Tari Tenun Tari tenun merupakan tarian adat dari Bali. Tari tradisional ini menggambarkan perempuan Bali dalam membuat kain tenun (sejenis kain tradisional Bali Timur). Ekspresi riang gembira sangat terlihat pada proses menenun yang digambarkan pada aksi tari. Biasanya, tarian ini dibawakan oleh tiga orang penari atau lebih. Pada tahun 1962 tarian tenun ini diciptakan oleh I Nyoman Ridet dan I Wayan Likes. https://www.silontong.com/2018/09/18/tarian-adat-tradisional-daerah-bali/ Selain itu, tari Tenin juga berfungsi untuk melestarikan kebudayaan tenun-menenun yang ada di Bali dan juga melestarikan alat-alat tradisional yang dipergunakan dalam menenun.
Tari Gambuh Tari Gambuh merupakan sebuah drama tari warisan budaya Bali yang memperoleh pengaruh dan drama tari zaman Jawa-Hindu di Jawa Timur. Sebuah drama tari klasik yang lahir di Puri pada masa lampau dan masih dilestarikan diberbagai daerah di Bali. https://www.silontong.com/2018/09/18/tarian-adat-tradisional-daerah-bali/
Tari Telek Tari Telek termasuk budaya tari dari daerah Bali dan sampai saat ini masih sering dipentaskan secara teratur oleh sejumlah banjar atau desa adat di Bumi Serombotan, Klungkung. Seperti di desa Adat Pancoran Geigel dan di Desa Adat Jumpai. Merupakan warisan leluhur, Tari Telek termasuk jenis tari yang pantang untuk tidak dipentaskan. Bagi masyarakat Bali, pementasan tari Telek ini sebagai sarana untuk meminang keselamatan dunia, khususnya di wilayah banjar atau desa adat mereka. Jika nekat tidak mementaskan tarian ini, maka diartikan dengan mengundang kehadiran sasab (penyakit pada manusia), merana (hama-penyakit pada tanaman dan ternak) dan marabahaya lainnya yang mengacaukan harmonisasi di dunia. Keyakinan tersebut diatas begitu kuat dihati krama Banjar Adat Pancoran, Gelgel dan juga Desa Adat Jumpai. Tarian ini dilestarikan dari tahun ke tahun dan dari generasi ke generasi sampai tidak tergerus arus zaman. Begitu kuatnya mereka menjaga kesenian ini. Sampai-sa...
Tari Panyembrama Tari Panyembrama merupakan tari penyambutan yang diciptakan oleh I Wayan Berata pada tahun 1970-an. Di daerah Bali, selain digunakan sebagai tari penyambutan, tari ini juga sering dipentaskan dalam upacara agama hindu di Pura sebagai tari pelengkap persembahan sebelum tari Sanghyang atau Rejang. Alat musik tradisional Bali dalam bentuk Gamelan yang dipakai dalam tarian ini adalah gong kebyar dan dalam pentas menggunakan pakaian adat Bali . Penting diketahui, Tari Panyembrama dipentaskan oleh sejumlah penari perempuan yang dirancang sedemikian rupa, sehingga lirik mata, senyum, dan gerak gemulai tubuhnya terlihat anggun mempesona bagi para penonton. https://www.silontong.com/2018/09/18/tarian-adat-tradisional-daerah-bali/
Tari Sanghyang Tari Sanghyang adalah salah satu tari sakral umat Hindu di pulau Bali. Tarian ini sering dipentaskan untuk fungsi sebagai pelengkap upacara. Selain itu, fungsi tari Sangyang juga sebagai media untuk mengusir wabah penyakit yang sedang melanda suatu desa atau daerah. Kemudian, tari ini diyakini oleh masyarakat Bali untuk mengusir wabah penyakit, tarian ini juga digunakan sebagai sarana pelindung terhadap ancaman dari kekuatan magic hitam (black magic). Sebagai tarian sejarah yang merupakan sisa-sisa kebudayaan pra-Hindu ini biasanya ditarikan oleh dua gadis yang masih kecil (belum dewasa), keberadaannya dianggap masih suci. Ada aturan yang berlaku sebelum dapat menarikan Sanghyang calon penarinya harus menjalankan beberapa pantangan, seperti : Tidak boleh lewat di bawah jemuran pakaian, Tidak boleh berkata jorok dan kasar, Tidak boleh berbohong, Tidak boleh mencuri. https://www.silontong.com/2018/09/18/tarian-adat-tradisional-dae...
Tarian Sakral Sanghyang Dedari Shang hyang dedari merupakan tarian sacral yang dipentaskan sebagai tarian wajib pada sebuah ritual keagamaan. Tarian shang hyang dedari disebut sacral karena tarian ini di lakukan pada saat penari sedang dalam keadaan “kerawuhan” atau kerasukan. Berbeda dengan tarian dengan nama sejenis seperti tari sanghyang jaran, sanghyang bojog atau pun sanghyang janger maborbor yang mengamuk dan berapi-api, tarian shanghyang dedari ini sangat lembut seperti halnya tarian legong sehingga tarian ini juga merupakan seni pertunjukan sacral yang indah. Tarian Sanghyang “dedari” memiliki makna bidadari, tarian ini tersebar di berbagai daerah seperti bangli, badung dan dari desa bona, blahbatuh, gianyar. http://colekpamor.blogspot.com/2016/03/tarian-sakral-sanghyang-dedari.html
Tari Sanghyang Deling ditarikan oleh sepasang gadis cilik yang belum akil balik atau belum dewasa yang kemasukan roh Dewa Wisnu / Dewi Sri yang melambangkan Dewa atau Dewi Kesuburan. Dengan sarana sebatang pepohonan yang masing – masing penari memegang sebatang pohon yang dihubungkan dengan seutas benang di mana digantungkan dua buah boneka kecil ( deling ) yang dibuat dari daun lontar. Semakin Kencang dan Cepat Gerakan dari deling tersebut menandakan penarinya telah kemasukan roh, kemudian mereka diusung oleh dua orang pengusung diiringi dengan nyanyian paduan suara gending sanghyang, kadang – kadang diiringi juga oleh gamelan. Tujuan tari ini untuk memohon keselamatan. Tarian ini terdapat di daerah Kintamani ( Bangli ). https://infoobjek.wordpress.com/2013/05/04/tari-sanghyang-deling/
Tarian ini ada pada daerah Duda (Karangasem) yang dimana penarinya adalah seorang pria dengan busana terbuat dari ijuk, seperti seekor babi, dan diiringi dengan nyanyian paduan suara Gending Sanghyang yang sakral. Melalui tahap nusdus, roh babi didatangkan, dan dimasukkan ke dalam kesadaran si penari. Setelah kemasukan, penari akan merangkak berkeliling, menirukan tingkah laku seekor babi (masolah). Pada akhir tarian, penarinya disadarkan (ngalinggihang) dengan memercikkan air suci (tirta). https://www.dictio.id/t/apa-yang-kamu-ketahui-tentang-tari-sanghyang-celeng/57361
Wayang Wong masuk dalam tiga genre tari tradisi di Bali ( Three Genre of Traditional Dance in Bali ) yang terdiri dari sembilan tari tradisional Bali resmi dimasukkan ke dalam UNESCO Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity , atau Daftar Representatif Warisan Budaya Takbenda Kemanusiaan,. Usia Wayang Wong diperkirakan sudah mencapai lebih dari tiga abad namun tetap lestari sampai kini. Dari sisi kesakralan, Wayang Wong ini hanya bisa ditarikan oleh orang-orang tertentu warga Desa Tejakula. Jangan heran, sekalipun seseorang tidak mempunyai latar belakang sebagai penari, namun jika sudah “ditunjuk” secara niskala maka Dia adakan dengan sendirinya bisa menarikan tarian Wayang Wong. Wayang Wong ini diperkirakan pada abad ke-17 di Desa Tejakula. Berbagai mitos memang hidup dalam perjalanan sejarah seni Wayang Wong sehingga sampai kini bisa lestari dan masih ditarikan secara sakral. Konon, beberapa seniman cukup punya peran penting dalam...