ura Gunung Raung merupakan salah satu pura yang termasuk dalam Pura Kahyangan Jagat yang berada di Bali. Selain begitu disucikan, pura ini juga kerap menarik banyak wisatawan yang berkunjung ke daerah Gianyar khususnya. Salah satu keunikannya ialah bahwa pura ini menghadap ke arah Timur, bisa dikatakan diluar kelazimannya sebuah pura yang biasanya menghadap ke arah Barat. Selain itu, keunikan lainnya yakni pura ini memiliki 4 pintu. 4 pintu itu berada di sekeliling penjuru mata angin: Timur, Utara dan Selatan yang pintunya berbentuk Cendi Bentar. Sedangkan pintu di Barat hanya berupa pintu kecil saja. Makna dari keempat pintu tersebut ialah pemikiran baik dan mulia biasanya muncul dari keempat penjuru mata angin. Tak sedikit orang yang datang ke Pura Gunung Raung ini bertujuan untuk memperdalam keilmuan kerohanian dan keduniawian supaya segala apa yang diinginkannya bisa dikabukan oleh Dewata. Dibangun Diperkirakan pura ini pertama kali d...
Di dalam filsafat Hindu terdapat sepuluh kebajikan, yang dikenal dengan “ Dharma Laksana “, yang terdapat di dalam kitab “ Manu Smrti ” yaitu sebagai berikut: Akrodha (tidak marah), Asteya (tidak mencuri), Atma Vinigraha (pengendalian pikiran), Dama (pengendalian diri atau pengendalian indera), Dhi (kemurnian pikiran), Dhrti (ketetapan dan persistence ), Ksama (pengampunan atau kesabaran), Satya (kebenaran). Sumber: http://bali.panduanwisata.id/pura-hindu-bali/mengaplikasikan-etika-ajaran-hindu/
Gereja Palasari didirikan untuk menjadi tempat ibadah umat Kristiani yang tinggal atau datang ke Bali. Namanya Gereja Paroki Hati Kudus Yesus atau lebih dikenal dengan sebutan yang pendek saja: Gereja Palasari. Gereja ini memiliki beberapa keunikan, terutama dari segi arsitektur bangunan dan usianya yang sudah puluhan tahun. Makanya tak mengherankan tak hanya wisatawan lokal saja yang dayang kesini, namun juga wisatawan asing juga banyak yang berkunjung kesini. Kesejarahan Gereja Palasari berada sejak tahun 1940-an, yang mana seorang bernama Pater Simon Buis membuka sebuah hutan Pala yang kemudian diberinama dengan Palasari (sekarang disebut dengan Palasari Lama). Disinilah Pater Simon membangun sebuah desa yang memiliki Mode Dorf yang desa berbudaya Bali namun tetap bernuansa Katholik yang kental. Lantas, pada tahun 1955, sebuah bukit di kawasan ini diratakan dan dibangunlah sebuah gereja yang kokoh, yang memiliki a...
Salah satu dari peninggalan kebudayaan Hindu Bali itu ialah Pura Dasar Gel Gel yang menjadi salah satu peninggalan Klungkung di masa lalu. Pura ini didirikan dengan maksud untuk menghormati Empu Ghana, yakni seorang suci yang dianggap paling berjasa dalam perkembangan agama Hindu di Bali. Pura ini memiliki konsep Kaula Gusti Manunggal yakni sebagai pemersatu umat Hindu di Bali, disamping juga pura ini merupakan Pura Dang Kahyangan Jagat. Masuk ke dalam pura akan membawa kita pada intimitas relijiusitas yang begitu mendalam karena terdapatnya tempat utama untuk melakukan pemujaan terhadap Sanghyang Widhi Wasa. Sebagaimana kelaziman keberadaan pura di Bali, Pura gel Gel juga memiliki tiga mandala yakni Nista Mandala, Madya Mandala dan Utama Mandala. Kerangkeng pohon beringin besar tumbuh di bagian Nista Mandala, yang mana pohon beringin ini menjadi saksi bisu perjalanan pura dari waktu ke waktu. Demikian juga di bagian Madya Mandala terdapata Peling...
Pura Dang Kahyangan adalah sebuah tempat suci yang dibangun atas dasar penghormatan kepada Sang Maharsi yang dikelompokkan berdasarkan sejarah yang notabene sebagai tempat pemujaan dimasa kerajaan di Bali, dimasukkan ke dalam kelompok Pura Dang Kahyangan Jagat ini. Keberadaan Pura Dang Kahyangan tidak bisa dilepaskan dari ajaran Rsi Rna (salah satu bagian dari ajaran Tri Rna). Pura atau Ashram dibangun pada tempat di mana Maharsi melakukan yoga semadi. Itu dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada Sang Maharsi, Seperti Pura Silayukti di Karangasem. Silayukti diyakini sebagai tempat moksa Mpu Kuturan. Sumber: http://sejarahharirayahindu.blogspot.co.id/2012/04/pura-dang-kahyangan.html
sebagai pasraman Maha Rsi Markendya dan juga sebagai tempat mendalami ilmu kerohanian (Para Vidya) dan ilmu keduniaan (Apara Vidya) maka ada kemungkinan empat pintu kesemua arah sebagai pengejawantahan pentanyaan Mantra Rgveda I.89.1 yang menyatakan: A no bhadarah kratavo yantu visavanta. Artinya: Semoga pemikiran yang mulia datang dari semua arah. Sumber: http://sejarahharirayahindu.blogspot.co.id/2012/04/pura-dang-kahyangan.html
Berdasarkan prasasti Raja Sri Kesari Warmadewa tertanggal 19 Agustus 914, Pura Gunung Sinunggal yang dahulu disebut Hyang Bukit Tunggal terdapat di Desa Air Tabar, daerah Indrapura. Sumber: http://sejarahharirayahindu.blogspot.co.id/2012/04/pura-dang-kahyangan.html
Pura Purancak di daerah Jembrana. Pura ini berkaitan dengan Dang Hyang Dwijendra, tatkala beliau pertama kali menginjakkan kaki di tepi pantai Barat pulau Bali. Upacara piodalan jatuh pada hari Rabu, Umanis, Medangsia. Sumber: http://dharmopadesa.org/blog/artikel/pura-pura-dang-kayangan.html
Pura Amertasari di Jembrana disungsung oleh masayarakat subak, sebagai stana Dang Hyang Dwijendra. Upacara piodalan Selasa Kliwon Prangbakat. Pura Amerthasari berhubungan dengan ajaran Dang Hyang Nirartha kepada masyarakat petani (mretiwi) untuk memuja kebesaran Sang Hyang Widhi dalam saktinya sebagai Dewi Sri (Dewi Manik Galih) yang memberikan kesuburan dan kesejahteraan kepada masyarakat luas. Sumber: http://dharmopadesa.org/blog/artikel/pura-pura-dang-kayangan.html