Seni Kriya Kulit Tatah Sungging adalah kelompok seni kriya kulit yang menggunakan bahan utama ( bahan baku ) kulit mentah (perkamen) dari kulit binatang dengan teknik ditatah (ukir) dan disungging dalam mewujudkan suatu karya. Jadi walaupun dengan mnenggunakan bahan baku kulit mentah, tetapi dalam mewujudkan karya tidak menggunakan teknik ditatah dan disungging bukanlah kriya kulit Tatah Sungging. Tatah diartikan sebagai aktivitas memahat dan Sungging diartikan sebagai aktivitas mewarnai. Jadi Tatah Sungging adalah proses untuk memahat dan mewarnai objek wayang tertentu. Makna yang terkandung pada Tatah Sungging adalah agung dan berwibawa. Maksudnya adalah sebuah gagasan tentang penciptaan karya seni yang memberi kiasan agung dan berwibawa dari penokohan atau karakter-karakter wayang yang akan ditatah sungging. Tatah Sungging mempunyai suatu yang istimewa bila dibandingkan dengan teknik lainnya, sedangkan teknik yang khusus ini akan menghasilkan suatu karya kriya yang khusus pula (...
Tau-tau, adalahseni pahat patung khas masyarakat Toraja. Tau-tau berarti penyerupaan terhadap manusia dalam bentuk patung. Dalam konteks kepercayaan masyarakat Tana Toraja, tau-tau tidak merepsentasikan ragawi orang mati, tetapi roh si mati yang tidak ikut mati. Ukuran tinggi tau-tau bisa mencapai 1,5 meter. Berdasarkan status sosial si mati, bahan dasar pembuatan tau-tau terdiri atas tiga jenis kayu. Untuk status sosial rendah, disebut tau-tau lampa (terbuat dari bilah-bilah bambu yang diberikan ukiran bentuk manusia dan diberi kain berbentuk pakaian. Untuk status sosial menengah, tau-tau yang terbuat dari kayu kapuk. Sedangkan untuk status sosial tinggi, tau-tau terbuat dari kayu nangka. Pembuatan patung ini terikat pada berbagai ketentuan religius, mulai dari memilih dan menebang pohon. Pembuatan Tau-tau sendiri tidak boleh dikerjakan oleh sembarang orang. Dalam prosesi pemakaman, tau-tau mulai dibuat pada proses ma?tundan, di mana si mati diangkat bersama dalam perarakan menuju te...
https://www.si.edu/object/topeng-mask-refined-male-character:nmnhanthropology_13001790?page=4&edan_q=indonesian&destination=/search/collection-images&searchResults=1&id=nmnhanthropology_13001790
https://www.si.edu/object/topeng-mask-strong-male-character:nmnhanthropology_13001789?page=3&edan_q=indonesian&destination=/search/collection-images&searchResults=1&id=nmnhanthropology_13001789
Di Sumba Barat bangunan megalitik dapat ditemukan hampir dimana saja, di setiap kampung tradisioanal pasti ada, di bawah kampung, di pinggir jalan, bahkan di halamam kantor polres dan rumah jabatan Bupati juga ada. Bangunan megalitik di Sumba umumnya berupa kubur batu yang dihiasi arca dan relief-relief menarik. Karena percaya dengan konsep kehidupan setelah mati, orang Sumba tak pernah bisa jauh dari kerabat yang telah meninggal dan untuk menjaga kedekatan itu mereka mendirikan batu kubur tepat di depan rumah-rumah mereka. Rumah adat dan batu kubur adalah satu paket yang tak terpisahkan, rumah sebagai tempat inggal yang masih hidup dan batu kubur sebagai tempat tinggal yang telah almarhum. Batu kubur selalu dibuat besar dan megah, selain sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur sekaligus sebagai cerminan kebesaran dan kebangsawanan pemiliknya, jadi semacam simbol status juga. Sumber: http://wisata.dapurselekta.online/2020/12/03/batu-kubur/
Di Kabupaten Sumba Barat terdapat sebuah peninggalan megalitikum berupa sebuah batu yang membentuk suatu pola hias dengan pahatan tiga dimensi berbentuk arca dan dua dimensi berbentuk relief. Pola hias ini sangat variatif, juga dipengaruhi zaman hingga menjadi kian kreatif. Ada yang berupa sulur-sulur, huruf “S”, dan lingkaran memusat yang oleh para ahli dikatakan sebagai warisan zaman pra sejarah. Ada pula yang menggambarkan tokoh manusia, binatang serta pola-pola geometris dari era yang lebih muda. Perkembangan bentuk pola hias megalitik Sumba sangat dipengaruhi oleh kepercayaan religius serta status pemiliknya. Sifat kehalusan dan kebijaksanaan seorang bangsawan biasanya dipahat dengan simbol hewan atau benda alam seperti bulan dan bintang. Sementara sifat keagungan dan kebesarannya disimbolkan dengan benda-benda seperti tombak, parang, pedang serta bermacam ragam perhiasan. Hewan piaraan yang mereka miliki juga menjadi sumber inspirasi. Semakin kaya seorang raja, semakin megah...
Batu kubur besar berupa meja batu (dolmen) yang ditopang oleh beberapa batu bulat yang berfungsi sebagai kaki atau penyangga. Watu pawa’i ada yang berkaki empat, bekaki enam bahkan ada pula yang berkaki banyak. Biasanya menjadi kuburan raja-raja dan golongan bangsawan. Akan tetapi watu pawa’i ini tidak selalu menjadi kuburan, ada juga yang dibangun hanya sebagai monumen agung. Yang berfungsi sebagai kuburan biasanya dilengkapi batu kubur berukuran lebih kecil yang ditempat persis di bawah watu pawai. sumber: http://wisata.dapurselekta.online/2020/12/03/peninggalan-megalitik/
Watu Kuoba Berupa batu utuh yang dipahat membentuk peti dengan lempengan batu lebar sebagai penutup. Batu jenis ini ada yang berhias ada pula yang tidak. Pola hiasnya lebih sederhana dan terletak pada bagian peti batu. Umumnya dipakai sebagai kuburan golongan menengah dan keluarganya. sumber: http://wisata.dapurselekta.online/2020/12/03/peninggalan-megalitik/
Batu kubur jenis ini terbentuk dari 6 lempengan batu yang disusun menjadi peti batu. satu sebagai dasar, satu sebagai penutup dan empat lainnya diletakkan di masing-masing sisi. Koru Watu biasanya langsung diletakkan di atas tanah tanpa perlengkapan lainnya. sumber: http://wisata.dapurselekta.online/2020/12/03/peninggalan-megalitik/