Upacara Tanam Sasi merupakan salah satu upacara adat yang berasal dari Papua. Upacara ini adalah bagian dari rangkaian upacara kematian masyarakat di Papua. Upacara yang dilaksanakan di Merauke, Papua Barat ini dilakukan oleh suku Marind atau Marind-Anim, suku yang tinggal di wilayah dataran luas Papua Barat sebelah Selatan. Anim berarti laki-laki. Dua istilah yang berhubungan dengannya adalah anem untuk kaum pria dan anum untuk kaum wanita.Setelah kematian seseorang, sasi ditanam pada waktu 40 hari. Hal tersebut akan dicabut kembali setelah melewati hari ke 1000. Dalam upacara Tanam Sasi, ada sebuah tarian tradisional yang dipertunjukkan, yaitu tarian Gatsi. Tarian ini merupakan tarian umum yang berasal dan dibawakan oleh Suku Marind Anim. Tarian Gatsi tidak lengkap tanpa diiringi oleh alat musik tifa yang terbuat dari kayu. Kayu yang dipakai dilubangi atau isinya dikosongkan dan terdapat penutup pada salah satu sisinya. Penutup itu terbuat dari kulit rusa atau kulit biawak yang s...
KATTALA/KATERA Teluk Doreri dan Pulau Mansinam dikenal sebagai pintu gerbang peradaban suku-suku di Papua. Suku asli yang mendiami Pulau Mansinam adalah Suku Numfor. Salah satu pakaian adat Suku Numfor adalah tutup kepala yang bernama Kattala/Katera yang merupakan tutup kepala yang terbuat dari kulit kayu dengan bulu-bulu ijuk yang dihiasi dengan kerang. Pada Kattala terdapat b ulu putih sebagai salah satu hiasan kepala yang dipakai saat upacara tertentu seperti upacara kematian. Jumlah bulu pada Kattala/Katera menunjukkan jumlah orang yang telah dibunuh atau diculik pada masa itu sebelum peradaban Papua dimulai. Suku Numfor bermusuhan dengan Suku Arfak yang berada di pedalaman/pegunungan. Selama masa permusuhan tersebut sering sekali terjadi kasus pembunuhan, penculikan dan perbudakan suku lain untuk membalas dendam. Jumlah bulu pada Kattala menunjukkan semakin besar kedudukan orang yang memakainnya. Kattala/Katera biasanya dipakai oleh kepala suku Doreri ataup...
Buah Sirih dan Pinang Muda Sirih dan pinang merupakan warisan budaya Indonesia yang dapat kita temukan diseluruh wilayah di Indonesia. Tradisi mengunyah sirih dan pinang sudah menjadi identitas bagi masyarakat Papua. Tradisi mengunyah sirih dan pinang di wilayah Papua berbeda dengan wilayah lain. Apabila di daerah lain masyarakat mengunyah daun sirih, tetapi berbeda dengan pada masyarakat Papua yang mengunyah buah sirih. Selain perbedaan pada daun dan buah sirihnya, terdapat sebuah keunikan dalam tradisi mengunyah sirih dan pinang pada masyarakat Papua. Sebelum mengunyah buah sirih, masyarakat Papua akan mengupas buah pinang muda dengan menggunakan gigi secara langsung tanpa menggunakan alat bantu seperti pisau. Setelah masyarakat Papua mengunyah buah pinang, kemudian masyarakat Papua akan mencelupkan buah pinang kedalam bubuk kapur dan kemudian langsung dimakan. Kapur yang digunakan masyarakat Papua merupakan kulit kerang putih yang dihancurkan menjadi bubuk. ...
Memotong Jari Tangan Ritual memotong jari di suku Dani, Papua, Indonesia. Suku Dani (atau Ndani) adalah penduduk asli yang mendiami tanah subur Lembah Baliem di Papua Barat, Papua, Indonesia. Anggota suku ini memotong jari tangan mereka untuk menunjukkan duka saat upacara pemakaman. Ketika diamputasi, mereka juga mengoles wajah mereka dengan abu dan tanah liat sebagai ungkapan kesedihan. Mereka akan memotong jari tangan sebagai bentuk ungkapan cinta kepada seseorang yang meninggal. Ketika seseorang di suku Dani wafat, kerabatnya seperti istri atau suami memotong jari tangan dan menguburnya bersama jenazah suami atau istrinya. Jari tangan seorang suku Dani dinilai sebagai jiwa yang akan selalu hidup bersama dengan pasangannya. Jumlah jari yang dipotong tergantung pada jumlah orang meninggal yang dicintai.
Thaferi Mase merupakan lagu yang berasal dari Kabupaten Sorong, Papua. Lagu ini menggunakan bahasa Ayamaru atau dikenal juga dengan bahasa Maybrat. Lagu ini memiliki makna tentang ucapan salam ketika ingin berpisah. Ucapan ini dapat disampaikan kepada bapak, ibu, kakak, adik saat hendak berpamitan untuk merantau. Lagu ini disebut sebagai lagu perpisahan karena belum diketahui kapan akan berjumpa kembali. Lirik lagu: Tatia tmemen ohe.. Taota nomon ohe.. Tuo tari tarahe.. Umaro matiphaia nie.. Men ohene ohe..
Tanam Sasi merupakan upacara adat kematian yang berkembang di Kabupaten Merauke dan juga sering dilaksanakan oleh suku Marind atau Marind-Anim. Suku Marind terletak di wilayah dataran luas Papua Barat. Kata Anim mempunyai arti laki-laki, dan kata anum mempunyai arti perempuan. Jumlah penduduknya sebanyak 5000-7000 jiwa. Sasi mempunyai arti sejenis kayu yang menjadi media utama dari rangkaian upacara adat kematian. Sasi tersebut ditanam selama empat puluh hari setelah kematian seseorang yang ada di daerah tesebut. Sasi tersebut akan dicabut kembali setelah 1.000 hari ditanam. Kayu (sasi) yang digunakan tentu bukan sembarang kayu. Kayu yang ditanam dalam tradisi Tanam Sasi tentu memiliki makna bagi masyarakat suku Marind, Papua yaitu: Ukiran kayu khas Papua melambangkan kehadiran roh nenek moyang. Sebagai tanda keadaan hati bagi masyarakat Papua, seperti menyatakan rasa sedih dan bahagia. Sebagai simbol kepercayaan dari masyarakat kepada motif manusia, hewan, tumbuhan, dan...
Pakaian Yokal, umumnya pakaian Yokal ini hanya terdapat di daerah Papua Barat. Pakaian yang satu ini adalah pakaian yang digunakan oleh kaum wanita yang sudah menikah. Selain itu, pakaian ini tidak diperjual belikan karena merupakan sebuah sombolis masyarakat Papua yang menggambarkan kedekatannya dengan alam.
Tari Titir Tumor merupakan tarian yang berasal dari Fakfak, Papua Barat. Tarian ini berupa ungkapan kerinduan akan “damai”. Biasanya tarian ini dibawakan oleh para wanita dalam acara-acara adat atau penyambutan tamu dengan kegembiraan dan keterbukaan. Tari titir tumor juga diiringi dengan lagu titir tumor yang berirama gembira dan semangat.
Permainan loncat tali yang dimainkan oleh anak-anak perempuan. Kedua ujung tali dipegang masing-masing oleh seorang anak, kemudian diputar-putar dan beberapa anak meloncat-loncat pada putaran tali tersebut.