Topeng dipakai oleh dukun dalam upacara mengantar jenazah ke liang lahat.
Tabu-tabu Tempat air minum terbuat dari kulit buah labu (tabu-tabu) yang dikeringkan. Labu ini dirompu/ diikat dengan jalinan rotan.
Ini adalah ukiran kalung sepanjang 11 cm yang menggambarkan lelaki telanjang. Dibuat sekitar abad 19 menggunakan timah.
Tempat sirih orang tua masyarakat Batak pada zaman dahulu yang terbuat dari pandan.
Parhalaan adalah kelender yang digunakan untuk menentukan hari baik dan hari buruk. Suku Batak tidak membuat kegiatan tertentu tanpa Parhalaan. Digunakan oleh Datu dalam menentukan hari dilakukannya upacara tertentu, perjalanan, dimulainya perang, dan juga membaca hari kelahiran bayi. Kalender Batak sendiri terdiri dari 12 bulan berdasarkan bulan.
Ukiran Kayu ini menggambarkan sepasang naga, berupa kombinasi antara ular dan naga. Ukiran ini banyak ditemukan di Samosir yaitu di bagian depan (balkon) rumah Bolon. Selain kayu, ular naga juga dipahatkan di batu.
Pintu yang berengsel ini merupakan penutup pintu masuk ke sapo (gudang yang digunakan orang Karo untuk menyimpan beras di ladang) pada zaman dahulu. Semua pintu terdapat ukiran cicak kecil. Dalam mitos, cicak biasanya dihubungkan dengan dewa ( Beraspati Juma ), tapi ada juga yang menghungkannya dengan penjaga rumah. Dewa lain yang juga sering dihubungkan adalah Beraspati Taneh yang melambangkan kesuburan.
Patung berkepala dua dan satu mulut ini adalah patung gaib yang tergantung vertikal di dinding rumah. Terbuat dari ukiran kayu dan dilengkapi hiasan rambut.
Patung ini terbuat dari kayu dan dililit dengan kain berwarna Hitam dan Merah. Patung ini dimanfaatkan dukun sebagai media untuk menyakiti orang lain.