Salah satu pendokumentasian Dayak Ngaju bukan berupa "naskah" seperti yang kita ketahui pada umumnya, melainkan melalui ilustrasi naratif yang salah satunya diaplikasikan pada tabung bambu ( solep ). Ilustrasi naratif berarti ilustrasi yang menggambarkan rentetan (atau suksesi) suatu peristiwa, salah satu contohnya yang paling mudah dikenal adalah relief pada Candi Borobudur).Menurut kepercayaan Dayak, tabung bambu semacam ini digunakan sebagai wadah penyimpanan ilmu pengetahuan dan hal tak kasat mata yang menjaga kesehatan dan kemakmuran pemiliknya. Tabung dihiasi dengan berbagai motif dan ilustrasi dengan tujuan tersebut, juga untuk menjaganya dari roh jahat. Menurut kepercayaan Dayak, dunia terbagi menjadi tiga alam: dunia atas, dunia manusia, dan dunia bawah (air). Tabung bambu ini memperlihatkan ikonografi atau simbol keagamaan Dayak Ngaju tersebut. Ilustrasi ini harus dibaca dengan cara sedemikian rupa, dengan diputar dan dibalik. Satu bagian menunjukkan adegan upacara kematian "...
Selama ini yang kita ketahui tempat pemakaman akhir suku Dayak adalah SANDUNG – sebuah bangunan berbentuk rumah kecil untuk menaruh tulang belulang setelah melewati prosesi penyucian yang disebut TIWAH. Tetapi di Desa Tewang Rangkang, Kabupaten Katingan atau sekitar 1,5 jam perjalanan dari kota Palangkaraya, terdapat cara penguburan yang unik dan berbeda dengan Suku Dayak yang ada disepanjang aliran Sungai Kahayan, penguburan ini hanya dikenal oleh Suku Dayak Katingan – Sub Suku Dayak Ngaju. Penguburan ini dikenal dengan nama PAMBAK berupa bangunan dimana didalamnya terdapat peti mati yang tidak ditimbun tanah dan disertakan barang-barang orang yang sudah meninggal ini. Desa ini bisa dikembangkan menjadi desa Wisata alam dan Wisata Mistis jika pemerintah Daerah dengan serius ingin mengembangkannya. Berikut ini foto Pambak yang didokumentasikan salah satu anggota Folks Of Dayak (Depi Natalia):
Berdasarkan informasi dari Pak Genefo L. Amin salah satu anggota group Folks Of Dayak yang berdomisili di Murung Raya, Kalimantan Tengah. Ia bersama teamnya menemukan suatu kuburan Dayak tua di sebuah gua, panjang Tabala atau peti mati ini sekitar 4 meter. Sudah tidak ditemukan lagi tulang-belulangnya, mungkin sudah banyak dicuri. Saat ini masih belum adanya perhatian dari instansi terkait untuk menjadikan situs ini sebagai cagar budaya. Berikut dokumentasi penemuan Tabala di Goa Bangirang, Hulu Sungai Busang Kabupaten Murung Raya, Provinsi Kalimantan Tengah: Sumber: https://folksofdayak.wordpress.com/2014/02/01/penemuan-tabala-kuburan-dayak-sepanjang-4-meter-di-murung-raya/
Menghentak Bumi oleh telapak bara Menarik tariu dari puncak telaga Menjaga tanah dan rumah pusaka Gertakan laga dari Borneo tercinta Berterik lantang sang Dayak sejati Menenteng perisai pelindung diri Bermata tajam si Mandau ngeri Gesit sekilat maju berlari Dentuman gendang nan garang Nyaring melengking alunan gong Bertabuh raya kulit gendang Membakar laju semangat perang menghadang ” OOOOOO….HAAAAAAAAAAAAAAAAAA…………..!!!!!!!!!!!” sumber: https://folksofdayak.wordpress.com/2014/03/22/puisi-kalimantan-pulau-dayak/ #SBJ