Meriam besar Ki Amuk dahulu berada di tepi dermaga pelabuhan Karangantu yang menghadap ke laut lepas. Di atas bagian moncongnya terdapat prasasti yang bertuliskan huruf Arab. KC Cruq menyebutkan bahwa prasasti tersebut merupakan Candra Sengkala yang merujuk angka tahun saka 1450 (1528-1529). Meriam Ki Amuk diperkirakan berhubungan dengan Meriam Ki Jimat yang dihadiahkan Sultan Trenggono dari Demak kepada Sunan Gunung Jati. Masyarakat kerap berziarah ke meriam ini karena dianggap keramat. Sumber: http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1795/meriam-ki-amuk
Banten sebagai kota kuno dengan sejumlah tinggalan bersejarah turut menyimpan cerita di baliknya. Salah satunya melalui reruntuhan Keraton Surosowan. Dibangun sekitar tahun 1522-1570, Keraton Surosowan adalah tempat tinggal Sultan sekaligus pusat pemerintahan. Menurut para peneliti, keraton hancur terbakar akibat perang saudara antara Sultan Haji dengan Sultan Ageng Tirtayasa. Keraton kembali dibangun oleh arsitek Belanda, Hendrick Lucaszoon Cardeel. Keraton dan bangunan lain berada dalam sebuah kompleks yang dikelilingi tembok dengan panjang sisi utara dan selatan 300 meter dan panjang sisi barat serta timur 100 meter, tinggi 2 meter dan lebar 5 meter. Benteng yang ada di kawasan Keraton Surosowan memiliki bastion di tiap sudutnya, yang berfungsi untuk mengintai musuh sekaligus gundang penyimpanan senjata dan mesiu. Terdapat tiga buah pintu gerbang di Keraton Surosowan, yaitu di sisi utara, selatan, dan timur. Pintu gerbang di sebelah utara dan timur berbentuk lengkung...
Suku Baduy yang berada di Banten terkenal sebagai salah satu suku yang masih sangat mempertahankan adat dan dekat dengan alam. Mereka memanfaatkan alam dengan secukupnya, dan selalu menjaganya. Salah satu hasil kerajinan dari bahan alam yang dibuat oleh Suku Baduy adalah Tas Koja. Tas Koja adalah tas yang terbuat dari kulit pohon Teureup. Kenapa terbuat dari pohon Teureup? kulit pohon ini lebih awet dan kuat. Proses membuatnya lumayan lama bisa memakan waktu beberapa hari, bahkan bisa seminggu. Cara membuatnya yaitu pertama-tama kita harus masuk ke pedalaman untuk mencari pohon Teureup, pilih pohon yang bersua 2-3 tahun, jangan yang masih muda. Lalu kupas kulit kayunya. Kulit kayu tersebut direndam agar serat seratnya terpisah, lalu dijemur hingga kering untuk dibuat benang. Setelah jadi benang, kemudian dirajut. Jadilah tas Koja khas Suku Baduy.
Seren Taun merupakan pesta panen untuk mensyukuri hasil alam yang telah diterima masyarakat digelar satu tahun sekali. Cisitu, Lebak Banten merupakan salah satu wilayah yang rutin mengadakan Seren Taun, selain Ciptagelar yang sudah masuk kawasan Sukabumi. Tiga hari sebelum upacara adat, biasanya musik dangdut, wayang golek serta tari jaipong ikut memeriahkan pesta rakyat ini. Sebelum upacara adat dimulai akan ada ibu-ibu yang menumbuk padi yang membentuk sebuah irama disebut dengan gegendek lisung, diiringi dengan angklung buhun serta beberapa pria membawa padi. Tradisi turun temurun Seren Taun menjadi kearifan lokal yang harus dijaga kelestariannya.
Bukti daerah Banten telah memasuki masa sejarah diketahui sejak tahun 1974 saat ditemukannya sebuah batu bertulis di Munujul Pandeglang di aliran sungai Cidanghyang. Batu tersebut menggunakan aksara Palawa . Tahun 1950, De Casparis bersama mahsiswanya bernama Boechari berhasil membaca batu tertulis itu dan menyimpulkan prasasti tersebut adalah peninggalan raja Purnawarman dari Kerajaan Tarumanegara abad V Masehi.
Prasasti Munjul berisi dua baris huruf Pallawa seperti huruf pada Prasasti Tugu di Jakarta dan menggunakan bahasa Sansekerta, pertama kali ditemukan pada tahun 1947 dan pada tahun 1950 De Casparis bersama mahasiswanya yang bernama Boechari berhasil membaca tulisan pada prasasti tersebut yang berbunyi : "Wikranto yam wanipateh-prabhuh satyapara (k) ra (mah)- narendraddhwajabhutena- srimatah purnnawamanah ." Terjemahannya kira-kira seperti ini : "Ini adalah tanda keperwiraan, keagungan dan keberanian yang sesungguhnya dari raja dunia yang mulia Purnawarman yang menjadi panji-panji sekalian raja-raja." Berdasarkan temuan prasasti Muncul dapat ditarik kesimpulan sejak abad V Banten telah masuk ke dalam kekuasaan kerajaan Tarumanegara yang berkedudukan di daerah Bogor. Sumber : Museum Negeri Provinsi Banten
Keraton Surosowan adalah keraton yang didirikan oleh Kesultan Banten dihancurkan oleh kolonial Belanda pada tahun 1813. Di sana terdapat Loro Denok dan Pancoran Mas adalah kolam pemandian keluarga Sultan Banten. Memiliki luas kurang lebih 4,5 hektar sudah termasuk areal benteng dan keraton. Namun kini yang tersisa hanya tinggal pondasi dan puing-puing yang berserakan.
Situs Kelapa Dua tidak luput dari penelitian para arkeolog, wilayah yang berada dekat dengan Kota Serang ini ditemukan sistem penguburan yang sesuai dengan berita naskah kuno yang diperoleh dari Eropa. Pada situs ini ada indikasi ditemukannya bekas kelenteng dan pemukiman Cina. Sehubungan dengan adanya berita tentang perjanjian Inggris dengan Cina pada tahun 1661. Perjanjian tersebut terjadi pada zaman Sulten Ageng Tirtayasa menyebutkan penanaman tebu yang berada di kawasan kekuasaan Kerajaan Islam di Banten. Diantara makam kuno bangsa Cina yang digali telah ditemukan pula mata uang logam Ratu Banten pada tahun 1556-1580 yang diperkirakan telah berumur sekitar 400 tahun. Makam tersebut dibuat dengan sistem cor dari bahan batu gamping.
Keraton Kaibon letaknya terpisah dari Keraton Surosowan dan Masjid Agung Banten. Kompleks bangunan ini terletak di Kampung Kroya sekitar 500 meter sebelah tenggara Kraton Surosowan yang berada di sisi jalur jalan Serang-Banten Lama. Di sisi selatan komplek bangunan ini mengalir sungai Cibanten. Keraton Kaibon merupakan bekas kediaman Sultan Syafiudin, seorang sultan Banten yang memerintah antara tahun 1809-1815. Setelah wafat digantikan oleh putranya yang baru berumur 5 bulan karena itu sementara pemerintahan dipegang oleh ibunya, Ratu Aisyah. Bentuk arsitektur bangunan lebih menonjolkan gaya archais dibandingkan dengan keraton Surosowan. Dilihat dari bentuk pintu-pintu gerbang dan tembok keraton. Jika diurut dari depan keraton ini memiliki empat pintu gerbang yang berbentuk bentar . Pada tahun 1832 keraton ini dihancurkan Belanda yang tersisa sekarang hanya pondasi dan reruntuhan dinding serta pintu masuknya.