Gapura kampung adat Banceuy ini merupakan penanda masuk ke dalam lokasi kampung adat banceuy, ciater, subang. Bentuknya mirip seperti gapura biasanya, hanya saja ia seluruhnya terbuat dari bambu dan dhiasi dengan berbagai ornamen unik yang khas lainnya. Kampung adat Banceuy itu sendiri sebenarnya sudah menjadi kampung desa modern seperti desa-desa di sekitarnya. Hanya saja di kampung ini masih menjalankan beberapa ritual adat secara tertib, misalnya ruwatan bumi. Di kampung ini juga hidup kelompok seni musik tradisional toleat-celempungan yang juga terbuat daru bambu (celempung renteng) dan diasuh oleh Abah Amar, murid dari pak parman (alm) dang maestro toleat dari Ciasem, Subang.
Kereta jenazah tradisional ini seluruhnya berbahan bambu dan dibuat secara gotong royong oleh masyarakat di desa cipacar, padamulya, kecamatan cipunagara, kabupaten Subang. Kereta jenazah ini sangat unik dan menunjukkan tradisi gotong royong yang masih cukup kental.
Nyawen merupakan ritual yang biasa dilakukan menjelang panen padi pada masyarakat di pedesaan Subang. Ritual ini dilakukan oleh salah satu sesepuh atau tokoh adat/masyarakat untuk mengawali panen padi pertama sebagai wujud penghormatan kepada Sang Hyang Sri sebagai Dewi Padi (kesuburan). Dalam melaksanakan ritual Nyawen ini tokoh adat membacakan mantra-mantra dalam bahasa sunda disertai dengan sesajen dan pembakaran dupa (sabut kelapa dan rokok) sembari memetik beberapa helai padi di lahan yang siap dipanen. (Foto: Didi S Sopyan)
Ruat laut atau pesta laut merupakan ritual tradisi yang diselenggarakan oleh masyarakat nelayan di kecamatan Blanakan, Kabupaten Subang setiap tahun sekali. Saat ini (2014) Ruat Laut dikelola dan dilaksanakan oleh KUD Mina Fajar Sidik yang merupakan induk dari ratusan keluarga nelayan di Kecamatan Blanakan dan sudah menyelenggarakan acara ini selama 47 tahun. Rangkaian acara ruat laut ini sudah bersentuhan dengan berbagai kegiatan wisata modern lainnya, yaitu pasar malam, lomba-lomba atau pertandingan antar warga, wayang kulit, pertunjukan sandiwara hingga acara pesta ruat laut itu sendiri. Rangkaian acara biasanya selama satu minggu dengan puncak acara pada hari terakhir (larung sesaji/dongdang). (Foto by Budiana Yusuf)
sekitar tahun 1976 di Karawang, jaipongan merupakan garapan yang menggabungkan beberapa elemenseni tradisi karawang seperti pencak silat, wayang golek, topeng banjet, ketuk tilu dan lain-lain. Jaipongan di karawang pesat pertumbuhannya di mulai tahun 1976 , di tandai dengan munculnya rekaman jaipongan SUANDA GROUP dengan instrument sederhana yang terdiri dari gendang, ketuk, kecrek, goong, rebab dan sinden atau juru kawih. Dengan media kaset rekaman tanpa label tersebut (indie label) jaipongan mulai didistribusikan secara swadaya oleh H Suanda diwilayah karawang dan sekitarnya. Tak disangka Jaipongan mendapat sambutan hangat, selanjutnya jaipongan menjadi sarana hiburan masyarakat karawang dan mendapatkan apresiasi yang cukup besar dari segenap masyarakat karawang dan menjadi fenomena baru dalam ruang seni budaya karawang, khususnya seni pertunjukan hiburan rakyat. Posisi Jaipongan pada saat itu menjadi seni pertunjukan hiburan alternative dari seni tradisi yang sudah tumbuh dan berke...
Secara umum batik Cirebon termasuk kedalam kelompok batik Pesisiran, namun juga sebagian batik Cirebon termasuk dalam kelompok batik keraton. Hal ini dikarenakan Cirebon memiliki dua buah keraton yaitu Keratonan Kasepuhan dan Keraton Kanoman, yang konon berdasarkan sejarah dari dua keraton ini muncul beberapa desain batik Cirebonan Klasik yang hingga sekarang masih dikerjakan oleh sebagian masyarakat desa Trusmi diantaranya seperti motif Mega Mendung, Paksinaga Liman, Patran Keris, Patran Kangkung, Singa Payung, Singa Barong, Banjar Balong, Ayam Alas, Sawat Penganten, Katewono, Gunung Giwur, Simbar Menjangan, Simbar Kendo dan lain-lain. Beberapa hal penting yang bisa dijadikan keunggulan atau juga merupakan ciri khas yang dimiliki oleh batik Cirebon adalah sbb: A. Desain batik Cirebonan yang bernuansa klasik tradisional pada umumnya selalu mengikut sertakan motif wadasan (batu cadas) pada bagian-bagian motif tertentu. Disamping itu terdapat pula unsur ragam hia...
Babaritan merupakan upacara adat memohon keselamatan pada tanggal 10 bulan mulud, yang biasanya dilaksanakan di perempatan jalan yang banyak di lalui orang. Hidangan yang disajikan biasanya lontong sayur, tumpeng, buah-buahan. Biasanya acara pertama kirim doa untuk leluhur daerah tersebut, setelah doa penutup lalu warga yang hadir berebut makanan yang disajikan.
Tahun 1967 untuk pertama kalinya rombongan turis dari Belanda berkunjung ke Saung Angklung Udjo. Sebuah tempat di desa Padasuka, dikelilingi hamparan sawah dan kerimbunan rumpun bamboo, dimana anak-anak kecil bergembira dengan aneka permainan desa, belajar berbagai kesenian daerah dibawah bimbingan Udjo Ngalagena. Inilah Saung Angklung Udjo, tempat angklung dibuat, dipelajari, dimainkan, dan dipertunjukan dengan penuh keceriaan. Tempat yang telah dikunjungi wisatawan dari seluruh belahan dunia. Berbekal cita-cita untuk melestarikan kesenian khas daerah Jawa Barat, alam dan lingkungan, dengan gotong royong sesama warga desa, Udjo mulai merintis Saung Angklung di tahun 1966. Sudah sejak lama Udjo muda berguru kepada Mang Koko yang menguasai teknik permainan kacapi dan lagu Sunda. Gamelan dari Rd. Mahyar Angga Kusumadinata. Serta tentu saja dari Daeng Soetigna, maestro dan pencipta angklung diatonis. Dengan pengetahuan dan pengalaman tersebut, didampingi Uum Sumiyati (isteri...
Bahasa Banten adalah salah satu dialek dari Bahasa Sunda. Sesuai dengan sejarah kebudayaannya, bahasa Sunda dituturkan di provinsi Banten khususnya di kawasan selatan provinsi tersebut—kecuali kawasan pantura yang merupakan daerah tujuan urbanisasi dimana penutur bahasa ini semakin berkurang prosentasenya. Basa Sunda Dialek Banten ini dipertuturkan di daerah Banten selatan. Daerah Ujung Kulon di sebelah selatan Banten, semenjak meletusnya Gunung Krakatau pada tahun 1883, tidak dihuni lagi dan sekarang menjadi taman nasional. Perbedaan tata bahasa antara Bahasa Banten dan Bahasa Sunda dikarenakan wilayah Banten tidak pernah menjadi bagian dari Kesultanan Mataram, sehingga tidak mengenal tingkatan halus dan sangat halus yang diperkenalkan oleh Mataram. Bahasa ini dilestarikan salah satunya melalui program berita Beja ti Lembur dalam bahasa Banten yang disiarkan oleh siaran televisi lokal di wilayah Banten. Perbedaan antara bahasa Sunda di Priangan dengan di Banten d...