Kotak jengkrik terbuat dari kayu dan pegangan dari kuningan. Kotak ini digunakan untuk sarana permainan adu/melaga jengkrik. Permainan tradisional Aceh ini pada umumnya dilakukan remaja laki-laki yang berusia 8-16 tahun pada saat pagi dan sore hari pada musim selesai panen padi Sekelompok remaja, musim selesai penen ini juga disebut rnusetn peupok darut kleng atau musim adu jengkrik. Para pemain masing-masing berkumpul pada tempat yang telah disepakati. Tempat ini biasanya pada balai/gubuk yang ada di sawah bahkan adakalanya langsung di pemantang-pemantang sawah atau tempat mereka mendapatkan jengkrik. Sistem adu jengkrik ini dilakukan oleh remaja, bukanlah usaha peternakan, tapi merupakan rekreasi yang bersifat temporer. Dalam penyelenggaraan permainan ini jumlah pesertanya tak dibatasi, makin ramai pesertanya makin meriah acaranya. Satu-satunya perlengkapan yang penting adalah kotak jengkrik. Sebagai sarana adu dan kelengkapan lainnya adalah bunga ru...
Kata sepangkal berarti saling menjatuhkan. Permainan tradisional ini dilakukan oleh anak berumur antara 10 – 15 tahun di daerah Alas. Peserta terdiri dari dua regu yang saling berhadapan. Masing-masing regu terdiri dari 5-11 orang. Setiap anggota regu berhadapan dengan anggota regu yang lain dengan kekuatan besar badan atau umur yang hampir sama. Maka dapat disebut satu lawan satu. Biasanya permainan itu dilakukan pada sore hari sehabis membantu kerja orang tua atau sehabis sekolah atau sewaktu akan mandi di sungai. Kedua regu menunjuk seorang wasit yang disegani kedua regu. Permainan itu dilakukan di pinggir sungai. Pada garis besarnya teknis permainan satu lawan satu, saling menjatuhkan dengancara menarik atau mendorong untuk dapat menceburkan dalam sungai. Regu yang menang adalah regu yang dapat lebih banyak menjatuhkan dan memasukkan dalam sungai anggota regu lawan. Sumber :http://www.wacana.co/2010/11/permainan-tradisional-aceh-sepangkal/
Adang-adangan (Hadang adalah) permainan olahraga tradisional yang tidak mempergunakan alat apapun sebagaimana permainan tradisional sebelumnya. Olahraga tradisional hadang dimainkan secara beregu, baik putera maupun puteri. Permainan adang-adangan dilakukan oleh anak laki-laki atau perempuan berusia 10 – 16 tahun, Jumlah pemain minimal 6 orang. Tidak ada alat khusus dalam permainan ini, hanya yang diperlukan tempat yang luas dan terbuka. Tempat ini diberi petak-petak sejumlah delapan buah. Tiap petak berukuran lebih kurang tiga meter bujur sangkar. Permainan ini biasanya dilakukan pada saat turun ke sawah atau ke ladang. Sebelum permainan dimulai, maka diadakan sut oleh ketua kelompok masing- masing. Kelompok yang menang bertindak sebagai penerobos, sedangkan yang kalah bertindak sebagai penjaga benteng. Cara bermain, pertama-tama masing-masing anggota penghadang menempati garis melintang pada petak-petak tersebut, ketua kelompok menempati garis pali...
Permainan tradisional umumnya merupakan hasil budaya manusia yang awalnya bertujuan untuk memanfaatkan waktu senggangnya dengan permainan yang berfungsi sebagai hiburan dan mengandung ketangkasan, baik ketangkasan jasmani maupun kecerdasan otak dalam mengatur strategi. Permainan rakyat umumnya bersifat kooperatif, rekreatif dan edukatif. Beberapa permainan tradisional dari Riau ini dapat dimanfaatkan untuk mengisi waktu luang Anda atau dapat menjadi hiburan alternatif di akhir pekan. Permainan bengkek termasuk salah satu permainan di daerah Riau. dengan mempergunakan buah bengkek sebagai alat permainannya. Pada umumnya permainan bengkek ini dimainkan oleh anak-anak di halaman rumah. Permainan buah bengkek ini ketentuannya hampir sama dengan permainan kelereng. Ada 2 cara permainan buah bengkek yaitu: cara ucak dan pangkah Cara main ucak: dua orang atau lebih memasang berjajar buah bengkeknya (dengan jumlah sudah ditentukan) pada sebuah garis, dan pemainnya melempar dari jara...
Layang-layang juga termasuk salah satu permainan rakyat daerah Riau. Pada umumnya layang-layang terbuat dari kertas atau kain parasut yang diberi kerangka dan dapat diterbangkan ke angkasa dengan bantuan angin setelah diikatkan pada seutas tali atau benang. Layang-layang ini dimainkan oleh anak-anak maupun orang dewasa di tanah lapang pada musim kemarau atau selapas panen. Di daerah Riau ada beberapa jenis layang-layang antara lain: layang-layang kuwau dan sri bulan. Layang-layang Kuwau adalah layang-layang yang terdiri dari tujuh bilah bambu yaitu: untuk sayap dua bilah, batang satu bilah dan ekor empat bilah (dua atas dan dua bilah bawah). Sayap berbentuk agak bulat sedangkan ekornya menyerupai segi tiga. Pada bagian kepala layang-layang tersebut diberi hiasan bunga-bunga dari benang wol. Layang-layang sri bulan terdiri dari lima bilah bambu yaitu: untuk sayap dua bilah, batang satu bilah dan ekor dua bilah. Sayapnya berbentuk agak bulat sedangkan ekornya me...
Gatok/katok adalah suatu permainan dengan mempergunakan biji pinang tua sebagai alat dan mempergunakan jari tangan sebagai pelenting buah pinang. Permainan dilaksanakan di lapangan yang relatif sempit dimana dibuat 3 buah lubang di tanah yang masing-masing berjarak 1 meter. Setiap peserta I biji pinang. Peserta pemain anak laki- laki umur 8-12 tahun. Permainan ini dilakukan pada waktu senggang atau pada sore hari. Peserta pemain aniara 3 – 5 orang. Cara bermain; Dari lubang A buah permainan dibuang ke arah lubang C, giliran ditentukan dengan mengukur jarak buah permainan dengan lubang C, dan yang dianggap pemenang (sekaligus memperoleh giliran I) adalah buah yang terdekat dengan lubang C. Tetapi bila lebih dari sebuah yang masuk ke dalam lubang C, maka buah yang terakhirlah yang merebut giliran 1. Jika ketiga-tiganya masuk lubang, maka masing-masing memperoleh angka 1 dan seterusnya secara bergiliran sehingga mencapai angka 10 dan ini sudah dianggap gam...
Permainan alau alau ini dimainkan anak-anak laki-laki dan perempuan berusia 7 sampai 15 tahun oleh Suku Sakai di pedalaman Pulau Rangsang desa Sokap Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Bengkalis. Permainan pong alau-alau adalah suatu permainan jenis hiburan di kala malam hari dalam suasana riang gembira. Permainan ini diiringi dengan nyanyian dengan syair: “Pong alau alau Ketipung nyaring-nyaring Buntal hawa sagu Ketipung belang” Sekelompok anak-anak duduk dalam susunan melingkar di lantai rumah dengan langan disusun dalam keadaan tergenggam. Kemudian semuanya menyanyikan pong alau- alau dengan syair seperti di atas. Setelah selesai satu lagu maka. genggaman tangan paling bawah akan terbuka dan ditelungkupkan di lantai sementara yang lain masih terganggam dan tersusun di atasnya. Seterusnya nyanyian di alas dinyanyikan kembali sampai seluruh tangan tertelungkup di lantai. Selelah semua tangan dalam keadaan tertelungkup, seorang pemain bertu...
Permainan kelereng batu adalah permainan rakyat masih digemari anak-anak di Pekanbaru sekitarnya. Dimainkan oleh anak-anak laki-laki dan perempuan di halaman sekolah maupun lapangan yang luas pada sore dan malam terang bulan. Jumlah pemain antara 2 sampai 5 orang yang berusia 7 sampai 12 tahun, oleh semua lapisan masyarakat. Kelereng terbuat dari adonan semen dengan kapur, bentuknya yang bulat sebesar ibu jari kaki, atau terbuat dari batu kali, yang di bentuk sedemikian sehingga menyerupai kelereng yang sebenarnya, dan akhir-akhir ini telah menggunakan kelereng yang terbuat dari kaca sebesar telunjuk tangan saja. Setiap pemain diwajibkan mempunyai kelereng L buah untuk satu orang. Mereka menyiapkan lapangan dengan menggaris lingkaran yang berjari-jari sekitar 5 meter (tergantung jumlah pemain), dan membuat lubang dengan diameter 12 sampai 14 cm pada tengah-tengah lapangan. Mereka memulai permainan dengan melakukan undian. Para pemain secara bersama-sama berusa...
Lomba kolek dimainkan oleh masyarakat Tanjungbalai Karimun, Moro, Kundur dan Batam. Biasanya dimainkan pada musim kering pada waktu siang mulai jam 9.30 hingga jam 13.00 karena waktu itu diperkirakan angin sedang berhembus kencang, rata dan pasangpun sedang penuh yang memberikan kemungkinan besar bagi kolek-kolek itu diperlombakan. Dahulu, lomba kolek dipertandingkan pada hari penobatan anak-anak raja ataupun keluarga istana semasa keemasan Sultan Riau abad XVII, dan sekarang menjadi permainan untuk memeriahkan perayaan 17 Agustus dan akhirnya menjadi permainan rakyat yang tetap dilaksanakan setahun sekali secara mentradisi. Pada umumnya permainan ini hanya dimainkan oleh para nelayan yang mendiami perkampungan di tepi pantai, di manalaut adalah sarana harian mereka untuk menyambung hidup, karena itu setidak-tidaknya mereka harus memiliki kolek, jongkong, sampan ataupun perahu sebagai alat perhubungan dan fasilitas bagi kepala keluarga untuk menggarap hasil laut. ...