 
            Sumber: Ceritera Rakyat Daerah Bengkulu https://play.google.com/books/reader?id=o3kCCwAAQBAJ
 
                     
            Sumber: Ceritera Rakyat Daerah Bengkulu https://play.google.com/books/reader?id=o3kCCwAAQBAJ
 
                     
            Sumber: Ceritera Rakyat Daerah Bengkulu https://play.google.com/books/reader?id=o3kCCwAAQBAJ
 
                     
            Sumber: Ceritera Rakyat Daerah Bengkulu https://play.google.com/books/reader?id=o3kCCwAAQBAJ
 
                     
            Sumber: Ceritera Rakyat Daerah Bengkulu https://play.google.com/books/reader?id=o3kCCwAAQBAJ
 
                     
            Sumber: Ceritera Rakyat Daerah Bengkulu https://play.google.com/books/reader?id=o3kCCwAAQBAJ
 
                     
            Sumber: Ceritera Rakyat Daerah Bengkulu https://play.google.com/books/reader?id=o3kCCwAAQBAJ
 
                     
            Legenda Batu Bangga adalah kisah seorang anak bernama Intobu yang durhaka kepada ayahnya yang sudah tua renta. Bahkan, ia tega tidak menyelamatkan sang ayah saat terjadi gelombang ganas hanya karena malu pada istrinya yang cantik. Akhirnya sang ayah pun mengutuk Intobu menjadi batu beserta bangga atau sejenis perahu yang cukup besar. Beberapa saat setelah doa dipanjatkan, terjadi petir dan si anak durhaka tersebut akhirnya menjadi batu yang disebut batu bangga. Ada pesan moral yang bisa dipetik dari legenda ini yaitu jangan pernah menyia-nyiakan orang tua di masa tuanya. Justru ia harus dirawat dengan baik atau tuhan akan murka lalu mengirimkan laknatnya. sumber : https://seringjalan.com/6-cerita-rakyat-dari-sulawesi-yang-terkenal/
 
                     
            Sang Piatu merupakan cerita rakyat dari Bengkulu yang menceritakan seorang anak laki-laki polos dan lugu bernama Sang Piatu yang tinggal di hutan dan jauh dari keramaian kota. Dia tidak mempunyai orang tua lagi sehingga ia tinggal bersama neneknya yang sudah sangat tua. Pada suatu hari neneknya berkata "Hai Sang Piatu nampaknya kau ini sudah besar, maka sudah layak untuk mencari istri. Hanya saja dalam mencari istri, jangan kau cari istri yang banyak bicara, cari ia istri yang pendiam supaya tidak banyak pekerjaan" Mendengar perkataan itu, Sang Piatu menuruti apa kata neneknya dan berkata "kalau demikian, besok pagi-pagi nenek bangun, memasak nasi, memanaskan air, serta masakan sayur sebab aku mau makan pagi" "Baiklah!" jawab neneknya. Keesokan harinya, setelah Piatu makan, segera ia pergi. Dan setelah lama berjalan bertemulah dengan rumah Raja. Di rumah itu banyak orang-orang ramai, Piatu bingung melihat keramaian tersebut dan menanyakan hal itu kepada...
