Seni ornamentasi dalam bentuk sulu-suluran, yang oleh masyarakat Batak disebut Gorga. Bentuk ini ditemukan di Rumah Batak Pakpak, anjungan Sumatera Utara, TMII.
Suku bangsa Batak terbagi atas 6 anak suku, yaitu Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Pakpak, Batak Toba, Batak Angkola, dan Batak Mandailing. Setiap suku memiliki seni arsitektur yang menarik. Rumah Adat Batak Toba yaitu Rumah Bolon (Rumah Gorga atau Jabu Si Baganding Tua). Biasanya Rumah terdiri atas Rumah dan juga sopo (lumbung padi) yang berada di depan rumah. Rumah dan sopo dipisahkan oleh pelataran luas yang berfungsi sebagai ruang bersama warga huta.Rumah adat dengan banyak hiasan (gorga), disebut Rumah Gorga Sarimunggu atau Jabu Batara Guru. Sedangkan rumah adat yang tidak berukir, disebut Jabu Ereng atau Jabu Batara Siang. Rumah berukuran besar, disebut Rumah Bolon. dan rumah yang berukuran kecil, disebut Jabu Parbale-balean. Filosofi Rumah Batak Toba Rumah adat bagi orang Batak didirikan bukan hanya sekedar tempat bemaung dan berteduh dari hujan dan panas terik matahari semata tetapi sebenanya sarat dengan nilai filosofi yang dap...
Warna Batak (Toba) identik dengan warna merah-putih-hitam, yang disebut warna tiga bolit.. Seperti kita tahu, ciri khas warna Batak adalah hitam-putih-merah. Warna-warna ini akan bermakna bila susunannya tepat. Jika bentuknya piramida, maka merah adalah yang paling dasar. Selanjutnya putih, kemudian hitam pada bagian atas. Begitu juga bila dipakai dalam seni ukir atau lazim disebut gorga .Ornamen-ornamen kecil adalah merah, yang sisinya putih. Sedangkan bagian penampang berwarna hitam. Memang aturan ini terkesan kaku. Namun jika orientasinya berdasarkan nilai, maka harusnya pakem-pakem itu dipatuhi. Secara simbol, masing-masing warna itu dapat kita artikan sebagai berikut. Lebih dulu akan kita pahami nilai-nilai warna itu sendiri, sebelum kita kaitkan dengan dasar hukum dan spiritualitas yang mendasarinya. Hitam. Secara umum, psikologi warna ini menyiratkan karakter kuat, teguh dan bijaksana. Dalam teori fisika, spektrum warna hitam tidak memancar keluar. Justru ia meny...
Bahan-bahan cat untuk pewarna pada zaman dahulu secara alami, Nenek moyang orang Batak Toba menciptakan catnya sendiri, yakni : Cat Warna Merah diambil dari batu hula, sejenis batu alam yang berwarna merah yang tidak dapat ditemukan disemua daerah. Cara untuk mencarinya pun mempunyai keahlian khusus. Batu inilah ditumbuk menjadi halus seperti tepung dan dicampur dengan sedikit air, lalu dioleskan ke ukiran itu. Cat Warna Putih diambil dari tanah yang berwarna Putih, tanah yang halus dan lunak dalam bahasa Batak disebut Tano Buro. Tano Buro ini digiling sampai halus serta dicampur dengan sedikit air, sehingga tampak seperti cat tembok pada masa kini. Cat Warna Hitam diperbuat dari sejenis tumbuh-tumbuhan yang ditumbuk sampai halus serta dicampur dengan abu periuk atau kuali. Abu itu dikikis dari periuk atau belanga dan dimasukkan ke daun-daunan yang ditumbuk tadi, kemudian digongseng terus menerus sampai menghasilkan seperti cat tembok hitam pada zaman sekara...
Di Huta Sitahutahu Desa Sabulan Kecamatan Sitiotio masih menggunakan Talam (baki-piring ukuran besar) dalam acara-acara Pesta Batak. Huta ini masih eksis menggunakan Talam, dimana sudah sangat jarang sekali terlihat dalam suasana Pesta Batak di tempat lain menggunakan Talam. Talam biasanya dapat digunakan untuk 2-3 orang berkongsi menyantap hidangan yang disediakan. sumber: https://www.gobatak.com/talam-wadah-tempat-makan-saat-pesta/
Ndrokhia Zaku adalah parutan sagu dalam bahasa Nias. Ndrokhia Gowi adalah parutan singkong dalam bahasa Nias. Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=XfvYJT4yxnQ
Naha Wanutu dalam bahasa Nias artinya ulekan. sumber: https://www.youtube.com/watch?v=XfvYJT4yxnQ
Fuyu adalah alat untuk menghasilkan api dari bahan kayu. Terdiri atas dua bagian. Bagian bawah sebagai alas, telah dilubangi sedikit. Pada bagian yang telah dilubangi, diletakkan pangkal sepotong kayu bulat dalam posisi berdiri. Bagian atas ditekan dengan tempurung kelapa, lalu diputar dengan menggunakan tali yang telah dililit pada pertengahan kayu bulat tadi. Pergesekkan bagian bawah dan atas, menghasilkan bunga api. Di sekelilingnya diletakkan serbuk kayu yang berbara. Serbuk itu, kemudian dituang ke lantai dan diletakan ‘Rabo’ (serabut tumbuhan yang sudah dikeringkan atau sesuatu yang cepat terbakar) di atasnya, lalu dihembus supaya bernyala. Panjang 25,7 cm dengan tebal 6,9 cm. Sumber: http://gabriellaia.blogspot.co.id/2008/12/peralatan-tradisional-nias.html
Kipas yang terbuat dari kayu ringan yang telah ditipiskan dan berbentuk bulat, dipergunakan untuk mengipas padi yang dijemur agar gabah yang kosong bisa tersingkir dari gabah yang berisi. Pada pinggirnya telah dibuat pegangan. Tebal 59 cm dengan diameter 35 cm. Sumber: http://gabriellaia.blogspot.co.id/2008/12/peralatan-tradisional-nias.html