Rumah tempat tinggal dari kasta wesia atau mereka yang bukan dari kasta brahmana atau kesatria disebut umah. Lokasi umah dalam perumahan disuatu desa dapat menempati sisi-sisi utara selatan, timur atau barat, dari jalan desa. Pusat-pusat orientasi adalah perapatan agung pusat desa, atau bale banjar di pusat-pusat bagian lingkungan (desa). Unit-unit umah dalam perumahan berorientasi ke natah (natar) sebagai halaman pusat aktifitas rumah tangga. Umah di dalam perumahan tradisional merupakan susunan massa-massa bangunan di dalam suatu pekarangan yang dikelilingi tembok penyengker (batas pekarangan) dengan kori pintu masuk kepakarangan. Masing-masing ruangan dapur, tempat kerja, lumbung dan tempat tidur merupakan satu massa bangunan. Komposisi massa-massa bangunan umah tempat tinggal menempati bagian-bagian utara, selatan, timur, barat membentuk halaman natah (natar) di tengah. Orientasi massa-massa bangunan ke natah di tengah. Dari kori masuk pekarangan menuju natah barulah menuju...
Rumah tempat tinggal di luar pusat pemukiman, di ladang, di perkebunan, atau tempat-tempat kehidupan disebut kubu atau pakubon. Lokasi kubu tersebar tanpa dipolakan sebagai suatu lingkungan pemukiman menempati unit-unit perkebunan atau ladang-ladang yang berjauhan tanpa penyediaan sarana utilitas. Hubungan antar kubu dan tempat-tempat kerja atau tempat lainnya umumnya dengan berjalan kaki melalui jalan setapak. Pola ruang kubu sebagai tempat tinggal serupa pula dengan pola umah. Komposisi bangunan, pemakaian bahan dan penyelesaiannya sederhana dan umumnya tidak permanen. Sumber: Bangunan Tradisional Bali Serta Fungsinya – Ida Bagus Oka Windhu
Bangunan sakepat dilihat dari luas ruang tergolong bangunan nista (sederhana), luasnya sekitar 3,00 m X 2,50 m, bertiang empat, denah segi empat. Suatu balai-balai pengikat tiang. Atap dengan konstruksi kampiah atau limasan. Variasi dapat ditambah dengan satu tiang parba satu atau dua tiang pendek. Bisa juga tanpa balai-balai dalam fungsinya yang tidak memerlukan adanya balai-balai. Kostruksinya cecanggahan, sunduk, atau sanggahwang. Di dalam pekarangan perumahan, letak sakepat di timur yang berfungsi sebagai semanggen, di sisi barat sanggah/pemerajan dengan fungsi sebagai piyasan, kelod kauh (barat daya) bila difungsikan sebagai paon. Penyelesaian ruang dan perlengkapan disesuaikan dengan fungsi kegunaanya. Sumber: Bangunan Tradisional Bali Serta Fungsinya – Ida Bagus Oka Windhu
Bangunan sakenem dalam perumahan tergolong sederhana bila bahan penyelesaiannya sederhana. Dapat pula digolongkan madia bila penyelesaiannya sakenem yang dibangun dengan bahan penye lesaian madia. Bentuk sakenem segi empat panjang, dengan panjang sekitar tiga kali lebar. Luas bangunan lebih kurang 6m x 12m. Konstruksi bangunan terdiri dari enam tiang berjajar tiga-tiga pada kedua sisi panjang. Keenam tiang disatukan dengan balai-balai atau hanya empat tiang yang disatukan dengan balai-balai serta 2 tiang di teben dengan memakai dua saka (tiang) pendek disatukan dengan balai-balai. Hubungan tiang-tiang dengan balai-balai konstruksi perangkai sunduk, waton, likah dan galar. Dalam variasinya dapat pula sakenem dengan satu balai-balai yang hanya mengikat empat tiang dan dua tiang di teben memakai sanggahwang karena tidak ada sunduk pengikat. Dalam komposisi bangunan perumahan, sakenem menempati bagian kangin atau kelod untuk difungsikan sebagai sumanggen. Bila sakenem difungsikan untuk...
Bangunan dikualifikasikan sebagai bangunan madia dengan fungsi tunggal untuk tempat tidur yang disebut meten. Letaknya dibagian kaja (utara) menghadap kelod (selatan) ke natah berhadapan dengan semanggen. Dalam proses membangun rumah, sakutus merupakan bangunan awal yang disebut paturon. Jaraknya delapan tapak kaki dengan pangurip angandang, diukur dari tembok pekarangan sisi utara (kaja). Selanjutnya bangunan lainnya ditentukan letaknya dengan jarak-jarak diukur dari bale meten sakutus. Bentuk bangunan segi empat panjang, dengan luas sekitar 5 m x 2,5 m. Konstruksi terdiri dari delapan tiang yang dirangkaikan empat-empat menjadi dua balai-balai. Masing balai balai memanjang kaja kelod (utara selatan) dengan kepala ke arah luanan kaja. Tiang-tiang dirangkaikan dengan sunduk, waton/selimar, likah dan galar. Stabilitas konstruksi dengan sistim lait pada pangurus sunduk dengan lubang tiang. Sanggahwang tidak ada pada sakutus. Konstruksi atap dengan sistim kampiyah bukan limasan, difung...
Diklasifikasikan sebagai bangunan utama dengan fungsinya seba gai semanggen atau piyasan di Pemerajan atau Sanggah. Letaknya di bagian kangin (timur) atau kelod (selatan) dengan fungsinya untuk bale semanggen, bangunan tempat upacara adat, tamu dan tempat bekerja atau serbaguna. Bentuk bangunan segi empat panjang dengan luas sekitar 4m x 5 m, tinggi lantai sekitar 0,60 m dengan tinggi atau empat anak tangga ke arah natah (natar). Bangunan dengan dinding penuh pada luan hulu, sisi kangin dan sisi kelod. Dinding setengah sisi dan setengah tinggi pada sisi teben buritan kauh dan terbuka ke arah natar. Konstruksi bangunan dengan satu balai-balai mengikat empat tiang dan empat tiang lainnya berdiri dengan sanggahwang sebagai stabilitas. Pemaku tiang pada balai-balai dengan sunduk dan lait, patok pada hubungannya. Konstruksi atap limasan dengan dedeleg pada pertemuan puncak atap. Bahan bangunan, lantai pasangan batu alam, dinding pasangan batu cetak atau batu bata peripihan, tiang dan ran...
Pulau Bali sangat kental akan budaya; dari gamelan hingga motif batik. Singa Barong ialah salah satu motif kain yang berasal dari Bali. Batik motif Singa Barong ini biasanya digunakan dalam proses upacara adat Bali. Motif Batik Bali memakai kain mori dan memiliki ciri khas berupa aroma yang berbeda dengan batik lain. Aroma ini berasal dari bahan-bahan pewarna alami, seperti kulit kayu dan bahan yang lainnya. Bobot dari kain batik ini terasa lebih berat daripada kain batik yang lain. Makna Batik Motif Singa Barong Makna motif batik singa barong berdasarkan nama dan sejarahnya dimana singa barong merupakan sejenis binatang mitologis atau ajaib karena dalam budaya jawa maupun Bali kata “barong” memiliki arti ajaib. Keajaiban wujud singa tersebut dapat kita lihat dari berbagai unsur yang merupakan penggabungan antara singa atau macan (tubuh, kaki, mata), garuda (bersayap), gajah (berbelalai), dan naga (mulut menyeringai dengan lidah yang me...
Batik Bali motif Ulamsari Mas merupakan simbolik dari masyarakat yang bermatapencaharian nelayan, yang bermakna kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat yang hidup didaerah pesisir pantai. Sumber: https://infobatik.id/sejarah-batik-bali/
Subak adalah sebuah organisasi yang dimiliki oleh masyarakat petani di Bali yang khusus mengatur tentang manajemen atau sistem pengairan/irigasi sawah secara tradisional. Sistem subak telah menjadi salah satu kekhasan Provinsi Bali. Sistem pengairan yang berkembang dalam pengaruh nilai-nilai ajaran Hindu yang kuat ini menjadi sebentuk kearifan lokal yang membuat masyarakat petani dapat serasi dengan alam untuk memperoleh hasil panen yang optimal. Diperkirakan sistem subak telah dikenal masyarakat Bali sejak abad ke-11 Masehi. Pendapat ini didasarkan pada temuan Prasasti Raja Purana Klungkung (994 Saka/1072 M) yang menyebutkan kata “kasuwakara”, yang diduga merupakan asal kata dari “suwak”, yang kemudian berkembang menjadi “subak”. Sumber sejarah lainnya adalah Lontar Markandeya Purana. Dalam naskah yang menceritakan asal muasal desa dan Pura Besakih ini terdapat cerita mengenai pertanian, irigasi, dan subak. Hal ini mengindikasikan eksis...