Anak
131 entri ditemukan

Entri per provinsi
Entri per provinsi

Entri Terkait

Gambar Entri
Prasasti Palas Pasemah
Naskah Kuno dan Prasasti Naskah Kuno dan Prasasti
Lampung

Ditemukan di Palas Pasemah (Provinsi Lampung) dan tidak berangka tahun. Prasasti ini mencertitakan bahwa daerah Lampung Selatan telah diduduki oleh Kerajaan Sriwijaya pada akhir abad ke-7 Masehi. Prasasti Palas Pasemah terbuat dari batu, bertuliskan huruf Pallawa dan berbahasa Melayu Kuno yang terdiri dari 13 baris berisi ancaman dan kutukan bagi yang melanggar perintah/kekuasaan Sriwijaya. Prasasti Palas Pasemah merupakan peninggalan Kerajaan Sriwijaya abad VII-IX Masehi. Menurut Boechari (1979),  berdasarkan perbandingan bentuk huruf dengan prasasti-prasasti lainnya, Prasasti Palas Pasemah diduga berasal dari akhir abad ke-7 M. Prasasti tersebut berisi tentang penaklukan daerah Lampung dan kutukan-kutukan kepada yang berani memberontak kepada Sriwijaya. Prasasti yang isinya mirip dengan Prasasti Palas Pasemah ditemukan di  Kota Kapur, Bangka (Sumadio, 1990: 58 – 59). Taranskripsi Prasasti Palas Pasemah Siddha kita...

avatar
Roby Darisandi
Gambar Entri
Kain Maduaro
Motif Kain Motif Kain
Lampung

Kain Maduaro merupakan kain sulam asal Kabupaten Tulangbawang Provinsi Lampung. Kain ini biasa dijadikan sebagai alat penutup kepala bagi kaum perempuan, namun saat ini  kain maduaro sudah dibuat motifnya pada baju gamis, kopiah, baju koko, kaligrafi, dan sebagainya sebagi upaya pelestarian motif kainnya. Kain maduaro biasa digunakan dalam acara sakral, misalnya digunakan dalam upacara adat Menggala. kain ini sudah ada sejak abad ke-18, dan merupakan salah satu warisan kebudayaan yang harus kita jaga selendang Maduaro

avatar
Fajar_kurniasih
Gambar Entri
Sekubal Penganan khas Lampung
Makanan Minuman Makanan Minuman
Lampung

Sekubal / Segubal merupakan penganan dari ketan yang dikukus dengan santan, dan kemudian dibungkus janur (daun kelapa) atau daun pisang. Sekubal merupakan salah satu kuliner khas Lampung yang masih banyak diminati. Manyantap sekubal biasanya ditemani dengan rendang daging, gulai, tapai ketan, kari, dan sebagainya. Kuliner ini biasanya dihidangkan saat Hari Raya baik Hari Raya Idul Fitri maupun Idul Adha dan juga pada saat pesta budaya masyarakat Lampung, seperti begawi adat ataupun khitanan. Proses pembuatan sekubal memerlukan waktu 8 sampai 10 jam, prosesnya antara lain proses merendam, menanak, mencetak dan meletakkannya di atas daun pisang yang digulung. Sekilas bentuk sekubal hampir mirip dengan lepat, namun rasanya berbeda karena cara pembuatannya pun berbeda. Karena proses pembuatannya yang cukup rumit dan memakan waktu, banyak masyarakat Lampung yang lebih memilih memesan daripada membuat sendiri sekubal ini. berikut resep pembuatan sekubal secara lebih jelas: Ba...

avatar
Fajar_kurniasih
Gambar Entri
Pepaccur/Pepaccogh/Wawancan
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Lampung

Pepaccur/Pepaccogh/Wawancan merupakan salah satu bentuk kesenian Lampung, terutama seni sastra. Pepaccur/Pepaccogh/Wawancan biasanya dibacakan pada saat upacara adat seperti perkawinan dan khitanan.  Pepaccur/Pepaccogh/Wawancan  adalah seni sastra / puisi berisi nasihat, harapan, petunjuk, pemberian adok atau gelar yang diucapkan dalam bahasa Lampung.  Istilah pepaccur dikenal di lingkungan masyarakat Lampung dialek O. Di lingkungan masyarakat Lampung dialek A dikenal dengan istilah pepaccogh (di lingkungan masyarakat Lampung dialek A Sebatin dikenal dengan istilah wawancan).Pepaccur/Pepaccogh/Wawancan disampaikan oleh orang yang ahli dan dapat melagukan sesuai dengan iramanya.  Pepaccur/Pepaccogh/Wawancan  memiliki ciri-ciri sebagai berikut :              1.      Tidak ada pembukaan              2. &nb...

avatar
Andiyani
Gambar Entri
Hahiwang
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Lampung

Hahiwang merupakan salah satu bentuk sastra tutur masyarakat Lampung, khususnya masyarakat adat 16 Marga Pesisir Krui. Hahiwang adalah puisi berisi kisah atau cerita sedih,  baik kejadian menyedihkan perorangan maupun orang banyak. Berdasarkan isinya, hahiwang dapat dibedakan menjadi dua, yakni yang berisi penderitaan hidup seseorang dan hubungan muda-mudi (kegagalan percintaan). Penderitaan hidup atau kegagalan hubungan muda-mudi tersebut ditulis dalam bahasa yang indah dan dibacakan dengan lagu yang menyayat oleh seseorang, sehingga si pendengar dapat ikut merasakan penderitaan tersebut. Hahiwang merupakan tradisi sastra tutur masyarakat Krui, Lampung Barat yang hampir punah karena tidak semua orang yang mampu membawakannya. Di lingkungan masyarakat Lampung Pemanggilan Jelema Daya (Komering, hahiwang dikenal dengan istilah highing-highing sementara di lingkungan masyarakat Lampung Barat khususnya Belalau disebut wayak/muayak . Hahiwang biasanya digunakan sebagai: 1. peng...

avatar
Andiyani
Gambar Entri
Tari Piring Dua Belas
Tarian Tarian
Lampung

SEJARAH Tari Piring Duabelas merupakan tari tradisional yang berkaitan dengan gawi adat masyarakat Lampung yang beradat Saibatin. Tari ini berasal dari Sekala Bekhak, kecamatan Belalau, Lampung Barat.  Awalnya orang orang dari Sekala Bekhak ini hijrah ke wilayah Kota Agung (Teluk Semaka) untuk mencari tempat baru dan membentuk sebuah kerajaan yaitu Kerajaan Beniting. Disebut Kerajaan Beniting karena dulu di Sumatera terdapat banyak harimau, sedangkan raja di Kerajaan Beniting ini bisa berubah menjadi harimau. Agar rakyat tidak keliru maka sang raja memiliki sebuah tanda yang ada di bagian pinggangnya yang biasa disebut babiti, maka raja tersebut disebut raja beniting.Setelah mendapat pengaruh para pedagang, Kerajaan Beniting berubah menjadi Kerajaan Semaka.Tari Piring 12 muncul saat Kerajaan Semaka dan dikembangkan menjadi empat macam tarian. a.Tari Piring Biasa (Asli), dibawakan oleh bujang gadis (mulei mekhanai) b.Tari Piring Buha (Buaya), dibawakan ole...

avatar
Ubalaitb
Gambar Entri
Kucing Buta
Permainan Tradisional Permainan Tradisional
Lampung

Dimainkan oleh anak-anak perempuan yang berusia 10 -14 tahun dengan jumlah minimum 10 orang. Salah seorang pemain matanya ditutup dengan kain, sehingga tidak dapat melihat seperti orang buta disebut permainan kucing buta. Permainan ini dilakukan di halaman rumah, di lapangan yang datar. Mereka memilih salah seorang menjadi pemeran kucing buta dan kadang-kadang ada yang langsung rela untuk memainkan kucing itu. Pemeran kucing buta ditutup matanya dengan serebet atau sapu tangan sehingga tidak bisa melihat. Semua pemain berpegang tangan membentuk lomgkaran mengelilingi kucing buta, sambil melagukan seperti syair kucing buta cari aku, siapa dapat aku menunggu sampai dua tiga kali sesuai kesepakatan. Seluruh pemain secara serentak duduk berjongkok dan diam tak berusara. Bila di antara anak-anak ada yang bersuara makan dengan spontan kucing buta menuju suara tersebut dan langsung merangkulnya dan menyebut namanya. Bila tebakan tersebut benar maka kucing buta dikatakan menang oleh...

avatar
Oase
Gambar Entri
Ketekhan
Permainan Tradisional Permainan Tradisional
Lampung

PERMAINAN TRADISIONAL LAMPUNG Semua jenis permainan ini dapat dilakukan oleh anak-anak dari semua lingkunga kelompok social. Permainan ini digolongkang pada permainan rekreatif dan kompetitif. Ketekhan berasal dari bahasa Lampung yang berarti kitiran. Permainan ketekhan dimainkan oleh anak laki-laki, jumlah pemain 2 orang atau lebih, usia dari 7 sampai 12 tahun.  Masing-masing peserta mempergunakan sebuah alat kitiran terbuat dari sebuah karet/para yang dilubangi dari atas sampai bawah. Besarnya lubang tersebut kira-kira sebesar paku senta. Kemudian dilengkapi dengan baling-baling serta benang sedemikian sehingga dengan menarik benang baling-naling dapat berputar. Dilakukan di halaman rumah atau halaman sekolah. Dengan membuat garis start dan garis finish dengan jarak 20 m atau lebih. Semua pemain berjajar pada garis start dan garus finish dengan jarak 20 m atau lebih. Semua pemain berjajar pada garis start dengan masing-masing kitiran...

avatar
Oase
Gambar Entri
Setayakhan Sinjang
Permainan Tradisional Permainan Tradisional
Lampung

Permainan ini dimainkan di daerah Kota Agung, Lampung. Main  Setayakhan Sinjang mempunyai arti bermain lempar-lemparan sarung oleh remaja laki-laki pada waktu malam hari, umur 7-15 tahun dengan badan yang seimbang. Anak-anak yang hendak main  Setayakhan Sinjang  dibagi atas 2 kelompok, setiap kelompok memilih masing-masing ketua kel;ompok. Ketua kelompok melakukan undian dengan cara suit untuk menentukan pemenang. Kelompok yang kalah (kelompok B) mebentuk lingkaran yang berjarak ± 4 m. anggota kelompok B dalam keadaan jongkok dan menekuk lutut, tangan diletakan diatas lutut, kondisi kai agak terbuka ± 25 cm. Masing-masing anggota kelompok pemenang (kelompok A) naik ke atas punggung pemain kelompok B. apabila semua pemain menyatakan siap, maka srung laki-laki digulung-gulung oleh kapten/ketua kelompok A dan mulai dilemparkan ke arah kanan pemain yang lain yang duduk di atas punggung pemain B, kemudain dilemparkan ke temannya yang juga duduk diatas...

avatar
Oase