Sprado - Penobatan Kepala Suku Sprado bercerita tentang kehidupan masyarakat Papua dalam upacara pengangkatan kepala suku. Dalam kehidupan tradisional masyarakat Papua, sering terjadi peperangan antar suku untuk memperebutkan wilayah kekuasaan. Hal ini sering kali berujung pada wafatnya sang kepala suku. Demikian, rakyat akan bermusyawarah dan melakukan ritual penyembahan kepada sang Dewa untuk mengangkat kepala suku yang baru.
Lelaki tua itu bernama Manarmakeri. Ia berasal dari kampung Sopen daerah Biak Numfor Papua. Tubuh Manarmakeri penuh dengan kudis. Suatu ketika, dia membuat kebun di atas bukit di belakang kampung Sopen, tepatnya di Yamnaibori. Kebun itu ditanami dengan tanaman keladi, ubi jalar, labu dan berbagai tanaman lainnya. Manarmakeri mengelilingi kebunnya dengan pagar untuk menghindari serbuan dari babi hutan. Suatu pagi yang cerah, Manarmakeri pergi ke kebun. Sesampai di kebun Manarmakeri terkejut melihat tanamannya yang habis dimakan babi hutan. Ia memeriksa pagar dan ternyata, tidak ada tanda-tanda masuk. "Dari mana binatang itu masuk ya. Pagar masih utuh," kata Manarmaki terheran-heran. Manarmakeri memutuskan untuk menjaga kebunnya pada malam hari. Hari sudah malam Manarmakeri bersiap-siap dengan makbak (tombak nibun) pada tempat yang tersembunyi di pinggir kebun. Tiba-tiba seekor babi hutan muncul di tengah kebun. Dengan penuh kemarahan dan keherangan Manarmakeri melemparkan m...
Gulat Bob adalah permainan gulat tradisional yang hidup dan berkembang di masyarakat Marind Anim di daratan pulau Kimaam. Gulat bob tercipta dari suatu aturan adat yang merupakan warisan nenek moyang masyarakat Marind Anim di daratan pulau Kimaam. Aturan yang mana berhubungan dengan masalah muda-mudi (masalah wanita). Apabila seorang laki-laki mempunyai pacar yang direbut oleh laki-laki lain dan terjadi masalah dalam marga/clen yang bersangkutan maka akan diselesaikan dengan pertandingan gulat bob. Gulat Bob ini pada tahun 1950 s/d 1960-an masih berjalan dalam aturan adat masyarakat Marind Anim Kimaam. Pada tahun 1982 gulat bob sudah mulai berubah fungsi menjadi suatu permainan tradisional masyarakat Marind Anim yang berada di daratan Kimaam. Sumber : warisanbudayaindonesia.info NEL
Patah Kaleng merupakan permainan tradisional warga Papua. Luas lapangan saat dimainkan tidak ditentukan. Bisa setengah lapangan bola sesungguhnya, bisa juga dengan ukuran yang sangat kecil. Kaleng, kerap menggunakan bekas minuman atau makanan, diletakkan pada kedua sisi. Dimainkan oleh dua kelompok dengan jumlah tak beraturan. Tidak ada wasit juga hakim garis. Waktu permainan tidak diatur. Bisa 2 jam, bahkan 3 jam. Bolanya dari apa saja. Yang penting berbentuk bulat, ringan dan bisa ditendang. Skor antara dua kelompok terkadang melebihi dari 5. Gol bagi mereka adalah ketika bola yang ditendang mengenai dan menjatuhkan kaleng. Disitulah kegembiraan itu muncul. Kala matahari terbenam, kedua kelompok akan pulang. Permainannya dilanjutkan pada keesokan harinya dengan melanjutkan skor yang telah diperoleh. Simple dan tidak membutuhkan aturan. Akibatnya, “pertarungan” Patah Kaleng tak sedikit memberi hadiah luka pada pemain. Ada yang terpesosok, mengaduh kesakitan, tapi ada ju...
Tradisi bakar batu merupakan salah satu tradisi terpenting di Papua yang berfungsi sebagai tanda rasa syukur, menyambut kebahagiaan atas kelahiran, kematian, atau untuk mengumpulkan prajurit untuk berperang. Tradisi Bakar Batu, dilakukan oleh suku yang berada di bagian pedalaman yaitu Lembah Baliem, yang sudah terkenal cara memasaknya dengan cara membakar batu. Pada perkembangannya, tradisi bakar batu ini mempunyai berbagai nama, misalnya masyarakat di Kab. Paniai menyebutnya Gapiia, dan yang lainya di Kab. Wamena menyebutnya Kit Oba Isogoa ( Versi Lainya Menyebutnya Barapen ). Persiapan awal tradisi ini masing - masing kelompok menyerahkan hewan babi sebagai persembahan, sebagain ada yang menari, lalu ada yang menyiapkan batu dan kayu untuk dibakar. Proses ini awalnya dengan cara menumpuk batu sedemikian rupa lalu mulai dibakar sampai kayu habis terbakar dan batu menjadi panas. Setelah itu, babi yang telah di persiapkan tadi dipanah terkebih dahulu. Bi...
Yospan adalah salah satu tarian adapt merauke,yang sering dipakai dalam kondisi tertentu. yospan juga merupakan tarian persahabatan masyarakat papua.Karena hampir seluruh masyarakat papua mengenal tarian yospan. Selain yospan,merauke juga memiliki beberapa tarian adat,antara lain,tari perang,dan tari gatsi.Tari perang biasanya dilakukan pada upacara- upacara adapt tertentu,dan juga pada festival kota merauke yang diadakan stu tahun sekali, dalam memperingati ulang tahun kota Merauke.Sedangkan tari gatsi dilakukan pada acara – acara tertentu dan upacara adat tertentu,tarian ini adalah tarian adat suku asli kota merauke,yaitu suku marind.Alat – alat musik yang digunakan untuk mengiringi tarian ini adalah tifa yang terbuat dari kayu yang dibolongi atau di kosongkan isinya, dan pada satu sisinya diberi penutup.Penutupnya terbuat dari kulit rusa dan juga kulit biawak yang dikeringi,agar bunyinya menjadi lebih indah.
Indonesia merupakan negara yang kaya akan keragaman budaya, begitu pula makanan khas tradisionalnya. Salah satu makanan khas yang dimiliki oleh Indonesia adalah Papeda. Makanan pokok masyarakat Papua dan Maluku ini berbahan dasar sagu yang bisa diperoleh secara mudah di dataran timur tersebut. Cara pembuatannya pun masih menggunakan cara-cara tradisional yaitu dengan menokok batang utama pohon sagu yang telah berumur kira-kira tiga sampai lima tahun. Kemudian bonggolnya diperas hingga sari patinya keluar. Hasil perasan tersebut akan diperoleh tepung sagu murni yang akan disimpan didalam alat yang bernama tumang dan siap untuk diolah. Papeda diolah seperti bubur dengan tekstur seperti lem dan memiliki warna putih serta rasa yang tawar. Makanan ini disajikan dengan ikan tongkol atau mubara yang telah dibumbui kunyit. Makanan ini enak disantap selagi hangat dan juga kaya serat serta rendah kolestrol
Papeda atau Bubur Sagu , merupakan makanan pokok masyarakat Maluku dan Papua. Makanan ini terdapat di hampir semua daerah di Maluku dan Papua. Papeda dibuat dari tepung sagu. Pembuatnya para penduduk di pedalaman Papua. Tepung sagu dibuat dengan cara menokok batang sagu. Pohon yang bagus untuk dibuat sagu adalah pohon yang berumur antara tiga hingga lima tahun. Mula-mula pokok sagu dipotong. Lalu bonggolnya diperas hingga sari patinya keluar. Dari sari pati ini diperoleh tepung sagu murni yang siap diolah. Tepung sagu kemudian disimpan di dalam alat yang disebut tumang. Papeda biasanya disantap bersama kuah kuning, yang terbuat dari ikan tongkol atau ikan mubara dan dibumbui kunyit dan jeruk nipis.
Papeda atau bubur sagu, merupakan makanan pokok masyarakat Maluku dan Papua. Makanan ini terdapat di hampir semua daerah di Maluku dan Papua. Papeda dibuat dari tepung sagu. Pembuatnya para penduduk di pedalaman Papua. Tepung sagu dibuat dengan cara menokok batang sagu. Pohon yang bagus untuk dibuat sagu adalah pohon yang berumur antara tiga hingga lima tahun. Mula-mula pokok sagu dipotong. Lalu bonggolnya diperas hingga sari patinya keluar. Dari sari pati ini diperoleh tepung sagu murni yang siap diolah. Tepung sagu kemudian disimpan di dalam alat yang disebut tumang. Papeda biasanya disantap bersama kuah kuning, yang terbuat dari ikan tongkol atau ikan mubara dan dibumbui kunyit dan jeruk nipis.