Permainan Kweritop/Kekenaya adalah permainan tradisional masyarakat lokal di Boven Digoel yaitu orang Wambon. Permainan ini menggunakan tali yang dibentuk dengan berbagai mode pada jari-jari tangan. Permaianan ini dikenal luas pada lima kelompok suku besar yang ada di Boven Digoel dengan sebutan yang berbeda-beda, seperti orang Mandobo menyebut kekenaya, orang Muyu menyebut dengan Jenjong dan beberapa kelompok suku yang lain pun menyebut dengan sebutan yang berbeda seperti lukatra atau kokenop. Berbagai sebutan yang digunakan oleh beberapa kelompok suku ini menurut ibu Marthina Tingge berbagai sebutan ini sebenarnya mereka pakai sesuai dengan mode atau bentuk yang umum mereka mainkan. Sedangkan penggunaan istilah kekeneya pada orang Mandobo adalah tali yang terbuat dari serat pohon kayu genemo.
Permaianan ini dimainkan oleh siapa saja laki-laki maupun perempuan anak sampai dewasa namun lebih dominan dimainkan oleh anak-anak sampai usia remaja. Diwaktu dulu permainan kekenaya/kweritop pada orang wambon dimainkan saat acara kedukaan/kematian. Namun setelah masuknya pengaruh injil di daerah ini,permainan kekenaya atau kweritop pada orang wambon dilarang oleh pastor karena sering dimainkan pada saat ada kematian. Permainan ini dimainkan juga saat waktu senggang di rumah dan dimana saja seperti saat istirahat di kebun atau saat dipinggir kali. Tidak terikat oleh waktu kapan saja bisa dimainkan diwaktu senggang. Alat ataubahan yang digunkan yaitu; Tali dari serat kulit pohon genemo (pohon genemo : Terot), kulit kayu genemo = terot kote, hasil pintalan =kekenaya).
Permainan kekenaya/kweritop dimainkan dua orang atau lebih dan juga secara kelompok dengan lawan bermainnya. Setelah mempersiapkan tali sebagai alat utama, permainan kekenaya/kweritop bila dimainkan oleh dua orang mereka akan saling berhadap hadapan. Setelah persiapan dimulailah permainan di mana kedua pemain saling menantang membentuk anyaman tali pada jari-jari tangan mereka dengan menebak model apa yang dimainkan oleh salah satu dari mereka dengan saling bergantian. Atau berdasarkan kesepakatan mereka membentuk satu model dan dengan hitungan waktu siapa yang paling cepat menyelesaikan bentuk mode tersebut. Permainan ini kadang saat bermain menggunakan alunan suara berupa siulan atau nyanyian sesuai dengan mode bentuk yang dimainkan oleh salah seorang yang kadang juga mengejek lawan mainnya.
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja