Ole sioh, sayang la di lale Apa tempo, bale la kembali Ingat Ambon, tanah tumpa darah Lagi ibu, bapa dan saudarah Mana kala beta sakit Hati beta tra senang Duduk murung serta tangis air mata tumpalah bale muka kanan kiri Mama papa tra ada Siapa siapa tolong beta Beta ini asinglah Ole sioh, sayang la di lale Apa tempo, bale la kembali Ingat Ambon, tanah tumpa darah Lagi ibu, bapa dan saudarah Ambon tanah jang kucinta Meski hina rupamu Beta tidak akan lupa Slama hajat hidupku Beta ingin mau pulang Asal pandjang umurku Asal sadja Tuhan sajang Lagi ada serta-ku Ole sioh, sayang la di lale Apa tempo, bale la kembali Ingat Ambon, tanah tumpa darah Lagi ibu, bapa dan saudarah
Waktu hujan sore-sore kilat sambar pohon kenari E jujaro deng mongare mari dansa dan manari Pukul Tifa toto buang kata balimbing dikareta sio nyong hati tuang jangan geser tinggal beta e . . . manari sambil goyang badan e manari lombo, pegang lenso manisse la rasa rame, jangan pulang dolo e . . e . . . manari sambil goyang badange manari lombo, pegang lenso manisse la rasa rame, jangan pulang dolo e . . Rasa rame, jangan pulang dolo e Waktu hujan sore-sore kilat sambar pohon kenari E jujaro deng mongare mari dansa dan manari Pukul Tifa toto buang kata balimbing dikareta sio nyong hati tuang jangan geser tinggal beta e . . . manari sambil goyang badange manari lombo, pegang lenso manisse la rasa rame, jangan pulang dolo e . . Rasa rame, jangan pulang dolo e
Sayang kene rasa sayang kene, lihat dari jauh rasa sayang kene Ombak putih-putih ombak datang dari laut kipas lenso putih tanah Ambon sudah jauh Ole sioh sioh sayange lah rasa sayange Sayang dilale apa tempo tuan balik ya nona ole sioh sayange La gelange la gelange la mari topu topu gelange Sengaja topu tangan topu tangan rame-rame, rame-rame gelange la balenggang lombose
Jojaro dan mangore jangan lupa masih ada negri Itulah pulau Ambone suatu waktu putra putri ingin pulang sioh Hatimu tidak tinggale Kecil berangkate Besar kembalie Pulang pulang ke Ambon Tua muda sioh
Pada zaman dulu ada seorang lelaki yang pekerjaanya mencari kayu bakar di hutan. Suatu ketika dengan menggunakan perahu ia tiba di pantai Latuhalat. Tepatnya di ujung tanjung Latuhalat, Dusun Waimahu kemudian ia berjalan mendaki bukit, menuruni lembah naik dan sampailah ia di puncak gunung lalu ia mencari kayu-kayu di situ. Ketika matahari mulai terbenam lalu ia beristirahat, ia hendak menuruni lembah menuju ke pantai. Tetapi hari sudah malam, maka ia menggambil keputusan untuk bermalam di situ. Kemudian ia melihat-lihat dan matanya tertuju disuatu tempat yang sangat bersih. Malam itu bulan purnama cahayanya terang-menerang menerangi tempat itu. Ia hendak tidur tetapi ia belum dapat memejamkan mata, ia diganggu binatang-binatang kecil antara lain, agas, nyamuk dan ular. Tiba-tiba seekor ular datang menelanya kemudian memuntahkanya kembali tiba-tiba bunyi gemuruh seakan-akan membelah bumi ini, ia menjadi takut dan merinding bulu romanya. Saat itu pula berdirilah seorang bapak tua, yan...
Ada satu Desa di jazirah Baguala namanya Desa Poka, biasanya disebut Desa Poka-Rumah Tiga. Dulu di Desa ini tinggal satu keluarga yang sangat sederhana namun mereka hidup bahagia. Kepala keluarga bernama Bapak Bram. Beliau bekerja sebagai petani dan biasanya mendayung perahu membawa penumpang dari Poka-Rumah Tiga ke Galala pulang pergi, sedangkan istrinya bernama Ibu Mina. Ibu Mina adalah wanita yang cantik, rajin dan bekerja membantu Bapak Bram menambah penghasilan keluarga yaitu dengan cara bakar sagu untuk dijual. Bapak Bram dan Ibu Mina mempunyai seorang anak perempuan yang sangat cantik, saat itu berusia 16 tahun. Anak itu bernama Martha, berkulit hitam, rambutnya ikal panjang terurai hingga betis. Setiap sore sehabis Ibu Mina membakar sagu, biasanya Martha berjalan menjual sagu kepada orang-orang disekitar Desa Poka. Dia selalu memakai baju cele merah muda (baju adat wanita Ambon), dengan rambut yang dikonde, dan sagu ditaruh diatas baki. Martha berjalan menjual...
Bahan ½ ekor ayam Tumbuk Kasar 7 butir bawang merah 4 siung bawang putih 10 buah cabai rawit merah 2 sdt garam 500 ml air 3 lembar daun jeruk purut, buang tulang, iris tipis 2 cm lengkuas, memarkan 1 batang serai, memarkan 1 batang daun bawang, potong 2 cm 1 ½ sdt air jeruk nipis ½ sdt gula pasir 50 ml minyak goreng Cara Membuat Bersihkan ayam, potong menjadi 6 bagian. Lumuri ayam dengan bumbu yang ditumbuk kasar. Beri air, daun jeruk purut, lengkuas dan serai, masak sampai mendidih. Aduk rata, kecilkan api. Lanjutkan memasak sampai ayam empuk dan matang. Masukkan minyak goreng, daun bawang , air jeruk nipis, dan gula pasir. Masak kembali sambil diaduk sampai air menyusut. Angkat.
Ole sioh, sayang la di lale Apa tempo, bale la kembali Ingat Ambon, tanah tumpa darah Lagi ibu, bapa dan saudarah Mana kala beta sakit Hati beta tra senang Duduk murung serta tangis air mata tumpalah bale muka kanan kiri Mama papa tra ada Siapa siapa tolong beta Beta ini asinglah Ole sioh, sayang la di lale Apa tempo, bale la kembali Ingat Ambon, tanah tumpa darah Lagi ibu, bapa dan saudarah Ambon tanah jang kucinta Meski hina rupamu Beta tidak akan lupa Slama hajat hidupku Beta ingin mau pulang Asal pandjang umurku Asal sadja Tuhan sajang Lagi ada serta-ku Ole sioh, sayang la di lale Apa tempo, bale la kembali Ingat Ambon, tanah tumpa darah Lagi ibu, bapa dan saudarah
Pada zaman penjajahan Belanda, ada sebuah negeri yang bernama Luhu. Negeri itu terletak di Pulau Seram, Maluku. Negeri Luhu adalah negeri yang kaya dengan hasil cengkeh. Negeri yang jumlah warganya tidak terlalu banyak itu diperintah oleh Raja Gimelaha Luhu Tuban atau yang lebih dikenal dengan nama Raja Luhu. Sang Raja mempunyai permaisuri bernama Puar Bulan dan seorang putri bernama Ta Ina Luhu yang cantik jelita. Ta Ina Luhu berarti anak perempuan dari Luhu atau Putri Negeri Luhu atau Puteri Luhu. Ia adalah anak sulung sang raja yang memiliki perangai yang baik, yaitu penurut, berbudi pekerti luhur, rajin beribadah, mandiri, serta sayang kepada seluruh keluarganya. Selain Ta Ina Luhu, Raja Luhu mempunyai dua orang putra, yaitu Sabadin Luhu dan Kasim Luhu. Suatu ketika, kabar tentang kekayaan Negeri Luhu di Pulau Seram terdengar oleh penjajah Belanda yang berkedudukan di Ambon. Mendengar kabar tersebut, Belanda berniat untuk menguasai pulau itu. Dengan persenjataan lengkap, Be...