Penangkapan ikan Paus atau Leva nuang adalah tradisi warisan leluhur sejak ratusan tahun silam, dan berdasarkan informasi yang diperoleh, tradisi penangkapan ikan Paus ini sudah ada sejak Abad ke-6. Tradisi penangkapan ikan Paus oleh nelayan Lamalera adalah tradisi warisan yang masih dipertahankan. Tradisi ini dilakukan dengan ritual adat di mana masyarakat menganggap ikan Paus adalah kiriman dari leluhur. Penangkapan ikan Paus secara tradisional dilakukan dengan cara menombak/ menikam pada badan paus. Karena itu budaya perburuan ikan Paus dilakukan oleh laki-laki yang sudah dewasa, yang dianggap mempunyai kemampuan; dan biasanya setiap keluarga mewakilkan satu anggota keluarganya. Dr. Sonny Keraf mengatakan, budaya penangkapan ikan Paus (Leva nuang) di Lamalera adalah soal eksistensi orang Lamalera, yang merupakan satu kesatuan yang membentuk dan memberi makna yang menggambarkan: cara berada, cara hidup, karakter dan cara berpikir orang Lamalera. Apabila tidak ada penangkapan i...
Museum Seminari Pius XII Kisol , Komba Plaats: Komba Provincie: Nusa Tenggara Timur Land: IND Type organisatie: Museum Postadres: Museum Seminari Pius XVV Kisol Kisol , Kel. Tanah Rata, Tanah Rata Kota Komba tel: +62 812-3693-6...
Museum Situs Bung Karno , Ende Plaats: Ende Provincie: Nusa Tenggara Timur Land: IND Type organisatie: Museum Postadres: Museum Situs Bung Karno Jl. Perwira Ende Informatie:...
Museum Bahari Ende, Ende, Flores Openingstijden: Setiap hari: 08.00 – 16.00 WITA Plaats: Ende, Flores Provincie: Nusa Tenggara Timur Land:...
Museum 1000 Moko , Kalabahi, Alor Plaats: Kalabahi, Alor Provincie: Nusa Tenggara Timur Land: IND Type organisatie: Museum Postadres: Museum 1000 Moko Jln. Diponegoro 85818 Kalabahi, Alor...
https://services.gardanasional.id Pulau Sumba melalui event Festival Sandalwood dan Festival Tenun Ikat Sumba dengan menampilkan acara utama Parade 1.001 Kuda Sandalwood dan atraksi 2018 seniman Tenun Ikat Sumba. Parade ini juga dikemas dengan dengan mengkombinasikan daya tarik budaya, kerajinan, kuliner, wisata alam dan potensi dari wilayah Sumba. Parade ini bisa traveler saksikan pada tanggal 2-9 Agustus 2018 Sumber :https://www.travelagent.co.id/article/traveling-ideas/8-ritual-dan-tradisi-tahun-2018
O sei lau Mai e.. O azi rai.. O azi rai Laki haki wo'e bha'i O sei lau Mai e.. O azi rai.. O azi rai Laki haki wo'e bha'i Zeta ulu kana wua pulu O Zale logo kana ruta rogho Zeta ulu kana wua pulu O Zale logo kana ruta rogho E kira e.. wai kira kebe E kebe rae habhe mora e.. O lele no.. no degha Degha molo mema righo e.. E.. O molo mema ba sai to'o zeta Ya o.. mema dhoma Putar putar kopi di cerek baru Biarlah tawar minumlah saja Putar putar kopi di cerek baru Biarlah tawar minumlah saja Sinyo siapa ingin cari pacar Biarlah janda nikahlah saja Sinyo siapa ingin cari pacar Biarlah janda nikahlah saja O sei lau Mai e.. O azi rai.. O azi rai Laki haki wo'e bha'i O sei lau Mai e.. O azi rai.. O azi rai Laki haki wo'e bha'i Zeta ulu kana wua pulu O Zale logo kana ruta rogho Zeta ulu kana wua pulu O Zale logo kana ruta rogho E kira e.. wai kira...
Anak Kambing Saya Mana dimana anak kambing saya Anak kambing tuan ada di pohon waru Mana dimana jantung hati saya Jantung hati tuan ada di kampung baru Caca marica he hei Caca marica he hei Caca marica ada di kampung baru Caca marica he hey Caca marica he hey Caca marica ada di kampung baru http://liriknusantara.blogspot.com/2012/08/anak-kambing-saya.html
Sulit selaki untuk memahami kepercayaan orang Donggo (Sumbawa Timur), karena mereka begitu tertutup dan amat takut untuk memberi penjelasan mengenai apa yang mereka yakini. Hal ini tentu disebabkan karena banyak peristiwa agama telah berusaha untuk menanamkan pengaruhnya, terutama peristiwa 1969, peristiwa 1974, peritiwa 1979, belum lagi peristiwa yang terjadi pada masa pemerintahan Belanda. Tulisan-tulisan tentang kepercayaan orang Donggo tidak cukup jelas, bahkan kadang-kadang tidak sesuai dengan apa yang mereka katakan. Misalnya J. Elbert (1912: hlm. 69) mencatat bahwa yang menjadi ncuhi hanya dari keturunan duna (belut), sedang P. Arndt (1952) mencatat bahwa dou deke (tokok) yang berhak menjadi ncuhi. Baik Elbert dan Arndt mencatat bahwa pada masa itu hanya terdapat 5 buah klen patrilineal yang exogam, sedang masyarakat sekarang mengenal lebih dari 13 buah klen. Jadi walaupun merek seolah-olah tidak berkembang dan tidak menjalankan kepercayaannya lagi, secara...