Kudang fe inalan Aleg iko mekulu fan Mekulu fan dui ngadan O yamu ame tonge Ame tonge, ame tonge iko O yamu ame tonge Ame tonge, ame tonge iko Kudang feni ame mado Aleg niatmu meleso Ui lutaf kuan diko O yamu ame tonge Ame tonge, ame tonge iko O yamu ame tonge Ame tonge, ame tonge iko
Tarian ini menceritakan mengenai kehidupan burung Enggang di masyarakat Dayak, Kalimantan. Burung Enggang merupakan hewan sakral lambang pembawa pesan dari Tuhan yang mempengaruhi hidup masyarakat Dayak. Enggang tidak hanya diyakini membawa kesugihan tetapi juga malapetaka. Ketika Enggang mengelilingi rumah sebanyak 6x, maka orang yang ada di dalamnya diyakini akan mendapat bencana karena Enggang membawa roh-roh jahat. Saat itulah belian, yaitu orang pintar yang dipercaya sebagai tabib, dengan kemapuannya berusaha mengusir burung Enggang.
Referensi: Sellato, Bernard. Hornbill & Dragon = Naga dan burung Enggang : Kalimantan, Sarawak, Sabah, Brunei, 1989.
Contoh kain tenun Ualp Doyo Kutai Kartanegara adalah salah satu mutiara Indonesia yang cantik dan eksotik, kaya akan ragam hias dan ornamen, penuh dengan ekspresi seni yang tercermin berbagai aspek budaya."Kain Ulap Doyo" adalah kain tenun tradisional yang cantik nan elok yang biasa dibuat oleh wanita suku dayak Benuaq yang tinggal di Tanjung Isuy. Salah satu suku bangsa yang mendiami daerah hulu sungai Mahakam adalah suku bangsa Dayak Benuaq. Daerah persebarannya mencakup Kecamatan Danau Jempang, terutama di desa Tanjung Isuy, Pentat, Muara Nayan, dan Lempunah, serta sebagian di Kec. Tenggarong. Bahan yang terkenal untuk pakaian adat tradisional Dayak Benuaq adalah kain tenunan serat daun doyo (Curculigo Latifolia). Secara almiah tumbuhan sejenis pandan ini berkembang dengan subur di daerah Tanjung Isuy. Dari tumbuhan inilah masyarakat Dayak Benuaq membuat benang yang kuat untuk ditenun. Daun doyo dipotong sepanjang 1-1,5 meter dan direndam di dalam air. Setelah dagin...