 
            Butuh nyali yang besar dan fisik yang kuat bagi pemuda setempat untuk bermain Bahempas. Permainan adat asli Kalimantan Timur ini membutuhkan tongkat dan tameng anyaman yang terbuat dari rotan untuk masing-masing pemainnya. Permainan olah raga Bahempas dilakukan oleh dua orang lelaki yang saling berhadapan lengkap dengan atributnya. Permainan akan berlangsung selama dua menit dan saat permainan dimulai, mereka akan saling memukul lawan. Ketangkasan mengayunkan dan menangkis pukulan menjadi bekal utama bagi pemainnya. Ada bagian-bagian yang harus dilindungi saat permainan ini berlangsung, yaitu lengan dan kepala. Lengan akan dibungkus dengan sarung, sedangkan kepala akan diikatkan dengan kain. Namun pemainnya sendiri harus bertelanjang dada. Pemain yang paling banyak mendaratkan pukulan pada tubuh lawan akan menjadi pemenangnya. Bukan tanpa sejarah permanan adat ini tercipta. Awalnya, leluhur Dayak Tunjung Benuaq memiliki tradisi mengayau, yakni mencari dan memenggal kepala manusia....
 
                     
            Sungai Mahakam merupakan sungai terbesar di Kalimantan Timur . Sungai yang panjangnya mencapai 920 km dengan lebar 300-500 meter ini memliki banyak anak sungai. Menurut cerita , sebagian anak Sungai Mahakam terbentuk akibat sebuah peristiwa yang pernah terjadi di daerah tersebut. Peristiwa apakah itu? Berikut kisahnya dalam cerita Asal Mula Anak Sungai Mahakam . * * * Dahulu, di sekitar hulu Sungai Mahakam, terdapat sebuah pondok besar yang dihuni oleh tiga orang bersaudara. Saudara tertua seorang gadis bernama Siluq, saudara kedua bernama Ayus, serta yang paling bungsu bernama Ongo. Mereka memiliki tabiat dan keahlian yang berbeda-beda, kecuali si bungsu yang masih kecil. Siluq adalah gadis yang gemar melakukan bebelian (ritual adat) dan bedewa (memuja dewa) untuk mencari kesaktian. Hampir setiap hari dan malam hari gadis itu bersemedi sehingga terkadang lupa makan dan minum. Sementara itu, Ayus adalah seorang remaja lelaki yang ceroboh dan suka mencamp...
 
                     
            Bulan tarang bapagar bintang Langit menguning kaya di siang hari Nyaman baduduk nyaman baduaan Kada tarasa malam pang larut Bulan haji datanglah sudah Urang tatuha sudah baniatan Handak mangawinakan nang batunangan Si Aminah awan Si Adul Datanglah sudah datanglah jua Hari Ahad nang di tunggu Baharum harum kambang melati Kambang goyang diujung galung Pangantinya sudah basanding Duduk di palaminan adat banjar Adat urang tatuha bahari Kada tatinggal saumur hidup Sumber: http://www.lagu-daerah.com/2015/04/lirik-lagu-daerah-kalimantan-timur.html
 
                     
            Sumpit sering pula disebut sipet, merupakan senjata tradisional Masyarakat Dayak, memiliki bentuk bulat dengan panjang sekitar 1,5 sampai 2 meter. Keunggulannya adalah bisa digunakan sebagai senjata jarak jauh dengan tingkat akurasi atau ketepatan menembak mencapai 200 m dan tidak menimbulkan suara. Sumpit biasanya digunakan untuk berburu binatang dan bisa juga dijadikan mas kawin. Di Kalimantan sendiri, sumpit dijadikan sebagai ajang perlombaan. Seperti di Festival Erau, Tenggarong, Kalimantan Timur, terdapat lomba sumpit yang membuat festival ini tambah meriah. Sumber: https://gpswisataindonesia.info/2016/02/senjata-tradisional-kalimantan-timur/
 
                     
            Pada dasarnya, jenis-jenis mandau pada semua Masyarakat Dayak memiliki bentuk yang sama. Tetapi ada sedikit perbedaannya jika dilihat dari sisi kelengkungan bilahnya, yaitu ada bilah yang agak condong ke belakang. Ciri-ciri tersebut membedakan jenis-jenis Mandau Ilang yang hampir lurus, Mandau Langgi Tinggang yang melengkung kebelakang, Mandau Naibur yang memakai semacam pengait, hampir mirip dengan kembang kacang pada keris di dekat pangkalnya. Selain itu, ada pula jenis Mandau Pakagan dan Mandau Bayou yang masing-masing memiliki variasi bentuk tersendiri. Berdasarkan perbedaan jenis dan bentuk hiasan yang ada pada mandau, akan diketahui bahwa mandau dengan cirri-ciri tertentu adalah milik Masyarakat Dayak Maayan, Dayak Mbalan, Dayak Bahau, Dayak Ngaju, atu sub suku Dayak lainnya. Sumber: https://gpswisataindonesia.info/2016/02/senjata-tradisional-kalimantan-timur/
 
                     
            Kalimantan Timur merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang berbatasan langsung dengan negara tetangga yaitu negara bagian Sabah dan Serawak. Selain dikenal dengan keindahan alam, kebudayaan serta adat istiadatnya, wilayah yang mayoritas dihuni oleh suku Dayak dan Kutai sebagai penduduk asli Kalimantan Timur juga memiliki kekayaan lain berupa pakaian adat tradisional. Bergantung fungsi dan penggunaannya masyarakat Kalimantan Timur biasa mengenakan pakaian khas daerah mereka untuk keperluan tertentu seperti saat upacara perkawinan, pertunjukan tarian, dan untuk acara lainnya. Barangkali sebagian dari kita sudah sering melihat pakaian adat suku Dayak yang dikenal identik dengan hiasan berupa susunan manik-manik beraneka warna sebagai penghias kain hitam yang digunakan sebagai bahan dasar pakaian adat Dayak. Pakaian adat yang dikenakan oleh wanita dikenal dengan nama Ta a dan sementara pakaian adat yang dikenakan oleh pria disebut dengan sapei sapaq. Dilihat dari cara berb...
 
                     
            Gemer adalah alat musik tradisional Kalimantan Timur yang digunakan dengan cara dipukul. Layaknya gendang lainnya, Gemer dibuat dari batang kayu yang pada bagian sisinya dilubangi dan kemudian ditutupi dengan kulit binatang untuk dijadikan tempat pukulannya. Meskipun orang Indonesia kebanyakan memandang semua alat musik pukul merupakan gendang, Gemer mempunyai 4 jenis yang bisa dibedakan berdasarkan bentu ukurannya yaitu: Prahi Gimar Tuuking tuat Pampong Gemer digunakan dengan cara dipukul menggunakan tangan dengan teknik tertentu agar dapat mengeluarkan pola irama tertentu. Alat musik tradisional Gemer biasa digunakan sebagai alat musik pengiring upacara adat atau tarian lokal. Sumber: https://alatmusik.org/alat-musik-tradisional-kalimantan-timur/
 
                     
            Salah satu pernak-pernik tradisi unik yang dapat ditemukan dalam penyelenggaraan Erau adalah penggunaan tambak karang. Tambak karang adalah lukisan atau gambar berwarna-warni yang berfungsi sebagai alas dari area pelaksanaan suatu ritual sakral tertentu dalam Erau. Gambar atau lukisan ini terbuat dari beras yang diberi berbagai macam warna. Beras-beras ini disusun sedemikian rupa sehingga membentuk motif khusus yang masing-masing memiliki makna dan fungsi yang spesifik. Tambak karang dapat ditemukan di sejumlah ritual sakral yang berlangsung dalam Festival Erau. Salah satu di antaranya adalah ritual mendirikan tiang ayu yang menjadi penanda dimulainya Erau. Dalam ritual ini, tambak karang yang digunakan bermotif empat naga dan seluang emas berwarna warni sebagai alas dari kasur kuning yang menjadi tempat bersemayamnya Sangkoh Piatu. Pada bagian moncong dari setiap naga, diletakkan dua buah pisang yang menyimbolkan taring. Di antara kedua pisang, diletakkan...
 
            Pada zaman dahulu, di wilayah Kabupaten Blitar ada sebuah kadipaten (Kabupaten) bernama Kadipaten Aryablitar. Adipati-nya (bupatinya) bernama Adipati Nila Suwarna. Adipati ini mempunyai seorang wakil bernama Ki Ageng Sengguruh. Ki Ageng Sengguruh pada mulanya sangat patuh dan setia pada Adipati Nila Suwarna. Isteri Ki Ageng Sengguruh yang bernama Nyai Ageng Sengguruh tidak suka pada kepatuhan dan kesetiaan suaminya. Apalagi Nyai Ageng Sengguruh sudah lama ingin menjadi permaisuri seorang adipati. Nyai Ageng Sengguruh merayu Ki Ageng Sengguruh agar mau merebut kekuasaan Adipati Nila Suwarna. Ki Ageng Sengguruh termakan rayuan Nyai Ageng Sengguruh. Dia menjadi manusia bermuka dua. Di depan Adipati Nila Suwarna, Ki Ageng Sengguruh selalu menampakkan kepatuhan dan kesetiaannya. Di belakang, Ki Ageng Sengguruh selalu menjelek-jelekkan Adipati Nila Suwarna. Ki Ageng Sengguruh juga berhasil merayu beberapa punggawa kadipaten untuk diajak menc...
