Gerabah untuk memasak nasi. Terbuat dari tanah liat yang dicampur dengan pasir halus dari sungai. Dibentuk dengan menggunakan sebuah batu bulat dan kayu sebagai palu pemukul. Setelah terbentuk, baru dibakar dalam api sabut kelapa yang sudah kering. Penggunaan periuk tanah ini sudah jarang dan diganti dengan alat-alat hasil teknologi modern. Tinggi 18,70 cm dengan diameter 30 cm. Sumber: http://gabriellaia.blogspot.co.id/2008/12/peralatan-tradisional-nias.html
Tempat daging babi yang hendak dibawa kepada orang yang dihormati, misalnya: orang tua (Sadono), paman (Sibaya), mertua (Matua) dsb. Terbuat dari tanah liat yang dicampur dengan pasir halus dari sungai. Dibentuk dengan menggunakan satu batu bulat dan satu palu kayu sebagai pemukul. Setelah terbentuk baru dibakar dalam api sabut kelapa yang sudah kering. Tinggi 28,9 cm dengan lingkaran 31,85 cm. Sumber: http://gabriellaia.blogspot.co.id/2008/12/peralatan-tradisional-nias.html
BOLANG – Ornamen Tradisional Mandailing Di Mandailing, berbagai macam bentuk ornamen (hiasan) tradisional dapat kitatemukan pada bagian tutup ari dari Sopo Godang (Balai Sidang Adat) danBagas Godang (Rumah Besar Raja). Dalam bahasa Mandailing, ornamen-ornamen tersebut disebut bolang yang juga berfungsi sebagai simbol atau lambang itu memiliki makna-makna yang sangat mendalam bagi masyarakat Mandailing. Di dalamnyaterkandung nilai-nilai, gagasan-gagasan, konsep-konsep, norma-norma, kaidah-kaidah, hukum dan ketentuan adat-istiadat yang menjadi landasan dan pegangan dalammengharungi bahtera kehidupan. Bolang atau ornament tradisionalMandailing yang digunakan sebagai Tutup Ariperlambang itu terbuat dari tiga jenismaterial: (1) tumbuh-tumbuhan, seperti batang bambu yang melambangkan huta atau bona bulu; burangir atau aropik melambangkan Raja dan Namora Natoras sebagai tempat meminta pertolongan; pusuk ni robung yang disebut bindu melambangkan adat Dalian Na Tolu atau adat Marko...
Pada pesta-pesta dan upacara, tempat untuk acara ini sering dihiasi dengan anyaman daun-daun janur. Dengan menyambungkan anyaman daun janur ini, Orang Nias membuat bentuk dan pola yang indah . Ini disebut Ni'okindrö (anyaman daun janur). Gaya Ni'okindrö bervariasi antara daerah ke daerah. Bentuk yang dibuat oleh daun janur memiliki banyak arti yang berbeda. Ketika kunjungan tamu penting ke Nias, mereka sering disajikan dengan kalung yang dibuat menggunakan teknik ini. Kalung ini dikenal sebagai Nifatali Bulumio. Hanya beberapa orang yang mampu membuat kalung seperti ini. Sumber: http://www.museum-nias.org/istiadat-nias/
Sebilah bambu ini digoresi aksara Batak dengan menggunakan bahasa Batak. Tersimpan di Perpustakaan Nasional RI dengan kode naskah Peti 138 D 90 berjudul Perhalaan. Biasanya, apabila ditemukan sebuah bambu tertulis, berisi hitungan hari semacam kalender atau ilmu perhitungan lainnya.
Ketika kita berkunjung ke rumah adat Suku Batak (Rumah Bolon ), kita pasti akan menemukan suatu ornamen yang lumayan unik, yaitu seekor cicak yang menghadap 4 payudara. Ornamen ini biasanya dapat kita lihat tepat di depan pintu masuk rumah adat Suku Batak tersebut. Lalu, apa yang menjadi makna dibuatnya ornamen tersebut? Cicak atau yang disebut boraspati ini merupakan simbol kebijaksanaan dan kekayaan bagi penerus generasi Batak. Seperti yang kita tahu, cicak merupakan binatang yang selalu ada di segala medan. Sesuai dengan itu, maka orang Batak diharapkan dapat hidup di segala medan, dapat beradaptasi dengan cepat dengan lingkungannya yang baru dimanapun orang Batak itu berada, bahkan dalam kondisi sesulit apapun. Seperti yang kita ketahui, banyak masyarakat Suku Batak yang merantau dari kampung kelahirannya ke tanah ‘orang’. Maka masyarakat Suku Batak diharapkan dapat beradaptasi dengan cepat dan berjuang dimanapun masyarakat t...
Sijagaron adalah sebuah keranjang dari rotan (ampang) yang berisi dengan padi yang kurang lebih setengah kaleng, daun beringin, daun pohon sangkar, daun bunga bakung, hariara, ompu-ompu, silunjang, dan pilo-pilo. Selain itu, disediakan sebuah cawan berisi beras, telur ayam kampung yang masih mentah, dan kemiri yang masih berkulit. Sijagaron ini diperuntukkan bagi seseorang yang telah meninggal yang telah memiliki cucu. Sijagaron kemudian diletakkan di bagian atas kepala orang meninggal (di samping peti arah kepala). Selama belum dikebumikan, sijagaron selalu diletakkan di sana. Pada saat peti dibawa keluar rumah saat acara adat, sambil menortor, sijagaron dijunjung oleh menantu anak yang paling tua. Sambil menjunjung sijagaron tersebut, orang yang membawanya akan mengelilingi peti sebanyak bilangan ganjil, baik tiga kali maupun tujuh kali. Setelah selesai berkeliling, sijagaron diletakkan kembali pada sebuah meja yang terletak di arah kepala orang yang meninggal. Sijagaron dilet...
Ornamen ini bentuknya deformasi gambar cecak, dengan kepala kiri dan kanan. Arti simbolik dalam masyrakat Karo dianggap sebagai simbol kekuatan, penangkal roh jahat, dan simbol persatuan masyarakat Karo dalam menyelesaikan suatu masalah. Disamping itu fungsi fisik bagi rumah adat Karo sendiiri sebagai pengikat (sebagai paku) pada dinding rumah sehingga menjadi kuat. #OSKMITB2018
Ragam Hias Bangunan Karo: (sumber: E-book Arsitektur Tradisional Daerah Sumatera Utara. Napitulu, S.P. 1997. Sumatera Utara.)