Permainan tradisional asli Jogjakarta: Gobag Sodor Petak Umpet/ Delikan Ingkling Neker/ Kelereng Benthik Dakon Eggrang Bekhel Cublak-cublak suweng Adu Jangkrik Ancak-ancak alis Benthik Cublak-cublak Suweng Dhakon Dhingklik Oglak-aglik Gobag Sodor Jamuran Koko-koko Macanan Ndhog-ndhogan Pasaran Tawonan Tikus-tikusan Ulo-Ulo Dawa Sumber: http://permainan-tradisional-nusantara.blogspot.com/2017/08/permainan-tradisional-diseluruh-pulau.html
Permainan tradisional Jawa Tengah Benthik Cublak Cublak Suweng Congklak Bekel Jumpet atau petak umpet gobak sodor gundu oray-orayan gangsingan wayang lowok engrang kling-klingan atau pecle patungan Sumber: http://permainan-tradisional-nusantara.blogspot.com/2017/08/permainan-tradisional-diseluruh-pulau.html
Siapa disini yang tidak tahu apa itu kartu cangkulan? Menurut https://id.wiktionary.org/ , cangkulan merupakan permainan dengan kartu besar yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan cara salah seorang pemain menurunkan kartu dari kelompok gambar yang sama, permainan dianggap selesai jika salah seorang pemain dapat menghabiskan kartunya. Kalau versi gua, cangkulan itu permainan yang sangat seru dimana permainan ini dimainkan oleh 2 sampai 4 orang aja. Jangan kebanyakan orang, gak seru nantinya
Etheng Di abad ke-20 yang lalu, berkisar antara tahun 70-an hingga mungkin 90-an, etheng dikenal sebagai permainan anak-anak yang cukup populer di wilayah DIY dan Jawa. Meskipun lebih dikenal sebagai permainan anak-anak, sebenarnya etheng adalah sejenis sport yang bisa dimainkan hingga usia dewasa. Etheng bisa dilangsungkan sebagai pertandingan perorangan atau pun beregu. Cara memenangkan pertandingan ini adalah dengan beradu ketangkasan untuk saling mendahului memegang/ menepuk bagian atas-depan kepala lawan atau pada bagian kaki dari batas lutut ke bawah. Biasanya, anak yang berhasil menyentuh bagian kepala atau kaki lawannya akan berteriak “mati”, yang berarti dia berhasil mengalahkan lawannya. Dalam etheng beregu, maka anak yang dikalahkan harus segera mengundurkan diri dari arena, supaya tidak mengganggu seandainya masih ada sisa rekan dan lawannya yang masih bertanding. Permainan ketangkasan ini bebas dilakukan dengan berbagai gaya dan teknik, dengan catatan kesepakatan...
Permainan Kweritop/Kekenaya adalah permainan tradisional masyarakat lokal di Boven Digoel yaitu orang Wambon. Permainan ini menggunakan tali yang dibentuk dengan berbagai mode pada jari-jari tangan. Permaianan ini dikenal luas pada lima kelompok suku besar yang ada di Boven Digoel dengan sebutan yang berbeda-beda, seperti orang Mandobo menyebut kekenaya, orang Muyu menyebut dengan Jenjong dan beberapa kelompok suku yang lain pun menyebut dengan sebutan yang berbeda seperti lukatra atau kokenop. Berbagai sebutan yang digunakan oleh beberapa kelompok suku ini menurut ibu Marthina Tingge berbagai sebutan ini sebenarnya mereka pakai sesuai dengan mode atau bentuk yang umum mereka mainkan. Sedangkan penggunaan istilah kekeneya pada orang Mandobo adalah tali yang terbuat dari serat pohon kayu genemo. Permaianan ini dimainkan oleh siapa saja laki-laki maupun perempuan anak sampai dewasa namun lebih dominan dimainkan oleh anak-anak sampai usia remaja. Diwaktu dulu permainan kekenaya/kw...
Puradan adalah permainan tradisional yang berasal dari Wamena dimana cara bermainnya yaitu melemparkan tombak sambil berlari ke arah sasaran sebuah bulatan yang terbuat dari rotan yang sedang digulingkan dengan kecepatan sedang. Tombak yang dilakukan tentunya tidak memiliki racun, dan hanya dibuat dari batang pohon atau bambu yang ditajamkan. Permainan ini biasanya juga dipertunjukkan dalam Festival Budaya Lembah Baliem, Jayawijaya, Wamena.
Dalam Suku Awe'e (masyarakat asli kampung Sumano, Kabupaten Sorong Selatan, Papua Barat), Tradisi memanah merupakan kewajiban bagi seluruh warga lokal. Bahkan sejak kecil jenis permainan yang digemari anak-anak lokal adalah panah-memanah (tidak akan memanah orang, melainkan benda). Instng berburulah yang membuat tradisi panah memanah ini hingga saat ini masih digemari oleh seluruh kalangan, terutama bagi anak-anak. Orang tua tidak melihat permainan tersebut sebagai sebuah ancaman bagi anak-anak mereka, melainkan sebuah permainan yang justru dipertontonkan dan diperlombakan secara tidak formal. Ada beberpa orang tua yang justru turut mengambil bagian didalamnya (ikut bermain sembari mengajarkan cara memanah yang baik). Dan lebih uniknya lagi, permainan memanah ini tidak hanya digemari oleh anak laki-laki atau kaum laki-laki saja, melainkan juga digemari oleh anak atau kaum perempuan lokal suku Awe'e.
Permainan nogarata, nogalasa garata atau juga yang sering disebut sebagai galasa adalah nama tumbuhan yang berduri dan bijinya bundar seperti kelereng. Permainan ini mempunyai alat pelengkap lainnya selain biji-bijian garat atau galasa yaitu sebuah kayu yang berbentuk persegi empat dengan ukuran panjang +- 60-75 cm dan lebar +- 30-40 cm dan tebal +- 5-7 cm. Kayu ini diberi lobang sebelah menyebelah masing-masing 6 buah menurut panjang dan 2 buah lobang pada ujung lebar kayu tersebut. Warna permainan ini tidak tentu karena tergantung dari warna kayu yang dipakai, dan membuat warna garata / galasa yang kelihatannya keabu abuan. Permainan garata / galasa ini mempunyai makna sebagai alat penghibur, untuk kesenangan atau perintang waktu. Namun pada mulanya permainan hanya biasa dimainkan pada saat duka, biasanya apabila ada raja atau keluarga raja yang meninggal. Alat, bahan dan cara membuat Garata/Galasa Memilih buah/biji garata diperlukan perhatian yang serius, sebab ada beberapa jeni...
Permainan tradisional ini dilakukan secara berkelompok yang terbagi menjadi 2 kelompok. Masing-masing regu terdiri dari 5 orang sampai 11 orang. Masing-masing kelompok berperan sebagai goak serta mangsa. Selanjutnya, pemimpin dari goak harus berusaha untuk menangkap peserta yang berada di baris paling belakang kelompok lawan. Pelaksanaan permainan ini bisa dilakukan di lapangan dengan ukuran yang cukup luas. Agar permainan berlangsung lebih seru dan menyenangkan, permainan megoak-goakan ini kerap dilakukan di area berlumpur. Karena keseruannya, para wisatawan asing pun kerap tertarik untuk ikut bermain. Hanya saja, usaha untuk saling menangkap ekor yang dilakukan oleh kelompok yang menjadi goak dibatasi oleh waktu. Biasanya, batas waktunya adalah selama 5 menit. Kalau tak bisa menangkap ekor kelompok lawan dalam batas waktu tersebut, dipastikan goak kalah.