Uraian latar belakang ini didasarkan pada pemahaman mengenai masalah-masalah budaya dalam perubahan masyarakat yang terjadi di negeri kita, yang sebagian terjadi karena tuntutan pembangunan, dan sebagian lagi terjadi secara alami (tanpa arahan yang disengaja dari luar masyarakat yang bersangkutan). Paparan ini juga didasarkan pada informasi yang terdapat dalam sejumlah bacaan berkenaan dengan "suku terasing" yang telah dikeluarkan oleh Departemen Sosial RI. Meskipun telah diajukan keberatan mengenai sebutan "suku terasing", dan ada usu) untuk menggantinya dengan "suku berkembang", pandangan tentang masalah itu tetap, yaitu bahwa suku-suku tertentu itu, yang juga dianggap "terbelakang" dapat terjangkau oleh proses pembangunan". Hal itu kiranya memang perlu agar seluruh bangsa Indonesia memperoleh kesempatan yang sama untuk maju. Sumber: http://repositori.kemdikbud.go.id/7729/
Sampe merupakan alat musik tradisional khas Indonesia yang masih terjaga kelestariannya sampai saat ini. Penemu sekaligus pemain berasal dari suku Dayak Melayu Tuan. Kegunaan sampe pada zaman dulu adalah mengiringi upacara adat Kalimantan Timur. Setelah berganti zaman, kegunaan makin bertambah yaitu sebagai penghibur bagi warga setempat. Sampe juga difungsikan sebagai alat penyampaian perasaan baik rasa rindu, gembira, sayang bahkan duka. Sejarah Sampe Sampe merupakan salah satu dari aneka macam alat musik tradisional kalimantan timur paling populer saat ini. Alat musik Kaltim ini sekarang sudah dimainkan oleh siapa saja tanpa ada pengecualian baik dewasa atau orang tua. Konon pada zaman dulu ada perbedaan ketika memainkan sampe di waktu siang atau malam hari. Saat siang hari, suara nada yang dihasilkan menggambarkan perasaan bahagia. Sebaliknya jika malam, nadanya menggambarkan perasaan sedih dan syahdu. Kepercayaan akan kesakralan alat musik sampe terhadap situasi ters...
Upacara Adat Kwangkay merupakan upacara pemakaman adat suku Dayak Benuaq yang merupakan tradisi purbakala, system penguburan secara bertahap dilaksanakan sebagai berikut : Pemakaman darurat ( Penguburan sementara ) Pemakaman Antar (Penguburan Skunder) Pemakaman penutup ( Penguburan terakhir ) o Orang Dayak Benuaq mengenal 3 Jenis upacara kematian Upacara Parapm Api Upacara Kenyau Upacara Kwangkay. Upacara Adat Kwangkay dilaksanakan oleh anggota keluarga yang masih hidup agar para mendiang dapat tiba di tempat yang tinggi di Puncak Lumut. kwangkay yang berarti buang bangkai maksudnya melepaskan diri dari segala kedukaan dan mengahiri masa berkabung Waktu Penyelenggaraan Kwangkay : pada bulan Februari - Maret Pantangan selama upacara: Keluarga penyelenggara upacara atau para petugas upacara dan masyarakat yang ikut harus mematuhi pantangan sebagai berikut: Untuk Keluarga duka: tidak boleh bepergian, tidak boleh bergurau, tidak boleh menggunakan pakai...
Upacara ini dilaksanakan oleh masyarakat Dayak Wehea setelah mereka selesai panen padi.Upacara ini dilakukan untuk memperingati pengorbanan dari Long Diang Yung yang rela mengorbankan dirinya untuk masyarakat yang sedang dilanda bencana kelapparan dan kekeringan. Setelah pengorbanannya masyarakat dapat hidup makmur dan mendapat panen yang berlimpah.Maksud diadakannya upacara ini adalah sebagai pengungkapan rasa syukur atas panen yang telah mereka dapatkan. Upacara ini terdiri dari beberapa rangkaian yang masing-masing rangkaian tersebut saling berkaitan dan upacara ini berlangsung selama 1 bulan. Pelaksanaan upacara ini di mulai dengan pemukulan gong yang dilaksanakan di rumah adat (eweang) dan diakhiri dengan upacara embos epaq plai (membuang hampa padi) yang bermakna untuk mengusir dan membuang segala yang jahat bersama terbenamnya matahari serta mendoakan kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat, ternak dan makanan.
Upacara ini merupakan semacam upacara inisiasi atau upacara peralihan yang biasa dilakukan oleh pemuda-pemuda Wehea sebelum memasuki jenjang perkawinan. Dalam masyarakat Wehea, seorang pemuda sebelum melaksanakan upacara ini pemuda tersebut belum boleh melaksanakan perkawinan. Pelaksanaan upacara ini biasanya dilakukan setelah pesta panen (Embob Jengea) dan dilaksanakan sepuluh tahun sekali. Upacara ini bertujuan untuk melatih mental para pemuda agar mereka siap dalam menghadapi tantangan hidup berumah tangga.
Cerita ini berkisah tentang Pak Abad, seorang pengobat tradisional yang mendapatkan ilmu pengobatan secara turun-temurun. Berbagai penyakit yang menimpa warga di sekitar rumahnya telah disembuhkan oleh Pak Abad. Beliau menyembuhkan penyakit tanpa kenal lelah dan tanpa mengharapkan imbalan. Ketika wabah penyakit yang sangat mematikan melanda warga, termasuk anak Pak Abad sendiri, beliau pun rela berpayah-payah menempuh perjalanan jauh dan menghadapi berbagai rintangan guna menemukan jalan keluar mengusir wabah tersebut. Jerih payah Pak Abad pun terbayar dengan kesembuhan seluruh warga masyarakat dan perginya wabah dari kampungnya. Setelah beliau meninggal, ilmu pengobatannya diwariskan kepada kerabatnya. Kisah ini memberikan keteladanan sikap keikhlasan dan kesungguhan membantu sesama yang layak dicontoh generasi muda bangsa.
Amplang merupakan salah satu camilan yang berasal dari Samarinda, Kalimantan Timur. Camilan ini memiliki tekstur renyah dan gurih serta umumnya berwarna putih. Bentuk dari amplang cukup beragam ada yang berbentuk stik, memanjang, hingga berbentuk kuku macan. Bahan dasar pembuatannya adalah tepung tapioka, ikan, dan rempah. Awalnya cemilan ini di produksi di Kota Samarinda. Namun dengan bertambahnya minat orang-orang terhadap amplang, cemilan ini kemudian merambah ke berbagai daerah di Kalimantan Timur hingga akhirnya menjadi oleh-oleh wajib khas Kalimantan Timur. Amplang telah ada sejak tahun 1970an. Awalnya camilan ini dibuat menggunakan ikan belida (ikan pipih) sebab di Kalimantan Timur, khususnya kota Samarinda memiliki Sungai Mahakam sebagai wilayah penghasil ikan. Akan tetapi, karena ketersedian ikan belida yang terus berkurang akhirnya bahan dasar amplang diganti menggunakan beberapa jenis ikan yang juga banyak tersedia di Kalimantan Timur seperti ikan tenggiri, bandeng, dan...