Prosesi Seluang Mudik diawali dengan penampilan Tari Kanjur yang ditarikan oleh kerabat kesultanan, pada saat mereka menari seluruh hadirin berdiri dan turut serta mengikuti tarian tersebut dengan formasi beberapa lapis yang saling berlawanan arah yang diartikan sebagai melambangkan kehidupan hewan air yaitu “Ikan Seluang” yang ada di Sungai Mahakam. Dengan diiringi alunan gamelan Kanjur, suasana menjadi gembira dan hangat. Kemudian para hadirin yang masing-masing menggenggam beras ditangan, di dalam mangkuk dan di dalam gelas mulai menghamburkan beras tersebut ke atas, kesamping dan pada akhirnya saling melemparkan beras tersebut satu sama lain dengan suasana gembira dan senda gurau. Kemudian alunan musik gamelan melemah dan TARIAN Kanjur dan Seluang Mudik selesai maka para hadirin saling bersalaman dan saling memaafkan. Prosesi ini menggambarkan simbol kemakmuran bahan pangan berupa beras sebagai makanan pokok raky...
                    
            Dalam sebuah ruangan di Kedaton, di atas kepala para hadirin terbentang tali-tali yang memanjang dan terikat kuat, dengan jarak-jarak tertentu bergelantungan kue-kue kampung yang dibuat dalam kantongan plastik. Hal ini menggambarkan bahwa pohon yang berbuah Bawal/Kamal adalah pohon yang dapat memberikan kehidupan dengan menghasilkan buah-buahan yang siap makan. Para dewa mengambil sepotong kayu sebagai galah untuk memetik dan menggugurkan buah-buah tersebut. Kemudian duduk di bawah pohon itu sambil makan menikmati kelezatan buah tersebut hingga kenyang. Ini merupakan gambaran kehidupan masyarakat dengan kemurahan sang pencipta yang telah menyediakan alam dengan seisinya.
                    
            Mendirikan atau merebahkan Ayu hanya dilaksanakan oleh 7 (tujuh) orang. Tiga orang di sebelah kiri dan empat orang disebelah kanan. Sulta (Raja) dan seorang yang bergelar Adji Pangeran ratu tidak turut melaksanakannya mendirikan/merebahkan Pohon Ayu, yang melaksanakan mendirikan/merebahkan Pohon Ayu adalah Pangeran yang ditunjuk oleh Sultan dan kerabat yang dituakan. Rebahnya pohon Ayu yang disaksikan oleh Sri Sultan, pangkon, undangan, para bangsawan, kerabat dan tamu undangan pertanda bahwa adat Kraton Kutai Kartanegara yang disebut Erau sudah usai dan diakhiri pula dengan pembacaan doa keselamatan. Selesainya acara dengan saling melemparkan beras kemudian disambung dengan bunyi gong golong, keemduian seluruh kerabat dan para hadirin bersalam-salaman mohon maaf atas segala kesalahan.
                    
            Begelar (anjumenangan) merupakan prosesi pemberian penghargaan kepada siapapun yang telah berjasa dalam mendukung, mempertahankan dan mengembangkan adat budaya di lingkungan Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura yang dilaksanakan setiap tahun dan dinyatakan dalam acara resmi kerabat keraton untuk mengetahuinya. Sebelum acara pemberian gelar (Begelar), dilangsungkan acara kentayungan, yaitu Sultan / Raja menari-nari di sekitar Pohon Ayu pertanda kegembiraan karena acara Erau telah dilaksanakan dengan baik. Tarian ini sebagai ungkapan rasa syukur dan kebahagiaan atas segala sesuatu yang diberikan dan dapat dinikmati bersama oleh seluruh kerabat dan rakyat. Dalam acara ini Sekretaris Kesultanan membacakan surat keputusan Sultan di hadapan Sultan, para kerabat dan para hadirin mendengarkan dengan seksama terhadap tokoh/orang/figur dari petinggi hingga masyarakat yang mendapatkan gelar oleh Kesultanan dan diakhiri dengan doa. Bagi yang mendapatkan gel...
                    
            Prosesi Rangga Titi dimulai dengan turunnya Sultan didampingi para kerabat menuju Tepi Sungai Mahakam (pelabuhan). Sesampainya di pelabuhan, Sultan duduk di atas Balai yang telah disediakan sebelumnya, Sultan duduk menghadap ke Sungai Mahakam (timur) dan diapit oleh 7 orang Pangkon Laki dan 7 orang Pangkon Bini. Dewa Belian Bememang dan Kirab Tuhing (kain kuning) dibentangkan memanjang memayungi Sultan yang di tiap sudutnya dipegang oleh 4 orang pembantu sambil membolak-balik dan diputar sebanyak 2 kali. Setelah Dewa Belian selesai bememangg, maka mereka langsung melaksanakan Tepong tawar kepada Sultan. Kemudian Sultan memasukkan bunga/mayang pinang ke dalam molo/guci yang telah berisi air tuli yang dibawa dari Kutai Lama. Mayang pinang yang telah dicelupkan tadi dikibas-kibaskan ke kanan, ke kiri, ke muka dan ke belakang dengan posisi empat penjuru mata angin. Setelah itu Sultan memasukkan/mencelupkan kedua tangannya kedalam molo/guci Air T...
                    
            Prosesi Upacara Adat Ngatur Dahar dilaksanakan pada malam hari setelah siangnya utusan Dewa Belian Ngalak Air di Kutai Lama Tepian Batu dan pada mala mini masuk ritual Merangin malam ketiga. Sultan istirahat sejenak sambil menunggu para Dewa Belian menyelesaikan ritual Merangin di Serapo Belian, setelah selesai para Dewa Belian langsung memasuki ruangan Ngatur Dahar dan Sultan keluar dari peristirahatannya menuju Tilam Kasturi dan duduk untuk memimpin acara ini. Di hadapan Sultan telah terhampar 41 jenis jajak (kue) kampong, Tembelong Besar, 3 buah Peduduk di sebelah kiri, 3 buah Peduduk di sebelah kanan dan satu buah Peduduk di hadapan Sultan. Sultan didampingi oleh Dewa dan di kiri kanan memanjang mengelilingi hidangan di isi oleh kerabat Kesultanan dan para petinggi/pejabat daerah. Sedangkan di bagian belakang 7 Dewa dan 7 Belian menempatkan diri memagar duduk bersila. Pawang Besawai sambil mengucapkan...
                    
            Ritual Merangin dilaksanakan di Serapo Belian selama tiga malam berturut-turut setelah siang harinya dilaksanakan Menjamu Benua. Serapo Belian adalah suatu bangunan/tempat dilaksanakannya ritual Merangin. Bangunan ini terdiri dari empat sudut tiang dipasang sebatang tebu dan sebatang pisang yang telah berbuah, buluh berisi air serta di bagian luar sudut dijadikan brong. Jadi pada bangunan ini terdapat 4 batang tebu, 4 batang pohon pisng, 4 buluh berisi air, dan 4 buah brong berselendang kain kuning. Upacara adat Merangin dimulai dengan tujuh orang Pebelian yang duduk di atas lantai Serapo Belian dan melakukan konsentrasi serta berkomunikasi secara batin dengan makhluk-makhluk halus (gaib). Kemudian para Pebelian berdiri dan mengatur formasi mengelilingi Benyawan (Rumba) sambil menari mengikuti tabuhan irama gamelan dan gendang. Tarian pertama berjalan lambat, sambil berputar berkeliling. Pada tahap kedua, lama kelamaan putaran akan semakin c...
                    
            Menjamu Benua adalah sebuah prosesi yang bermakna upaya penghimpunan unsur-unsur yang ada di sekitar dengan tugas, fungsi dan perannya masing-masing untuk diundang, dijamu, diiberitahu dan diamanatkan melalui bahasa isyarat “MEMANG” oleh para Dewa dan Belian agar maksud pelaksanaan acara dapat berlangsung aman, damai dan sejahtera. Prosesi ini dimulai dengan berangkatnya serombongan DEWA dari depan Keraton diiringi penabuh gamelan dan gendang serta perlengkapan persembahan berupa 21 jenis kue-kue tradisional, Perapen dan pakaian Sultan. Rombongan memasang bendera (panji-panji) berwarna kuning dengan lima rumbai di sebelah kiri dan bendera hijau bermotif/gambar naga di sebelah kanan menuju rumah Sultan. Sesampainya di rumah Sultan, rombongan Dewa masuk ke dalam Rumah Sultan secara perlahan dan membungkuk hormat dengan membawa pakaian salinan Sultan dan Perapen untuk mohon di restui atas akan dilaksanakannya upaca Erau dengan Menja...
                    
            Sebelum melaksanakan upacara adat Erau, dilaksanakan beberapa ritual pendahuluan sebagai upaya membuka komunikasi kepada alam gaib yang diyakini ada. Besawai merupakan proses komunikasi terhadap hal-hal yang tidak nyata (gaib) yang diyakini selalu ada pada dimensi ruang dimanaj saja termasuk dalam suatu wilayah kerajaan yang dapat memberikan kekuatan, perlindungan dan ketentraman. Besawai pemberitahuan ini ditujukan kepada segenap penghuni negeri yang akan mengadakan upacara tradisi Erau yang dilakukan sespuh atau yang dituakan dan mengerti tentang hal-hal gaib untuk diberitahu dan diundang secara menyeluruh. Sawai ini dilakukan pada salah satu tempat yang dianggap pusat atau sentral yang mempunyai aura mistis dan dapat menghubungkan komunikasi ke kelompok-kelompok lainnya. Besawai dilakukan oleh seorang pawang di hadapan sebuah perapen yang telah diberi dupa – kemenyan – gaharu dengan kepulan asap sebagai media penghantar “meman...