Museum Coelacanth atau Coelacanth Ark Museum , Manado Plaats: Manado Provincie: Sulawesi Utara Land: IND Type organisatie: Museum Postadres: Museum Coelacanth atau Coelacanth Ark Museum Manado...
Sumber : Arsip.Dok Kota Menado (https://4.bp.blogspot.com) Patung yesus memberkati adalah Monumen Yesus Kristus yang berada di Kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara. Monumen yang diresmikan pada tahun 2007 ini memiliki tinggo 50 meter dari permukaan tanah, dimana patungnya sendiri memiliki tinggi 30 meter dan 20 meter sebagai tinggi penompangnya, serta memiliki kemiringan sekitar 20 derajat. Bagi masyarakat Sulawesi Utara, Monument Yesus Memberkati menjadi symbol kebangkitan Yesus Kristus sesaat setelah kematian dan memberkati kaumnya sesaat sebelum naik ke surga. Monument Patung Memberkati merupakan Patung Yesus tertinggi kedua di Dunia. Selain Monument Patung Memberkati, Provinsi Sulawesi Utara mempunyai Landmark lainnya seperti Laman Laut Bunaken, Tugu Dotu Lorong Lasut, Jembatan Soekarno, Tugu Sam Ratulangi. Dan lainnya. Sumber : http://albantanipro.blogspot.com/2016/03/landmark-atau-ikon-setiap-provinsi-di.html
Sarune Bolon Sarune Bolon merupakan alat musik tradisional suku Batak Karo Sumatera Utara yang terbuat dari kayu, tanduk kerbau dan kayu arung sebagai “ipit ipit” (Double Reed) sebagai sumber suara. Alat musik ini dimainkan dengan cara ditiup . Cara meniup alat Sarune Bolon dengan cara “marulak hosa” (circular breathing), yakni dimana nafas ditarik tetapi tanpa menghentikan suara Sarune tersebut. Sarune Bolon adalah pembawa melodi dan sebagai pembawa lagu dalam Gondang Batak. https://www.silontong.com/2018/05/06/alat-musik-tradisional-batak-toba/
Brondong Gula Sulawesi Utara (sumber: E-b ook Mahakarya 5000 Resep Makanan dan Minuman di Indonesia)
Harimau adalah binatang yang amat dihormati bagi masyarakat Mandailing. Bahkan di desa-desa yang dekat dengan hutan, biasanya orang takut menyebut kata harimau. Orang sering mengatakan dengan sebutan “Ompungi”, yang artinya kakek atau buyut. Kata nenek moyang batak Mandailing, jika kita berani mengatakan kata harimau walaupun sedang bercerita, itu sama dengan mengundang ompungi ke kampung kita. Tapi nenek moyang Mandailing mengakui bahwa harimau ini cukup beradat. Dia tak akan mengganggu orang yang tak ada salahnya. Dan telah banyak orang yang bercerita, bila ia ketemu dengan harimau. Kita lebih baik diam dari pada lari. Karena jika kita berlari, dia akan beranggapan kita punya salah. Tapi kalau kita diam dengan memandangi wajahnya. Kita usahakan agar kening kita terbuka waktu berhadapan dengannya. Dia akan pergi pada akhirnya. Dia tak akan mengganggu. Apalagi kata nenek moyang Mandailing, ada dikening manusia, tulisan tuhan yang harimau tak sanggup menatapnya dengan l...
Di sebuah desa di Sulawesi Utara, tinggallah seorang ibu bersama dua anak gadisnya. Mereka benar-benar miskin, membeli makanan saja tak mampu. Sehari-hari, keluarga itu hanya menyantap buah-buahan yang tumbuh di hutan sekitar rumah mereka. Meski demikian, mereka hidup bahagia dan selalu bersyukur. Suatu masa, musim kemarau melanda desa mereka. Pohon-pohon yang ada di hutan mulai Iayu dan kering daunnya. Pon di "Kak, kita sudah berjalan dari tadi, tapi kita belum menemukan satu buah pun," kata Si Bungsu. “Sabar Dik, mungkin jika kita berjalan Iebih ke dalam, kita akan me nemukannya,” jawab si Sulung. Dalam hatinya dia mulai khawatir. Perutnya mulai keroncongan. Akhirnya mereka berdua memutuskan untuk masuk terus ke dalam hutan. Mereka berusaha mencari buah-buahan, namun tak mendapatkan apa-apa. Karena kelelahan, mereka beristirahat di bawah sebatang pohon rindang. Meskipun daunnya lebat, pohon itu tak berbuah. Angin ber...
Suatu hari Ratu Wulanwanna menantang keberanian empat sahabatnya untuk membunuh orang tua mereka, "Jika orang tua kita meninggal, uang mereka akan menjadi milik kita!" serunya bahagia. Empat dari lima sekawan itu langsung membunuh orang tua mereka, kecuali Ratu Adioa. Dia / tidak bisa melakukannya, karena ia sangat menyayangi kedua orangtuanya. Kisah ini datangnya dari daerah Sulawesi Utara, hiduplah lima orang sahabat yang sangat setia satu sama lain, di antara kelima sahabat itu dua diantaranya bernama Ratu Wulanwanna dan Ratu Adioa. Ratu Adioa berpikir keras untuk menyelamatkan orang tuanya. Akhirnya, ia sembunyikan ayah dan ibunya di sebuah gua yang tak seorang pun tahu. Suatu ketika, datanglah tiga kapal asing membawa harta karun ke desa mereka. Pemilik kapal itu menantang para penduduk untuk menjawab teka- teki yang ia berikan, jika teka-teki itu berhasil dijawab dengan benar maka bahwa ia akan memberikan kapalnya. "Apa teka-tekinya?" tanya s...
Ketika mendengar alunan merdu musik Kolintang, pikiran pendengar akan tertuju pada Manado, kota yang terletak di bagian paling utara pulau Sulawesi. di tempat tersebutlah alat musik khas daerah yang terbuat dari sejenis kayu di Minahasa ini berasal. Berikut cerita rakyat Minahasa tentang asal usul Kolintang. Pada jaman dahulu di daerah Minahasa (Sulawesi Utara) ada sebuah desa yang indah bernama To Un Rano yang sekarang dikenal dengan nama Tondano. di sana tinggalah seorang gadis yang kecantikannya tersohor ke seluruh pelosok desa, maka tak heran banyak pemuda yang jatuh hati kepadanya. Gadis itu bernama Lintang, ia pandai menyanyi, suaranyapun nyaring dan merdu. Pada suatu hari di desa To Un Rano,diselenggarakan pesta muda-mudi. Saat itu seorang pemuda gagah dan tampan memperkenalkan diri kepada Lintang, "Makasiga namaku,aku berasal dari desa Kelabat Atas". Makasiga adalah seorang pemuda yang ahli ukir-ukiran. Suatu waktu, Makasiga ingin meminang Putri...
rmula pada abad ke–13, suami istri Lumimuut dan Toar mempunyai dua orang anak yatim yakni Mina Esa dan Andi Polii. Mina Esa kawin dengan orang Kastilani bernama Makisemba. Keduanya, hidup di Tonsawang. Tidak berapa lama, mereka berlayar ke sebelah utara Celebes (Sulawesi) tiba di suatu pulau dan teluk. TELUK itu disebut Sawang (Siau Timur) karena mengingat tanah tumpah darah mereka Tonsawang. Mereka tinggal di situ, kemudian pada suatu saat berjalanlah keduanya memasuki pedalaman pulau itu dan di sana dijumpainya sebuah batu besar. “Di sekitar batu itulah, Makisemba dan Mina Esa bemukim dan hidup. Keduanya dikaruniai Sembilan orang anak yaitu, Uta Labo, Uta Haghi, Lekungbulaeng, Naeloh, Linangkulaeng, Wulaeng, Bawingkahe, Neli dan Rasageng,” cerita salah satu Tokoh Muda Pemerhati Budaya di Sitaro, Winton Sagune, kemarin. Oleh Makisemba batu besar itu, disebut Batu Sio. Hal ini disebabkan karena, setiap anak lahir, plasentanya dalam bahasa daera...