Cerita Rakyat Aceh Mentiko Betuah: Nanggroe Aceh Darussalam merupakan sebuah provinsi di Indonesia yang juga wilayahnya terdiri dari beberapa pulau kecil, salah satu di antaranya adalah Pulau Simeulue. Namun, pulau ini tidak sepopuler dengan pulau-pulau lainnya yang ada di daerah ini, seperti Pulau Weh, yang terkenal dengan Kota Sabang dan titik 0 (nol) kilometernya, yaitu sebagai wilayah Indonesia yang terletak paling barat. Simeulue termasuk salah satu kabupaten di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat sejah tahun 2000, yang terletak di tengah Lautan Hindia dan beribukota Sinabang. Kabupaten Simeulue terkenal dengan Kerbau Simeulue dan hasil cengkehnya, sehingga Pulau Simeulue pernah mendapat gelar Pulau Cengkeh sebelum akhirnya batang-batang cengkeh itu tidak memiliki harga lagi di pasaran. Keistimewaan lain yang dimiliki oleh Kabupaten Simeulue adalah keanekaragaman budayanya, seperti bahasa, upacara-upacara tradisional, permainan rakyat dan...
Benda dapur yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan bumbu dapur seperti asam sunti, sirih, tepung, garam, atau pun minyak.
Kendi berbentuk seperti labu yang biasa juga disebut Labu ataupun Rawan. Tempat minum tradisional Aceh ini berhiaskan motif geometris yang dibuat dengan teknik gores. Sudah jarang digunakan sehari-hari dan biasa dijumpai di upacara tradisional Aceh.
Tire (tirai) biasanya berwarna dasar merah-kuning dipadu dengan motif rusuk atau pun jalur-jalur yang mengkombinasikan warna khas aceh: merah, kuning, hijau, dan hitam. Bagian pinggirnya biasa dilengkapi denan sulaman bungong meulu (bunga melur). Biasnya digunakan di rumah asli Aceh dan menjadi kelengkapan pelaminan pernikahan adat Aceh.
Tempat mempelai bersanding tersusun atas kasur dan bantal. Di singgasana tersebut tiap kiri dan kanan diletakkan tujuh buah bantay meutampok (bantal guling). Bagian kepala bantal guling (tampok) dihiasi lempengan bersulam benang emas dan perak atau juga lempengan emas dengan ragam hias suluran dan bunga. Dinding ruangan dilapisi tire. Di permadani lantai, diletakkan peralatan kuningan untuk upacara pakinangan antara lain: dalong, ceuranan, meundam, ciriek, ludahan, dan panyot.
Merupakan alat yang digunakan sebagai tempat menaruh sirih, yang seringkali hadir di berbagai upacara seperti: khitanan, perkawinan, kematian, dan lain sebagainya. Penyajian sirih di puan sendiri merupakan adat masyarakat Aceh.
Mundam merupakan wadah yang biasanya diisi air. Wadah ini sering dijumpai di berbagai upacara dan ritual adat masyarakat Aceh.
Alat yang berfungsi sebagai tempat air. Ludahan berbentuk bulat seperti buah labu dengan bagian mulut melebar seperti terompet. Biasanya berhiaskan ukiran motif suluran bunga.