Alkisah, di sebuah kampung di daerah Nanggroe Aceh Darussalam, ada sepasang suami-istri yang mempunyai tujuh orang anak laki-laki yang masih kecil. Anak yang paling tua berumur sepuluh tahun, sedangkan yang paling bungsu berumur dua tahun. Untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, sepasang suami-istri itu menanam sayur-sayuran untuk dimakan sehari-hari dan sisanya dijual ke pasar. Meskipun serba pas-pasan, kehidupan mereka senantiasa rukun, damai, dan tenteram. Pada suatu waktu, kampung mereka dilanda musim kemarau yang berkepanjangan. Semua tumbuhan mati karena kekeringan. Penduduk kampung pun mulai kekurangan makanan. Persediaan makanan mereka semakin hari semakin menipis, sementara musim kemarau tak kunjung usai. Akhirnya, seluruh penduduk kampung menderita kelaparan, termasuk keluarga sepasang suami-istri bersama tujuh orang anaknya itu. Melihat keadaan tersebut, sepasang suami-istri tersebut menjadi panik. Tanaman sayuran yang selama ini menjadi sumber penghidupan mereka ti...
AK Abdullah, perwira muda militer yang bertugas di bidang Rohdam menceritakan pengalamannya selama bertugas diluar Aceh. Ia sering melihat tarian sirih dalam acara-acara resmi sebagai tanda penghormatan kepada tamu yang datang. Sedangkan waktu itu adat makan sirih di masyarakat provinsi dimana beliau bertugas tidaklah begitu menonjol seperti di daerah Aceh. Mendengar cerita itu, maka mencari tahu melalui para tetua adat dan menciptakan tari Ranup Lampuan. Setelah proses penciptaan tari selesai, Yuslizar mengundang para tokoh masyarakat, dimaksudkan agar memdapat masukan terhadap tari yang baru ia cipta. Adapun orang-orang yang hadir di rumah Tuanku Burhan tempat diadakannya pertemuan tersebut adalah Tuanku Burhan, sebagai tuan rumah, AK Abdullah, A. Aziz Kunun suami istri, Samaun Gaharu, T Hamzah dan istri, Mayor T Ismail dan istri (Cut Jah Samalanga), Nyak Adam Kamil dan istri, Alm T Djohan, Cut Ainun Mardiah (Pocut Seulimum), T Ismail Bitai, Alm Ny Hamidi, dan AD Manua. Ata...
Gunongan terletak di pusat kota Banda Aceh, tepatnya berada di Kelurahan Sukaramai, Kecamatan Baiturahman, Kota Banda Aceh. Gunongan adalah bagian dari suatu kompleks yang lebih luas, yaitu Taman Sari Gunongan. Taman Sari Gunongan merupakan salah satu peninggalan kejayaan Kerajaan Aceh, setelah keraton (dalam) tidak terselamatkan karena Belanda menyerbu Aceh. Gunongan dibangun pada masa Pemerintahan Sultan Iskandar Muda yamg memerintah tahun 1607-1636. Sultan Iskandar Muda berhasil menaklukkan Kerajaan Johor dan Kerajaan Pahang di Semenanjung Malaka. Putri boyongan dari Pahang yang sangat cantik parasnya dan halus budi bahasanya membuat Sultan Iskandar Muda jatuh cinta dan menjadikannya sebagai permaisuri. Demi cintannya yang sangat besar, Sultan Iskandar Muda bersedia memenuhi permintaan permaisurinya untuk membangun sebuah taman sari yang sangat indah, lengkap dengan Gunongan sebagai tempat untuk menghibur diri agar kerinduan sang permaisuri pada suasana pegunungan di tempat asa...
Celempong adalah alat kesenian tradisionalyang terdapat di daerah Kabupaten Tamiang.Alat ini terdiri dari beberapa potongan kayudan cara memainkannya disusun diantarakedua kaki pemainnya.Celempong dimainkan oleh kaum wanitaterutama gadis-gadis, tapi sekarang hanyaorang tua (wanita) saja yang dapatmemainkannnya dengan sempurna.Celempong juga digunakan sebagai iringantari Inai. Diperkirakan Celempong ini telahberusia lebih dari 100 tahun berada di daerahTamiang.Keanekaragaman alat musik tradisional yangterdapat di Aceh merupakan salah satuidentitas dari masyarakat Aceh. Oleh karena itu menjadi tugas masyarakat Acehuntuk tetap dijaga, dipelihara kelestariannya. sehingga tidak menjadi punah. Hal ini tentunya juga peran dari pemerintah daerah dan pihak-pihak terkaituntuk mendukung dan bersama-sama memperkenalkan kepada generasi mudabetapa tingginya nilai-nilai budaya bangsa yang diwariskan oleh nenek moyangterdahulu. Serta juga sebagai salah satu daya tarik wisata bagi wisatawanNusa...
Banta Berensyah adalah seorang anak laki-laki yatim dan miskin. Ia sangat rajin bekerja dan selalu bersabar dalam menghadapi berbagai hinaan dari pamannya yang bernama Jakub. Berkat kerja keras dan kesabarannya menerima hinaan tersebut, ia berhasil menikah dengan seorang putri raja yang cantik jelita dan dinobatkan menjadi raja. Bagaimana kisahnya? Ikuti cerita Banta Berensyah berikut ini! Alkisah, di sebuah dusun terpencil di daerah Nanggro Aceh Darussalam, hiduplah seorang janda bersama seorang anak laki-lakinya yang bernama Banta Berensyah. Banta Berensyah seorang anak yang rajin dan mahir bermain suling. Kedua ibu dan anak itu tinggal di sebuah gubuk bambu yang beratapkan ilalang dan beralaskan dedaunan kering dengan kondisi hampir roboh. Kala hujan turun, air dengan leluasa masuk ke dalamnya. Bangunan gubuk itu benar-benar tidak layak huni lagi. Namun apa hendak dibuat, jangankan biaya untuk memperbaiki gubuk itu, untuk makan sehari-hari pun mereka kesulitan.Untuk bertahan hidup,...
Cerita Rakyat Aceh Mentiko Betuah: Nanggroe Aceh Darussalam merupakan sebuah provinsi di Indonesia yang juga wilayahnya terdiri dari beberapa pulau kecil, salah satu di antaranya adalah Pulau Simeulue. Namun, pulau ini tidak sepopuler dengan pulau-pulau lainnya yang ada di daerah ini, seperti Pulau Weh, yang terkenal dengan Kota Sabang dan titik 0 (nol) kilometernya, yaitu sebagai wilayah Indonesia yang terletak paling barat. Simeulue termasuk salah satu kabupaten di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat sejah tahun 2000, yang terletak di tengah Lautan Hindia dan beribukota Sinabang. Kabupaten Simeulue terkenal dengan Kerbau Simeulue dan hasil cengkehnya, sehingga Pulau Simeulue pernah mendapat gelar Pulau Cengkeh sebelum akhirnya batang-batang cengkeh itu tidak memiliki harga lagi di pasaran. Keistimewaan lain yang dimiliki oleh Kabupaten Simeulue adalah keanekaragaman budayanya, seperti bahasa, upacara-upacara tradisional, permainan rakyat dan...
Cerita Rakyat Aceh Si Kepar : Nanggroe Aceh Darussalam termasuk salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di ujung paling Barat Pulau Sumatera. Selain terkenal sebagai Serambi Mekah, provinsi ini juga terkenal dengan kanekaragaman suku-bangsanya. Salah satu di antaranya adalah suku-bangsa Alas, yang bermukim di Kabupaten Aceh Tenggara. Menurut sejarah, suku-bangsa Alas merupakan pecahan dari suku-bangsa Gayo, karena nenek moyang mereka berasal dari Kabupaten Gayo Lues. Oleh karena itu, kedua suku-bangsa ini seringkali disatukan menjadi suku-bangsa Gayo-Alas. Menurut pendapat sebagian ahli, kata Alas berasal dari bahasa Gayo yang berarti tikar. Pemberian nama ini dikaitkan dengan keadaan wilayah pemukiman orang Alas yang terbentang luas seperti tikar terkembang di sela-sela Bukit Barisan. Pendapat lain mengatakan bahwa orang Alas berasal dari daerah Singkil, Kabupaten Aceh Selatan, yang ditandai dengan adanya tari Alas di daerah itu. Dalam bahasa Singkil, Alas diartikan se...
Cerita Rakyat Aceh Tujuh Anak Lelaki : Tujuh anak lelaki dalam cerita ini adalah tujuh orang bersaudara yang dilahirkan oleh sepasang suami-istri di sebuah kampung di daerah Nanggro Aceh Darussalam, Indonesia. Ketujuh anak lelaki tersebut sungguh bernasib malang. Ketika masih kecil, mereka dibuang oleh kedua orangtua mereka ke tengah hutan jauh dari perkampungan. Mengapa ketujuh anak lelaki itu dibuang oleh kedua orangtua mereka? Lalu, bagaimana nasib mereka selanjutnya? Ikuti kisahnya dalam cerita Tujuh Anak Lelaki berikut ini! * * * Alkisah, di sebuah kampung di daerah Nanggro Aceh Darussalam, ada sepasang suami-istri yang mempunyai tujuh orang anak laki-laki yang masih kecil. Anak yang paling tua berumur sepuluh tahun, sedangkan yang paling bungsu berumur dua tahun. Untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, sepasang suami-istri itu menanam sayur-sayuran untuk dimakan sehari-hari dan sisanya dijual ke pasar. Meskipun serba pas-pasan, kehidupan mereka senantiasa rukun, damai...
Bahan: 300 gram udang pancet, dikupas sisakan ekornya di kerat punggungnya 1 sendok teh air jeruk nipis 3 sendok makan minyak goreng 350 gram kentang, dipotong kotak 1 cm 350 mi air Bumbu (dihaluskan): 6 butir bawang merah 3 siung bawang putih 3 buah cabai merah 3 cm kunyit 1 cm lengkuas 1 cm jahe 1 1/2 sendok teh garam 1/2 sendok teh gula pasir Cara membuat: 1. Lumuri udang dengan air jeruk nipis, diamkan 5 menit. 2. Tumis bumbu halus hingga harum. Masukkan udang, aduk hingga berubah warna. Tambahkan kentang sambil diaduk hingga bumbu meresap. 3. Setelah kuah mengental, angkat lalu sajikan. Alamat dan Kontak Penjual: Atjeh Rayeuk Jln. Ciranjang No. 38 Kebayoran Baru - Jakarta Selatan Tlp. 0878 8484 8892