Permainan Tradisional
Permainan Tradisional
Permainan Bola Papua Papua
Permainan Patah Kaleng
- 3 Mei 2014
Patah Kaleng merupakan permainan tradisional warga Papua. Luas lapangan saat dimainkan tidak ditentukan. Bisa setengah lapangan bola sesungguhnya, bisa juga dengan ukuran yang sangat kecil. Kaleng, kerap menggunakan bekas minuman atau makanan, diletakkan pada kedua sisi. Dimainkan oleh dua kelompok dengan jumlah tak beraturan. Tidak ada wasit juga hakim garis. Waktu permainan tidak diatur. Bisa 2 jam, bahkan 3 jam. Bolanya dari apa saja. Yang penting berbentuk bulat, ringan dan bisa ditendang. Skor antara dua kelompok terkadang melebihi dari 5. Gol bagi mereka adalah ketika bola yang ditendang mengenai dan menjatuhkan kaleng. Disitulah kegembiraan itu muncul. Kala matahari terbenam, kedua kelompok akan pulang. Permainannya dilanjutkan pada keesokan harinya dengan melanjutkan skor yang telah diperoleh. Simple dan tidak membutuhkan aturan. Akibatnya, “pertarungan” Patah Kaleng tak sedikit memberi hadiah luka pada pemain. Ada yang terpesosok, mengaduh kesakitan, tapi ada juga yang enjoy saja. Patah Kaleng di Asmat dimainkan dilumpur. Di Asmat tidak ada lapangan yang dapat digunakan untuk permainan ini. Asmat hanya ada jembatan dan air. 
Kini, Patah Kaleng di Papua telah mengalami goncangan akibat munculnya Futsal. Namun bagi beberapa orang, Patah Kaleng tetap mengasyikan. Disitu ada semangat, kebersamaan dan teknik jitu untuk melewati belasan pemain yang saling berebutan bola. Sepak Bola sendiri memiliki sejarah panjang. Dulu, sepak bola tradisional, seperti Patah Kaleng di Papua, ternyata telah dimainkan di China sejak tahun 206 SM. Saat itu disebut sebagai Cu Ju. Bolanya berupa kulit yang diisi rambut. Di jaman Yunani Kuno, sekitar abad ke-2 SM, permainan ini dimainkan dengan cara memukulnya dengan tangan dan boleh ditendang saat bola menyentuh tanah. Sepak bola saat itu dikenal dengan nama Episkuros atau Harpaston. Harpaston memakai bola yang tidak lebih baik ketimbang bola isi rambut, bolanya diisi “bulu” binatang. Saat Kaisar Romawi Julius Caesar “berkunjung” ke sejumlah negara, olahraga ini kemudian mulai dikenal. Bahkan di Eropa Tengah, sepak bola dijadikan permainan rakyat yang disebut Melees atau Mellays. Bolanya tidak lebih baik, malah menjijikkan, kantung kemih hewan. Permainan ini di Romawi, lebih dikenal dengan nama Harpastrum, pernah dilarang karena dianggap brutal oleh dua penulis Romawi pada jaman itu, Horatius Flaccus dan Virgilius Maro.
Sekitar abad ke-8 sepak bola mulai dikenal di Inggris. Bahkan ada hari sepak bola tradisional guna memperingati keberhasilan mereka mengusir musuh. Ratu Elizabeth I sempat khawatir para prajurit lupa berlatih karena terlalu sering bermain bola. Karena terlalu ribut, pada April 1314, raja Edward II, menyebut sepak bola sebagai “permainan setan.” Salah satu yang paling mencengangkan yakni, bola yang digunakan adalah tengkorak musuh. Sekitar tahun 1700-an, Joseph Struut menulis dalam bukunya “The Sports and Pastimes of The People England” tentang aturan permainan sepak bola modern yang tertib dan teratur serta tidak mengandung unsur kekerasan. Sebenarnya peraturan tersebut merupakan hasil penyempurnaan yang sebelumnya pernah ditulis oleh Richard Mulcaster, dalam “Position Where in Those Primitive Circumstanes be Examined”. 
“Saya paling suka goreng (Melewati lawan--Red) dua sampai tiga pemain lawan,” ujar Boy. Bagi Roberth Wanggai, wartawan olahraga yang juga pernah menikmati sepak bola Patah Kaleng, idealnya permainan Patah Kaleng selalu menggunakan bola kecil ukuran tennis lapangan. Pasalnya, bentuk bola kecil ini mampu menembus celah kaki pemain lawan dan dapat menjatuhkan kaleng. Meski Patah Kaleng memiliki kelebihan dalam possession football tapi terdapat pula kelemahannya. Antara lain, para pemain hanya memperhatikan bola sehingga tidak melakukan gerakan tanpa bola. Pemain juga tak menjaga posisi lawan. Terlebih lagi dalam Patah Kaleng semua aturan bola seperti out side, bola out, tendangan pojok, tidak berlaku terkecuali kalau terjadi hands ball. Disitulah ada tendangan bebas. Intinya, Patah Kaleng adalah bagaimana menendang bola dari segala penjuru agar kaleng tersebut bisa jatuh atau patah karena sentuhan bola. Celakanya, permainan ini juga sering menimbulkan perkelahian. Adu bogem selalu timbul jika kelompok lawan tak menerima jika kalengnya terjatuh.
Model permainan bola Patah Kaleng lebih mengutamakan kolektifitas. Dimana pemain menyerang secara bersama dan juga bertahan bersama. Disinilah, permainan Patah Kaleng melahirkan skill individu. Mungkin Total Football pola permainan tim Belanda serupa bagi permainan patah kaleng yang tak mengenal ruang sempit maupun lebar. Total football pertama kali dipertontonkan oleh pelatih Belanda, Rinus Michhel  dengan sistem permainan menarik. Tetapi memahami Total Football ternyata tidak segampang yang diduga. Pola permainan ini jelas bertumpu pada fleksibilitas pertukaran posisi pemain yang mulus. Posisi pemain sekadar kesementaraan yang akan terus berubah sesuai kebutuhan. Karenanya, semua pemain dituntut untuk nyaman bermain disemua posisi. 
Penjelasan paling memuaskan tentang Total Football, ditulis oleh seorang penulis Inggris yang tergila-gila dengan sepakbola Belanda, David Winner. Winner menulis bukunya, “Oranye Brilian – Jenius dan Gilanya Sepakbola Belanda”. Winner tidak membahas sepakbola semata. Menurutnya, Total Football hanyalah pengejawantahan ‘’psyche’’ paling dasar warga Belanda dalam memahami kehidupan. Benang merah Total Football juga ada dalam karya seni, arsitektur, dan bahkan tatanan sosial budaya masyarakat Belanda.
Total Football, demikian jelas buku itu, adalah persoalan ruang dan eksploitasinya, bukan yang lain. Fleksibilitas posisi pemain, pergerakan pemain, semuanya adalah konsekuensi dari upaya untuk menciptakan ruang agar bisa dieksploitir semaksimal mungkin. Prinsip dasarnya sebenarnya sangat sederhana. Besar kecilnya lapangan sepakbola walau ukurannya sama, tetapi dibenak bisa berubah tergantung siapa yang bermain didalamnya. Mungkin juga Patah Kaleng bisa dikategorikan disini. Ia adalah permainan sepak bola khas Papua yang tidak mengenal luas lapangan. Dalam lapangan sekecil apa pun permainan bola Patah Kaleng bisa saja dimainkan sesuai keinginan anak-anak SD di seantero tanah Papua.

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Upacara Kelahiran di Nias
Ritual Ritual
Sumatera Utara

Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak, Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman)...

avatar
Admin Budaya
Gambar Entri
Prajurit Pemanah Kasultanan Kasepuhan Cirebon Di Festival Keraton Nusantara
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Jawa Barat

Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...

avatar
ASEP NU KASEP TEA ATUH PIRAKU
Gambar Entri
Prajurit pemanah kasultanan kasepuhan cirebon di festival keraton nusantara
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Jawa Barat

Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN : terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembong berwarna ungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok ataupun pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR : sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH : Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghad...

avatar
ASEP NU KASEP TEA ATUH PIRAKU
Gambar Entri
Kirab agung milad ke 215 kesultanan kacirebonan
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Jawa Barat

aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan

avatar
ASEP NU KASEP TEA ATUH PIRAKU
Gambar Entri
PANURUNG: Pasukan Pengawal Keraton Sumedang Larang
Senjata dan Alat Perang Senjata dan Alat Perang
Jawa Barat

Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang

avatar
ASEP NU KASEP TEA ATUH PIRAKU