Rumah bugis memiliki keunikan tersendiri, dibandingkan dengan rumah panggung dari suku yang lain ( Sumatera dan Kalimantan ). Bentuknya biasanya memanjang ke belakang, dengan tanbahan disamping bangunan utama dan bagian depan [ orang bugis menyebutnya lego - lego ]. Bagaimana sebenarnya arsitektur dari rumah panggung khas bugis ini ?. Berikut adalah bagian – bagiannya utamanya : 1. Tiang utama ( alliri ). Biasanya terdiri dari 4 batang setiap barisnya. jumlahnya tergantung jumlah ruangan yang akan dibuat. tetapi pada umumnya, terdiri dari 3 / 4 baris alliri. Jadi totalnya ada 12 batang alliri. 2. Fadongko’, yaitu bagian yang bertugas sebagai penyambung dari alliri di setiap barisnya. 3. Fattoppo, yaitu bagian yang bertugas sebagai pengait paling atas dari alliri paling tengah tiap barisnya Mengapa orang bugis suka dengan arsitektur rumah yang memiliki kolong ? Konon, orang bugis, jauh sebelum islam masuk ke tanah bugis...
Songkok' To Bone : Songkok Recca' terbuat dari serat pelepah daun lontar dengan cara dipukul-pukul (dalam bahasa Bugis : direcca-recca) pelepah daun lontar tersebut hingga yang tersisa hanya seratnya. Serat ini biasanya berwarna putih, akan tetapi setelah dua atau tiga jam kemudian warnanya berubah menjadi kecoklat-coklatan. Untuk mengubah menjadi hitam maka serat tersebut direndam dalam lumpur selama beberapa hari. Jadi serat yang berwarna hitam itu bukanlah karena sengaja diberi pewarna sehingga menjadi hitam. Serat tersebut ada yang halus ada yang kasar, sehingga untuk membuat songkok recca' yang halus maka serat haluslah yang diambil dan sebaliknya serat yang kasar menghasilkan hasil yang agak kasar pula tergantung pesanan. Untuk menganyam serat menjadi songkok menggunakan acuan yang disebut Assareng yang terbuat dari kayu nangka kemudian dibentuk sedemikian rupa sehingga menyerupai songkok. Acuan atau assareng itulah yang digunakan untuk merangkai serat hingga menja...
Akkarungeng bisa disepadankan dengan pararaton di Jawa Timur (Kitab Raja-raja, yang memuat kisah raja-raja zaman kerajaan Singasari dan Majapahit). Akkarungeng adalah sebuah kitab yang memuat peristiwa suksesi di Kerajaan Bone; diawali oleh pengangkatan raja/mangkau' oleh kelompok-kelompok masyarakat (anang), masa keemasan dan masa kemunduran sampai akhirnya berintegrasi dengan Republik Indonesia. Hampir tidak ada bukti fisik yang dapat ditelusuri untuk mencari tahu sejarah awal Kerajaan Bone selain tulisan-tulisan kuno yang terdapat dalam lontara'. Hanya sedikit informasi dari lontara' sebagai sebuah fakta, bahkan mengenai asal-usul Manurung-E disinyalir sebagai mitos, berupa dongeng yang bersumber dari "sure La Galigo" dan budaya tutur masyarakat Bone. Namun, setelah era Manurung-E, kesadaran akan sejarah agaknya mulai mendapat perlakuan khusus yang ditandai dengan keinginan pihak kerajaan maupun masyarakat luas melakukan penulisan silsilah dan keturunan raja-raja yang sudah ditulis...
Badik/kawali, adalah senjata khas daerah bugis. Seperti layaknya daerah-daerah lain di Nusantara badik/kawali merupakan senjata tradisional yang tidak hanya berfungsi sebagai senjata tetapi juga sebagai simbol yang menunjukan pribadi pemegangnya maupun cita-cita dan harapan. Pada masa terdahulu di Tana Bone, setiap anak terutama laki-laki dibekali dengan sepucuk badik, keingingan dan harapan orang tua terhadap sang anak biasanya dimanifestasikan melalui badik/kawali yang dipesan khusus kepada seorang Panre. Seperti misalnya apabila orang tua mengharapkan si anak hidup sejahtera tanpa kekurangan, maka dia sang orang tua akan memesan badik yang berpamor Kurisi atau Madaung ase. Begitu pula apabila orang tua ingin anaknya menjadi pemimpin yang disegani, pemberani dan berkahrisma maka yang dipesan adalah pamor makkure'cillampa. Di Tana Bone terdapat beberapa macam jenis badik/kawali yang terkenal seperti salapu' (sebagian orang menggolongkan sebagai keris/tappi') gecong ,raja, to asi,dll....
Prosesi Mattompang, adalah merupakan salah satu upacara adat yang sakral, yaitu upacara mensucikan benda-benda pusaka Kerajaan Bone yang disebut Mappepaccing Arajang atau dalam istilah pangadereng (adat) disebut Rilangiri dan secara khusus disebut Mattompang Arajang Yang dimaksud dengan Arajang ialah benda atau sekumpulan benda yang sakral karena memiliki nilai magis dan pernah dipergunakan oleh raja atau pembesar kerajaan. Benda-benda tersebut disimpan secara khusus dan sangat dihormati. Pada zaman dahulu, Mappepaccing Arajang dilaksanakan oleh para Bissu atas restu raja atau mangkau di dalam ruangan tempat penyimpanan arajang tersebut. Adapun tahapan prosesi Mattompang Arajang dilaksanakan dengan tatacara sebagai berikut: 1.Mappaota Ketua Adat mempersembahkan Daun Sirih yang diletakkan dalam sebuah Cawan kepada Bupati Bone sebagai laporan bahwa upacara adat akan segera dimulai. Selanjutnya diiringi oleh para Bissu ke tempat Arajang. 2.Penjemputan Benda-benda Pusaka dari Tempat Araja...
Dalam masyarakat Toraja, upacara pemakaman merupakan ritual yang paling penting dan berbiaya mahal. Semakin kaya dan berkuasa seseorang, maka biaya upacara pemakamannya akan semakin mahal. Upacara kematian ini disebut Rambu Solo'. Rambu Solo' merupakan acara tradisi yang sangat meriah di Tana Toraja, karena memakan waktu berhari-hari untuk merayakannya. Upacara ini biasanya dilaksanakan pada siang hari, saat matahari mulai condong ke barat dan biasanya membutuhkan waktu 2-3 hari. Bahkan bisa sampai dua minggu untuk kalangan bangsawan. Kuburannya sendiri dibuat di bagian atas tebing di ketinggian bukit batu. Karena menurut kepercayaan Aluk To Dolo (kepercayaan masyarakat Tana Toraja dulu, sebelum masuknya agama Nasrani dan Islam) di kalangan orang Tana Toraja, semakin tinggi tempat jenazah tersebut diletakkan, maka semakin cepat pula rohnya sampai ke nirwana. Dalam agama aluk, hanya keluarga bangsawan yang berhak menggelar pesta pemakaman yang besar. Pesta pemakaman seorang bangsawan b...
Goa mampu merupakan salah satu objek wisata alam yang terluas di Provinsi Sulawesi Selatan, goa ini juga menyimpan sejuta kisah yang dipercaya oleh sebagian besar masyarakat dengan sebutan alebborengnge ri Mampu (musibah/malapetaka di Mampu). Di dalam goa yang memiliki luas sekitar 2000 meter persegi itu, para pengunjung disuguhi pemandangan stalagtit dan stalagmit yang sangat rapi, beberapa bongkahan batu yang berbentuk manusia, perahu, hewan, tumpukan padi, persawahan. Ya, memang mirip sebuah perkampungan. Selait itu, didalam goa tersebut terdapat kuburan kuno yang menambah kesan mistis, satu kuburan terletak tak jauh dari mulut goa dan yang satunya lagi berada di puncak goa itu atau tepatnya ditingkatan tujuh. Legenda tentang goa mampu, juga tercatat dalam buku Lontara Bugis. Yang menceritakan mengenai kisah sebuah perkampungan yang mendapat kutukan dan seluruhnya telah berubah menjadi batu. Namun meski demikian, hingga kini belum ada pelurusan sejarah tentang legenda goa mampu ini...
Mappere' merupakan salah satu pesta rakyat dan telah menjadi tradisi tahunan masyarakat dibeberapa desa di Kecamatan Tellu Siattinge, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Sebagian besar masyarakat yang berada di kecamatan tersebut, menjadikan permainan mappere' sebagai ritual dan bentuk kesyukuran atas hasil panen yang telah mereka peroleh. Waktu pelaksanaan tradisi mappere', tidaklah menentu. Namun biasanya mappere' digelar pada akhir tahun, antara bulan Oktober hingga bulan Desember. Mappere' berasal dari bahasa bugis yang berarti bermain ayunan. Permainan itu tentunya bukan hal yang asing di telinga anda. Namun, bagaimana jika ayunan tersebut memiliki ketinggian belasan meter? Tentunya bukan hal yang biasa. Ketika ribuan warga telah memadati lapangan terbuka, serta pemuka adat sedang membaca mantra untuk keselamatan para gadis agar tidak terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan pada saat tradisi sedang berlangsung. maka itu suatu pertanda acara mappere' akan segera dimulai. Permainan...
Berbagai macam permainan rakyat yang dianggap sebagai suatu tradisi untuk mensyukuri hasil panen yang tersebar di seluruh pelosok tanah air, beraneka ragam pula bentuk dan caranya. Massempe' merupakan salah satu permainan rakyat yang cukup unik dan telah dianggap sebagai tradisi oleh masyarakat. Permainan tersebut, rutin dilaksanakan setiap tahunnya oleh warga dibeberapa desa di Kecamatan Tellu Siattinge, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Massempe' berasal dari bahasa bugis, yaitu dari kata sempe' yang berarti menendang atau menyepak. Sedangkan awalan kata Ma memiliki makna melakukan sesuatu. Berarti massempe' adalah melakukan suatu pertarungan dengan cara menendang ataupun menyepak lawan. Tradisi saling tendang atau adu ketangkasan tersebut, merupakan pertarungan bebas antara dua pria dengan mengandalkan kekuatan kaki untuk menjatuhkan lawan. Karena dalam permainan itu, peserta tidak diperbolehkan menggunakan tangan untuk menyerang, namun menangkis serangan lawan tidak masalah. Sebel...