1.248 entri ditemukan

Entri per provinsi
Entri per provinsi

Entri Terkait

Gambar Entri
Ampakeari
Permainan Tradisional Permainan Tradisional
Papua

Masyarakat Papua memiliki permainan tradisional yang bernama "Ampakeari". Untuk memainkannya pun perlu menggunakan alat yang terbuat dari buah mange-mange, tiang dari belahan kayu, dan sempe dari kayu (menyerupai piring besar biasa disebut oinai). Permainan ini biasanya dimainkan untuk menidurkan anak. Setelah persiapan selesai, setiap pemain membawa anak yang belum bisa tidur dan buah mange-mange. Jika pemain lebih dari seorang maka secara serentak mereka memutarkan oinai. Jika buaah mange-mange yang jatuh dan tidak berputar berarti kalah dan anak tidak bisa tidur. sumber: https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailCatat=10

avatar
Widra
Gambar Entri
Dugderan
Permainan Tradisional Permainan Tradisional
Jawa Tengah

Dugderan merupakan sebuah tradisi yang diadakan untuk menyambut datangnya bulan Ramadan. Tradisi ini sudah ada sejak tahun 1881, sejak masa penjajahan kolonial. Untuk memeriahkan dugderan, biasanya muncul pasar tiban. Pasar ini menawarkan berbagai kuliner, pakaian, mainan, termasuk kerajinan tradisional selama seminggu sebelum bulan suci dimulai. Tepat sehari sebelum umat muslim menjalankan ibadah puasa, sebuah karnaval akan diadakan. Karnaval dimeriahkan dengan kirab, arak-arakan pasukan berpakaian tradisional, drumband, dan kesenian tradisional lainnya. Ada juga arak-arakan Warak Ngendok yang merepresentasikan keberagaman suku, budaya, dan agama di Semarang. Warak Ngendok sendiri merupakan perwujudan tiga unsur binatang; kepala naga, badan unta, dan kaki kambing. Mulainya acara dugderan ditandai dengan pemukulan beduk oleh pejabat setempat dan dilanjutkan dengan penyalaan meriam. Suara beduk dug dug dug dan diakhiri dentuman meriam der der der itulah yang mendasari penamaan trad...

avatar
Beens
Gambar Entri
Popokan
Permainan Tradisional Permainan Tradisional
Jawa Tengah

Di Sendang, Bringin, Semarang, ada sebuah tradisi unik yang diadakan pada hari Jumat Kliwon di bulan Agustus setiap tahunnya. Tradisi ini disebut popokan yang dipercaya sebagai penolak bala dan kejahatan. Popokan juga diselenggarakan sebagai wujud syukur atas berkah panen yang melimpah. Dalam tradisi popokan, warga laki-laki—mulai dari anak-anak sampai orang dewasa—akan saling melempar lumpur di jalan utama desa. Lumpur ini diambil dari sawah setempat. Tubuh kotor karena terkena lumpur bukan masalah. Tidak ada emosi, hanya ada sukacita semata selama popokan. Warga justru percaya bahwa terkena lumpur menandakan mereka mendapat berkah. Sebelum acara lempar lumpur, masyarakat akan membersihkan sendang, berdoa bersama, dan mengadakan berbagai kesenian serta hiburan. Gunungan hasil bumi dan sesaji akan diarak dan selanjutnya diperebutkan oleh warga. Ada juga arak-arakan dekorasi berwujud macan yang menjadi maskot tradisi popokan.[ bigrospace ]

avatar
Beens
Gambar Entri
Permainan Hakasai
Permainan Tradisional Permainan Tradisional
Kalimantan Tengah

Permainan hakasai pada awalnya dikenal di sepanjang sungai Kahayan dan Rungan. Di daerah ini pada waktu dahulu permainan ini sudah menjadi bagian tradisinya terutama dalam dalam upacara-upacara tertentu. Setiap ada acara meminang permainan ini pasti dilakukan bahkan ada kecendrungan kalau pada acara tidak dilakukan maka kelihatannyaacara itu kurang semarak atau menarik. Begitu menariknya permainan ini, nampaknya tanpa disadari pengaruhnya semakin meluas terutama di sepanjang aliran sungai Kapuas, Barito, Katingan. Hakasai memang nama asli sebuah permainan yang dikenal di masyarakat Kalimantan Tengah, menurut orang-orang tua permainan ini bermula di kawasan sungai Kahayan, sungai Rungan, sungai Katingan dan Kapuas. Hakasai berasal dari dua suku yaitu ha = saling dan kasai = bedak. Biasanya khusus untuk permainan ini bedak dibuat dari tepung beras. Jadi hakasai artinya saling memupuri atau membedaki. Permainan ini sangat erat hubungannya dengan peristiwa sosial tertentu, artinya tanpa...

avatar
Widra
Gambar Entri
Permainan Auh-Auh
Permainan Tradisional Permainan Tradisional
Aceh

Setiap perayaan pesta perkawinan di daerah Kluet biasanya dibumbui oleh permainan auh-auh yang dimainkan oleh anak perempuan. Permainan auh-auh yaitu permainan lemparan-lemparan bola yang terbuat dari daun kelapa. Bentuk bola ini tidak bundar seperti bola biasa tetapi seperti kubus dengan rusuk kira-kira 3-5 cm. Anak-anak perempuan membuat sebuah lingkaran dan di titik tengah lingkaran tersebut berdiri seorang pemain yang disebut dengan babu yaitu pembagi bola. Tugas babu ini adalah melempar bola ke arah pemain-pemain lainnya yang berdiri di tepi lingkaran secara bergiliran. Apabila seorang pemain tidak menangkap bola yang dilemparkan tadi, maka gilirannyalah menjadi babu. Secepatnya dia mengambil bola yang lepas tadi dan berlari ke titik pusat lingkaran serta dari sinilah ia melempar pemain lainnya yang sebelumnya telah menjauhkan diri. Bila ada yang kena, maka giliran berganti lagi. Jari-jari lingkaran berjarak kurang lebih 5 meter (bergantung pada permufakatan dan luas lapangan)....

avatar
Widra
Gambar Entri
Permainan Ero Tampurung
Permainan Tradisional Permainan Tradisional
Maluku

Tampurung adalah kata yang biasa dipakai sehari-hari untuk kata batok kelapa oleh penduduk di pulau Nusalaut khususnya di Desa Akon. Permainan ini dimainkan oleh anak-anak umur 10-12 tahun di daerah Lease yaitu di Pulau Haruku, Saparua, dan Nusalaut.

avatar
Widra
Gambar Entri
Permainan Fakete Bulu Go'o
Permainan Tradisional Permainan Tradisional
Sumatera Utara

Latar belakang sosial budaya permainan Fakete Bulu Go'o adalah bahwa permainan dapat dilakukan oleh seluruh anak-anak. Ini memberi petunjuk bahwa seluruh anak-anak itu dipandang sama, dan bahwa mereka perlu dilatih agar mampu dengan unsur-unsur pendidikan yang tersembunyi di dalam permainan, seperti yang telah dikemukakan di atas. Jadi permainan ini dapatlah digolongkan ke dalam permainan edukatif. Di dalam masyarakat Nias ketahanan berlari kencang, dan ketrampilan menangkap binatang atau mendapatkan apa yang dikejar merupakan ketrampilan yang perlu dikuasai di dalam hidup. Pelaku permainan ini sekurang-kurangnya terdiri dari dua anak laki-laki, yang berumur sekitar 10 tahun sampai 15 tahun. akete Bulu Go'o dikalangan masyarakat Nias diartikan berpegang daun lalang. Fakete Bulu Go'o berasal dari fa + kete + bulu + go'o yang sama dengan ber + pegang + daun + lalang, atau bermain dengan memegang daun lalang. Disebut-sebut daun lalang dalam nama permainan ini adalah karena daun terseb...

avatar
Widra
Gambar Entri
Permainan Famaikara
Permainan Tradisional Permainan Tradisional
Sumatera Utara

Famaikara dapat digolongkan kepada permainan yang bersifat edukatif, karena itu harus dilatihkan kepada seluruh anak-anak sebagai alat sosialisasi untuk mengenal dan membiasakan diri dengan kehidupan masyarakat. Dikatakan demikian karena melalui permainan ini hendak ditumbuhkan kebiasaan-kebiasaan melempar secara tepat untuk mengenai sasaran, sebagai modal agar dapat membidik, menombak dan memarang dengan senjata secara tepat ke arah sasaran. Hal ini amat diperlukan di dalam pekerjaan-pekerjaan apapun sesudah dewasa nanti. Kata Famaika dapat diuraikan sebagai fa + mai + kara yang sama dengan ber + main + batu. Nama ini dapat dicocokkan dengan permainan itu sendiri, yang memang menggunakan batu di dalam melaksanakannya. Permainan ini dapat dimainkan oleh seluruh anak-anak di dalam masyarakat Nias karena di dalam masyarakat tidak dikenal kelas-kelas yang memisahkan yang satu dari yang lainnya Famaikara ini sudah cukup tua umurnya, terbukti dari sudah lamanya masyarakat mengenalnya....

avatar
Widra
Gambar Entri
Permainan Hatata
Permainan Tradisional Permainan Tradisional
Kalimantan Tengah

Permainan ini sudah menjadi bagian dalam kehidupan budaya masyarakat Kalimantan Tengah bahkan merupakan permainan khas / asli pada acara hisek atau perkawinan adapt daerah Kalimantan Tengah. Permainan yang diuraikan ini bernama permainan hatata. Kata hatata berasal dari bahasa dayak Ngaju yang berbentuk kata jadian. Kata dasarnya adalah dari kata tata dengan diberi awalan ha- sehingga menjadi kata hatata. Tata artinya siram sedangkan awalan ha menunjukkan pekerjaan saling, siram menyiram. Jadi permainan hatata adalah suatu permainan yang dilakukan dengan saling siram-menyiram antara sesama peserta. Jumlah peserta permainan hatata ini tidak terbatas. Semua orang atau yang hadir dalam acara hisek atau kawin tersebut berhak ikut serta dalam permainan hatata. Kegiatan ini dilakukan setelah acara pokok selesai dalam arti pinangan secara resmi diterima atau perkawinan resmi diteguhkan. Peristiwa sosial yang erat hubungannya dengan permainan hatata adalah acara hisek (pertunangan) dan perkaw...

avatar
Widra