" Berkala Arkeologi Sangkhakala : Vol. 20 No. 2, November 2017 Ajis, Ambo Asse and Hermawan, Iwan and Wiradnyana, Ketut and Susilowati, Nenggih and Oetomo, Repelita Wahyu (2017) Berkala Arkeologi Sangkhakala : Vol. 20 No. 2, November 2017. Sangkhakala, 20 (2). Badan Penelitian dan Pengembangan, Medan. ISBN ISSN 1410 – 3974 [img] Text Sangkhakala Nov_2017_c.pdf Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial. Download (1MB) Abstract Di dalam jurnal ini terdapat beberapa artikel diantaranya: (1) Ramni–Ilamuridesam: Kerajaan Aceh Pra–Samudera Pasai (2) Persebaran Bangunan Pertahanan Jepang Di Telukbetung, Kota Bandar Lampung (3) Identifikasi Budaya Prasejarah Dari Artefak Di Situs Bukit Kerang Kawal Darat I (4) Tradisi Mengunyah Sirih Dan Memotong Kerbau Pada Upacara Adat/ Horja Di Angkola–Mandailing (5) Motif Hias Nisan: Latar Belakang Pembuatan Hiasan Lampu Gantung Pada Nisan Di Barus ITEM TYPE: Book SUBJECTS: Pendidikan > Kebudaya...
" Berkala arkeologi sangkhakala: vol.21 No.1, Mei 2018 Ajis, Ambo Asse and Restiyadi, Andri and Syam, Andi Irfan and Wiradnyana, Ketut and Setiawan, Taufiqurrahman and Hidayati, Dyah and Susilowati, Nenggih and Nasoichah, Churmatin and Stefanus, Stefanus and Koestoro, Lucas Partanda (2018) Berkala arkeologi sangkhakala: vol.21 No.1, Mei 2018. Berkala Arkeologi Sangkhakala, 21 (1). Balai Arkeologi Sumatera Utara, Medan. ISBN ISSN 1410 – 3974 [img] Text Sangkhakala_Vol.21_No.1_2018.pdf Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial. Download (4MB) Abstract Sangkhakalaterdiri dari dua kata yaitu Sangkhadan Kala. Sangkhaadalah sebutan dalam Bahasa Sansekerta untuk jenis kerang atau siput laut. Sangkhadalam mitologi Hindhu digunakan sebagai atribut dewa dalam sekte Siwa dan Wisnu. Sedangkan Kalaberarti waktu, ketika atau masa. Jadi Sangkhakalamerupakan alat dari keranglaut yang mengeluarkan suara sebagai tanda bahwa waktu telah tiba untuk memulai suatu...
" FORUM ARKEOLOGI volume 21, no.1, Mei 2008 Ambarawati, Ayu and Geria, I Made and Yuliati, Luh Kade Chita and Suarbhawa, I Gusti Made and Ratnawati, I Gst. Ag. Ayu Mas and Suastika, I Made and Kompiang Gede, I Dewa and Bagus, A.A. Gde and Kusumawati, Ayu and Sunarya, I Nyoman (2008) FORUM ARKEOLOGI volume 21, no.1, Mei 2008. Badan Penelitian dan Pengembangan, pp. 1-172. [img] Text VOLUME 21, NO 1, MEI 2008.pdf Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial. Download (17MB) Official URL: https://forumarkeologi.kemdikbud.go.id/index.php/f ... Abstract peninggalan arkeologi merupakan suatu bukti autentik dari hasil kebudayaan bangsa dari masa lampau ITEM TYPE: Book SUBJECTS: Pendidikan > Kebudayaan Pendidikan > Kebudayaan > Arkeologi DIVISIONS: Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan > Pusat Penelitian Arkeologi Nasional > BALAR Bali DEPOSITING USER: Balai Arkeologi Bali DATE DEPOSITED: 24 M...
Tarian ini diciptakan I Ketut Merdana di desa Kedisan, Buleleng pada tahun 1960. Sesuai namanya, gerakan yang dihadirkan diadopsi dari gerakan-gerakan nelayan Bali dalam menjalankan aktivitas menangkap ikan. Tarian Nelayan setidaknya melibatkan satu penari laki-laki dan dua penari perempuan. Mereka menari membawakan gerakan seperti mendayung, menebar jala dan lain sebagainya. Semua gerakan yang tersaji lebih menggambarkan kerjasama nelayan dalam mencari ikan. Dalam hal tata busana, penari laki-laki menggunakan udeng atau ikat kepala, rumbing, badong, sabuk lilit, apok-apok, kamen atau jarik dan celana. Dipakai juga gelang kane dan klat bahu. Sementara itu, untuk busana penari perempuannya menggunakan lelunaan sebagai ciri khas wanita Bali di jaman dulu. Selain itu, mereka juga mengenakan angkin, sabuk lilit, serta jarik dengan riasan cantik. Pementasan Tarian Nelayan ini biasanya diiringi oleh Gong Kebyar. Salah satu dari ensambel gamelan Bali yang juga terlahir di Kabupaten...
Tradisi Magebeg-gebegan adalah salah satu tradisi yang berhubungan dengan ritual agama hindu yang ada di Desa Pekraman Dharma Jati, Tukad Mungga, Buleleng. Yang mana pada saat tradisi tersebut digelar para Sekee Teruna (pemuda desa) akan memperebutkan kepala godel (kepala anak sapi) yang merupakan sarana dalam menggelar upacara persembahan (sesajian) saat prosesi atau ritual mecaru yang bertepatan saat hari Pengrupukan atau sehari sebelum Hari Raya Nyepi, jadi tradisi Megebeg-gebegan digelar setahun sekali. Tradisi yang rutin digelar di catus pata agung (perempatan) Desa Pekraman Dharma Jati, Tukad Mungga. Upacara Bhuta Yadnya ini berupa pecaruan tawur agung Kesanga (sehari sebelum Nyepi), tujuan dari menggelar upacara Bhuta yadnya tersebut untuk menyeimbangkan bhuana agung dan bhuana alit agar selalu tetap harmonis. 1
Tari baris jojor (Nyawi) merupakan tarian yang ditarikan orang seorang penari atau tunggal yang penarinya adalah seorang laki – laki. Tari baris ini merupakan tari kepahlawanan yang mempertunjukan jiwa keprajuritan dan gerakan – gerakan tarian ini menunjukan kewibawaan seorang prajurit dalam setiap langkahnya yang tegap dan beribawa. Adapaun makna dari tarian ini adalah melambangkan atau mencerminkan seorang prajurit yang gagah berani di dalam medan perang pertempuran. 1
Prosesi perang pandan atau mekare-kare di Tenganan merupakan upacara persembahan untuk menghormati para leluhur dan juga Dewa Indra yang merupakan Dewa Perang, yang bertempur melawan Maya Denawa seorang raja keturunan raksasa yang sakti dan sewenag-wenang, yang melarang rakyatnya menyembah Tuhan. Keyakinan beragama di Tenganan berbeda dengan Agama Hindu lainnya di bali, tidak mengenal kasta dan meyakini Dewa Indra sebagai dewa Perang dan dewa dari segala Dewa. Untuk menhormati Dewa Indra mereka melakukan upacara perang Pandan. Tradisi ini dirayakan di Desa Tenganan Dauh Tukad, lokasinya sekitar 10 km dari objek wisata Candidasa, 78 km dari Kota Denpasar, bisa ditempuh sekitar 90 menit dengan kendaraan bermotor ke arah timur laut dari Ibu Kota Bali.Sebelum prosesi perang pandan dimulai, warga Tenganan melakukan ritual berkeliling desa. Upacara perang pandan ini, memakai senjata pandan berduri yang perlambang sebuah gada yang dipakai berperang, perang berhadapan satu lawan satu dan...
Tradisi unik yang berlokasi pada desa puluk-puluk, kecamatan penebel, kabupaten tabanan yaitu “tradisi tarian sang hyang sampat”. Di mana pada saat menjelang panen, tepatnya pada musim tanam padi taun atau padi Bali, maka akan digelar nedunang Sang Hyang Sampat yang sudah menjadi tradisi turun menurun di Desa Pakraman Puluk Puluk, dilaksanakan dalam waktu kalender digelar setiap satu tahun sekali sebelum Ngusabe Gede di Pura Bedugul. Tradisi Tarian Sang Hyang Sampat tujuannya untuk Nangkluk Merana, melindungi tanaman padi para petani dari serangan hama dan penyakit. Prosesi Sang Hyang Sampat sendiri digelar selama tiga hari berturut dengan upacara yang dipusatkan di Pura Bale Agung Desa Pakraman Puluk Puluk. Terdapat dua Sang Hyang Sampat yang memang malinggih di Pura Bale Agung Desa Pakraman Puluk Puluk yang terdiri dari Sang Hyang Sampat Lanang (laki-laki) dan Sang Hyang Sampat Istri (perempuan). Lidi dari Sang Hyang Sampat pun bukan lidi sembarangan, melainkan lidi Ron dan lidi...
Sumber: munas.kemdikbud.go.id