Nyanyian hiburan untuk orang yang berduka. Dinyanyikan oleh minimal 5 orang penyanyi. Sumber: https://www.museum-nias.org/tarian-musik/
Biasanya dipakai di ladang, terdiri dari 4 kayu yang berbeda nadanya. Ini biasanya di tempatkan di atas lutut seorang yang sedang duduk dan dimainkan dengan menggunakan tongkat pendek. Sebuah versi yang lebih canggih dapat digunakan di mana kayu-kayu itu ditempatkan pada tempat berdiri khusus. Di selatan, alat musik ini dikenal sebagai Doli Doli Hagita. Sumber: https://www.museum-nias.org/tarian-musik/
Satu batang kayu (laore, bayo, bui) kira-kira 1,3 m panjang. Bagian bawah dipahat seperti siku yang memanjang. Ujung yang satu digantung dengan tali seperti bue , ujung lain dipegang, diputar-putar dan dipukul, sehingga menghasilkan 3 nada. Memainkan alat musik ini mengingatkan nasehat "Möli-möli" dari orang tua. Sumber: https://www.museum-nias.org/tarian-musik/
Alat musik dengan satu tali yang digesek. Musik ini di bunyikan sambil bernyanyi dengan tujuan untuk menyampaikan keluh kesah si pemain. Sumber: https://www.museum-nias.org/tarian-musik/
Aksara Mandailing dikenal juga sebagai Aksara Tulak-Tulak. Biasanya digunakan untuk ilmu perdukunan, ilmu nujum, surat-menyurat dan ratapan. Aksara ini merupakan metamorfosa dari huruf Pallawa. Berdasarkan penelitian para ahli sejarah dan antropolog, Aksara Tulak-Tulak ini menyebar dari selatan (Mandailing) ke arah utara (Toba). Pakar sejarah dan sastra Sumut, Z Pangaduan Lubis dalam artikel “Sekilas Budaya Mandailing” menyebutkan orang Mandailing memiliki aksara etnisnya sendiri yang dinamakan surat tulak-tulak. Meskipun masyarakat Mandailing memiliki aksara tetapi boleh dikatakan aksara tersebut pada masa lalu tidak dipergunakan untuk mencatat atau menulis sejarah. Kalaupun aksara etnis tersebut digunakan untuk menulis hal-hal yang berhubungan dengan masa lalu seperti tarombo (silsilah keluarga). Selain itu, lebih banyak digunakan untuk mencatat ilmu pengobatan tradisional dan ilmu peramalan dalam kitab tradisional yang disebut...
G endang yang didudukkan di atas tanah ketika dibunyikan. Sumber: https://www.museum-nias.org/tarian-musik/
G endang kecil yang dipasangin kulit sebelah-menyebelah. Sering dimainkan di pesta pernikahan. Sumber: https://www.museum-nias.org/tarian-musik
Bedug yang lebih panjang, l/k 1 m; kulit dipasang hanya sebelah. Bedug ini terutama digunakan di Nias Selatan di upacara keagamaan. Ini dipasang di atap rumah dan dimainkan dengan tangan. Hampir sama dengan gendang "Fondrahi" tetapi sedikit lebih besar. Sumber: https://www.museum-nias.org/tarian-musik
Bedug yang paling panjang, l/k 3 m; hanya di rumah bangsawan. Sumber: https://www.museum-nias.org/tarian-musik