Saduran cerita dari sikus dongeng Kancil dalam bentuk tembang macapat. Kisah mulai dari awal sampai dengan begawan Martani ( Juru Pitutur ) memberi pelajaran kancil tentang hari Kiamat. Sumber: http://navigasi-budaya.jogjaprov.go.id/heritage/naskah-kuno/1697
Teks Ambiya dari kelompok pesantren, diawali dengan penciptaan alam semesta dan diahiri dengan kisah Nabi Musa. Informasi lebih lanjut mengenai korpus satra Ambiya dapat dibaca pada keterangan bibliografis MSB/L11 Sumber: http://navigasi-budaya.jogjaprov.go.id/heritage/naskah-kuno/1694
Saduran cerita dari siklus wayang purwa dikembangkan dalam bentuk tembang macapat. Alur cerita Serat parta Yagnya ini merupakan adaptasi dari beberapa lakon, termasuk : Lokapala, Parta Karma, Srikandi Maguru Manah, Sembadra Larung dan Cekel Endralaya, dan dalam keseluruhannya menceritakan hidup matinya tokoh wayang Arjuna (Parta). Naskah ini memuat sebagian dari seluruh cerita ini, mulai dari kisah perkawinan Arjuna dan Wara Subadra. Rencana perkawinan terhalang dengan adanya lamaran Burisrawa dari Astina, Prabu Kaladenta dari Ngambarmuka, dan Prabu Sinduggarba dari Garbaruci. Dengan adanya lamaran baru itu, ahirnya maskawin diubah menjadi 100 ekor pancal putih, penggerak naik kereta emas diiringkan raksasa, kusir dan serati dewa, patah dewa yang tampan, gamelan berbunyi diudara, kembang mayang Dewadaru, apsari serba berlebih keindahannya. Dengan perjuangan dan peperangan tanpa menyerah, ahirnya Arjuna / Patra berhasil mengatasi semua rintangan. Parta menikah dengan...
Sastra roman Jaka Konengan ini diawali dengan pembicaraan dan kesepakatan bahwa Dewi Langeningputri, putri Prabu Lodraprasura di Gegergumada,akan diperistri oleh Jaka Antasari dari Tawangratna, tetapi gagal dan diahiri dengan perkawinan antara Langeningputri dengan Jaka Konengan. Teks naskah ini berlanjut pada naskah MSB/L142, hanya ditengah-tengah ada beberapa pupuh yang lain. Sumber: http://navigasi-budaya.jogjaprov.go.id/heritage/naskah-kuno/1691
Kisah sejarah ( tercampur dongeng) tentang kerajaan Mataram di bawah pemerintahan Panembahan Seda Ing Krapyak dan Sultan Agung. Untuk keterangan lebih lanjut tentang isi dan perbandingannya dengan naskah naskah yang laen, lihat keterangan bibliografis MSB/59. Sumber: http://navigasi-budaya.jogjaprov.go.id/heritage/naskah-kuno/1690
Buku ini memuat dua ceritera, ialah Serat Hendramurti serta Serat Yudangkara. Teks pertama (h. 1-40) menceritakan Raja Hengseputra dari negri Maksendabumi pergi ke hutan untuk berburu hewan. Ia bertemu dengan seekor naga. Naga dipanah oleh Hangseputra, tidak mati tetapi berubah menjadi seoarang, bernama Hengganawati, anak dari Pandita Bepatma dari gunung Sunyayuri. Hengganawati terbang melarikan diri, dikejar oleh Hengseputra. Di dukuh Bangunlaya tingal seorang janda, Dresawati, dengan anaknya, Hendramurti. Hendramurti mendapat wangsit dari Dewa untuk pergi ke Suryaruri. Di Suryaruri ia bertemu dengan Prabu Hagniputra yang sedang mengejar ngejar Hangganawati. Terjadilah peperangan antara Hendramurti dan Prabu Hangniputra, yang dimenangkan oleh Hendramurti dan Prabu Hangniputra mati. Cerita ditutup dengan perkawinan antara Hendramurti dan Hangganawati. Sumber: http://navigasi-budaya.jogjaprov.go.id/heritage/naskah-kuno/1686
Cerita alegori yang mengambarkan keadaan kraton Yogyakarta pada paro kedua abad ke -18. Teks pada naskah ini rupanya seredaksi dengan teks YKM/ W18a-b. Buku pusaka K.K. Suryarajayang disimpan di Prabayeksa, Kraton Yogyakarta, juga memuat redaksi yang sama. Naskah lain dengan judul Suryaraja, tetapi belum dapat dibandingkan dengan teks-teks ini terdapat di Museum Nasional, ialah BG 164. Ricklefs-lah yang menyelidiki Serat Suryaraja ini paling tuntas. Menurut kajiannya, pengarang teks ini adalah HB II, pada tahun 1774, yaitu pada masih Putra Mahkota (Pangeran Pali) di bawah sang ayah Sri Sultan yang pertama. Sumber: http://navigasi-budaya.jogjaprov.go.id/heritage/naskah-kuno/1685
Kitab Takbir ini berisi kutipan Hadist ditujukan untuk uraian tentang masalah-masalah fiqih. Naskah ini rupanya beredar dikalangan pesantren. Teksnya dalam bahasa Arab semua, kemudian sebagian dilengkapi ddengan terjemahan kata per kata dalam bahasa jawa, tulisan pegon. Sumber: http://navigasi-budaya.jogjaprov.go.id/heritage/naskah-kuno/1677
Teks menceritakan riwayat hidup Nabi Muhammad diselinigi ajaran- ajarannya.Bersama naskah ini juga terdapat dua pucuk surat dari MN VII kepada H. Kreamer, ditektur Panti Boedja yang menerangkan bahwa naskah diperoleh dari R.Dirjawardana, penghuni kota Wanagiri. Dirjawardaya sendiri membeli naskah beberapa tahun sebelumnya dari seorang Tiong Hoa dari Kediri. Keterangan lagi dari penulisan teks maupun penyalinan teks tidak ada. Namun melihat gaya tulisannya, naskah rupanya disalin di daerah Jawa Timur atau bahkan Madura, serta kerta menunjukkan usia yang cukup tua, sehingga dapat diperkirakan naskah disalin sekitar tahun 1850-an atau sebelumnya.