakologi melakukan kunjungan ekspedisi ke Samosir, Rumah Batak Situs Padepokan Rumahela memiliki hiasan dan ukiran yang diyakini sebagai hiasan dan ukiran (gorga pertama) yang ada pada Rumah Batak .
Dalam rangkaian kegiatan Festival Wisata Edukasi Leluhur Batak (FWELB) yang diselenggarakan oleh Komunitas Rumahela dari tanggal 1 hinggal tanggal 10 Juli 2024, acara pertama yang dilaksanakan adalah Mangelek Ompu Raja Tao Toba . Dalam Bahasa Batak Toba, mangelek berarti memohon, atau membujuk. Dalam acara ini, mangelek ditujukan kepada Ompu Raja Tao Toba. Menurut sumber yang diperoleh Tim Survey Batakologi ketika melakukan ekspedisi di kawasan Samosir, dijelaskan bahwa Ompu Raja Tao Toba merupakan ayah dari Si Boru Siak Goina, istri dari Raja Isombaon. Beliau dipercaya menjadi penguasa Danau Toba. Tujuan dari mangelek ini adalah untuk memohon restu dari sang penguasa Danau Toba agar kegiatan yang akan dijalankan sepanjang 10 hari ini berjalan dengan baik. Di dalam Ritual Mangelek Ompu Raja Tao Toba, disajikan juga di atas kapal berbagai macam makanan dan minuman serta buah-buahan yang terbaik untuk acara ini, hal ini bertujuan untuk memberikan penghormatan kepada Ompu Raja Tao Toba....
Menurut sumber yang diperoleh dari hasil ekspedisi Tim Survey Batakologi di Samosir, Situs Parhutaan Raja Isombaon (Rumahela) ditemukan pada tahun 2010 dan sampai pada Festival Wisata Edukasi Leluhur Batak tahun 2024, Situs Parhutaan Raja Isombaon (Rumahela) tetap dijaga dan dirawat oleh Komunitas Rumahela. Ketika Tim Survey Batakologi mengunjungi acara festival yang diselenggarakan dari tanggal 1 Juli hingga tanggal 10 Juli 2024, pada tanggal 5 Juli diadakan acara Misa Inkulturasi yang diselenggarakan menurut Agama Kristen Katolik. Hal ini menjadi informasi yang menarik dimana perpaduan antara agama dan budaya berkolaborasi dalam perayaan suatu ibadah. Adapun Situs Parhutaan Raja Isombaon (Rumahela) berada di bagian timur Pusuk Buhit (Habinsaran) dan diyakini sebagai awal mula peradaban masyarakat Batak yang berasal dari keturunan-keturunan dari Raja Isombaon (anak kedua dari Si Raja Batak), sedangkan di bagian barat (Hasundutan) dihuni oleh keturunan dari Guru Tatea Bulan.
Patapehon merupakan salah satu kegiatan dari Acara Festival Wisata Edukasi Leluhur Batak yang dimana Tim Survey Batakologi dapat berkesempatan melihat secara langsung Ritual Patapehon Hasorangan ni Sahala. Patapehon bertujuan untuk 'melantik' orang-orang yang telah dipersiapkan untuk menerima sahala (jiwa) dari para leluhur (hasorangan). Kegiatan ini diawali dengan ceramah dari pembimbing mereka. Setelah mendapatkan arahan, mereka diberkati dengan meletakkan beras di atas kepala oleh pembimbing mereka dan diakhiri dengan pemberian ulos dari Tulang (Hulahula). Ulos diberikan oleh tulang karena ' sambola ni langit do pasupasu ni tulang .' (Artinya: Berkat dari tulang sebanyak setengah dari langit)
Pasahat Ulian merupakan salah satu dari beberapa rangkaian acara yang diselenggarakan oleh Festival Wisata Edukasi Leluhur Batak, dimana acara ini bertujuan untuk menyampaikan permohonan dan persembahan kepada Debata Mulajadi Na Bolon dan juga kepada para leluhur. Kegiatan ini dilaksanakan pada saat parnangkok ni mata ni ari (sekitar pukul 12 siang). Menurut sumber yang kami peroleh ketika Tim Survey Batakologi melakukan ekspedisi di Samosir, seluruh tamu yang hadir menghadap ke arah Situs Parhutaan Raja Isombaon yang letaknya berada di Gunung Pusuk Buhit yang diyakini sebagai awal mula peradaban Batak. Pasahat Ulian yang dipersiapkan antara lain daging kerbau (saksang horbo), ihan naniura, indahan songko, kelapa, pisang, semangka, nasi kuning, nasi putih, telur, dan masih banyak lagi.
Naniura adalah makanan khas Batak yang bahan utamanya adalah ikan. Keunikan dari naniura adalah daging ikan yang tidak dimasak menggunakan panas, tetapi dengan melumuri asam dan bumbu-bumbu lainnya ke ikan tersebut, dan pastinya tetap menggunakan andaliman sebagai sumber dari rasa pedas dan getirnya. Biasanya yang diolah menjadi naniura adalah ikan mas atau ikan mujair, tetapi ketika Tim Ekspedisi Batakologi berkunjung di Acara Festival Wisata Edukasi Leluhur Batak, naniura disajikan menggunakan Ihan Batak (Neolissochilus thienemann).