Pustaka Rajya-Rajya i Bhumi Nusantara , adalah sebuah karya sastra dalam bahasa Jawa Kuno yang berasal dari Cirebon . Konon karya sastra ini merupakan bagian dari Naskah Wangsakerta yang diprakarsai oleh Panitia Pangeran Wangsakerta . Isi buku ini terutama mengenai sejarah, dan terutama sejarah kerajaan-kerajaan di bumi Nusantara, seperti disebut dalam judulnya. Pustaka Rajya Rajya i Bhumi Nusantara dibagi ke dalam lima "parwa" (bab), yang masing-masing berjudul tersendiri: Pustaka Kathosana Rajyarajya i Bhumi Nusantara Pustaka Rajyawarnana Rajyarajya i Bhumi Nusantara Pustaka Kertajaya Rajyarajya i Bhumi NUsantara Pustaka Rajakawasa Rajyarajya i Bhumi Nusantara Pustaka Nanaprakara Rajyarajya i Bhumi Nusantara Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Pustaka_Rajya_Rajya_i_Bhumi_Nusantara
Dieng Plateau – Negeri Candi, Kawah Vulkanik, Rambut Gimbal hingga Kentang Dieng merupakan negeri candi, kawah vulkanik, kentang, hingga pusat peradaban Jawa. Dataran tinggi (disebut juga plateau atau plato ) adalah dataran yang terletak pada ketinggian di atas 700 meter di atas permukaan laut (mdpl). Untuk itu, dataran tinggi Dieng seringkali disebut Dieng Plateau . Arti kata Dieng sendiri adalah tempat bersemayamnya para Dewa. Dieng berasal dari dua kata sansekerta, di yang berarti tempat, dan hyang yang berarti Dewa pencipta ( di-hyang : dieng). Ketinggian dataran Dieng berkisar 2.565 mdpl yang berada pada enam kabupaten di Jawa Tengah, yaitu Wonosobo, Banjarnegara, Temanggung, Kendal, Batang, dan Pekalongan Keberadaan Candi di dataran tinggi Dieng merupakan sekumpulan candi Hindu beraliran Syiwa yang diperkirakan dibangun antara akhir abad ke-8 sampai awal abad ke-9. Candi-candi di Dieng diduga merupakan candi tertua di Jawa. Sampai saat ini belum...
Prasasti Tri Tepusan adalah prasasti dari zaman Kerajaan Mataram Kuno yang menyebutkan bahwa Sri Kahulunnan pada tahun 842 M menganugerahkan tanahnya di desa Tri Tepusan untuk pembuatan dan pemeliharaan tempat suci Kamulan I Bhumisambhara (kemungkinan besar nama dari candi Borobudur sekarang). Duplikat dan foto dari prasasti ini tersimpan di dalam museum candi Borobudur. sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Prasasti_Tri_Tepusan
Prasasti Tuk Mas (harafiah berarti "mata air emas") adalah sebuah prasasti yang dipahatkan pada batu alam besar yang berdiri di dekat suatu mata air, yang ditemukan di lereng barat Gunung Merapi, tepatnya di Dusun Dakawu, Desa Lebak, Kecamatan Grabag, Magelang. Prasasti Tuk Mas dipahat dengan aksara Pallawa dan dalam bahasa Sanskerta. Bentuk aksaranya lebih muda daripada aksara masa Purnawarman, dan diperkirakan berasal dari sekitar abad ke-6 hingga abad ke-7 M. Aksara prasasti ini sudah banyak yang rusak. Namun bagian yang masih dapat dibaca antara lain menyebutkan adanya sebuah sungai yang mengalir bagaikan Sungai Gangga di India.[5] Pada prasasti ini terdapat pula lukisan alat-alat, seperti trisula, kendi, kapak, sangkha, cakra, dan bunga tunjung. Sumber :https://id.wikipedia.org/wiki/Prasasti_Tuk_Mas
Bukateja adalah salah satu kecamatan di kabupaten Purbalingga Jawa Tengah. Kecamatan Bukateja berbatasan langsung dengan wilayah kabupaten Banjarnegara, di bagian selatan terpisah sungai Serayu antara kecamatan Bukateja dengan kecamatan Purworejo Klampok. Ternyata di Bukateja terdapat temuan arkeologi jaman pararaja klasik berupa prasasti logam emas yang dikenal sebagai Prasasti Bukateja. Yang lebih menarik perhatian, Prasasti Bukateja ini menggunakan bahasa Melayu. Menjadi pertanyaan besar mengapa ada prasasti berbahasa Melayu di daerah Bukateja, Purbalingga, Jawa Tengah. Beberapa sejarawan menafsirkan bahwa keberadaan prasasti berbahasa Melayu di Bukateja menunjukkan bahwa pada suatu ketika kerajaan Sriwijaya pernah menguasai Jawa Tengah dan mendirikan pusat pemerintahan perwakilan di daerah Purbalingga.Ini tentu butuh kajian lebih lanjut. Yang pasti, berdasarkan data sejarah yang ada, pararaja tanah Jawa baik Jawa Timur maupun Jawa Tengah dan Jawa Barat, cenderung...
Prasasti Gandasuli merupakan prasasti peninggalan Kerajaan Mataram Kuno ketika dikuasai oleh Wangsa Syailendra. Prasasti ini ditemukan di reruntuhan Candi Gondosuli, di Desa Gondosuli, Kecamatan Bulu, Temanggung, Jawa Tengah. Yang mengeluarkan adalah anak raja (pangeran) bernama Rakai Rakarayan Patapan Pu Palar, yang juga adik ipar raja Mataram, Rakai Garung. Prasasti Gandasuli terdiri dari dua keping, disebut Gandasuli I (Dang pu Hwang Glis) dan Gandasuli II (Sanghyang Wintang). Ia ditulis menggunakan bahasa Melayu Kuno dengan aksara Kawi (Jawa Kuno), berangka tahun 792M. Teks prasasti Gandasuli II terdiri dari lima baris dan berisi tentang filsafat dan ungkapan kemerdekaan serta kejayaan Syailendra. sumber : http://www.wikiwand.com/id/Prasasti_Gandasuli
Prasasti Raja Sankhara adalah prasasti yang berasal dari abad ke-8 masehi yang ditemukan di Sragen, Jawa Tengah. Prasasti ini kini hilang tidak diketahui di mana keberadaannya.[1] Prasasti ini pernah disimpan oleh museum pribadi, Museum Adam Malik, namun diduga ketika museum ini ditutup dan bangkrut pada tahun 2005 atau 2006, koleksi-koleksi museum ini dijual begitu saja tanpa sepengetahuan pemerintah dan Direktorat Permuseuman, termasuk prasasti ini. Foto prasasti ini ditampilkan di buku Sejarah Nasional jilid 2. ISI PRASASTI Dalam prasasti itu disebutkan seorang tokoh bernama Raja Sankhara berpindah agama karena agama Siwa yang dianut adalah agama yang ditakuti banyak orang. Raja Sankhara pindah agama ke Buddha karena di situ disebutkan sebagai agama yang welas asih. Sebelumnya disebutkan ayah Raja Sankhara, wafat karena sakit selama 8 hari. Karena itulah Sankhara karena takut akan ‘Sang Guru’ yang tidak benar, kemudian meninggalkan agama Siwa, menjadi pemelu...
Prasasti Pakubuwana X ini, ditaruh di gapura-gapura yang berada di wilayah Kasunanan Surakarta. Prasasti-prasasti ini ditulis pada tahun 1938. Alihaksara Ejaan Normal Kapareng ing Karsa Dalem Sampéyan Dalem Ingkang Sinuhun ingkang minulya saha ingkang wicaksana Kangjeng Susuhunan Pakubuwana Sénapati Ingalaga Ngabdurrahman Sayidin Panatagama Ingkang kaping X ayasa gapura punika. Amarengi ing dinten Senèn Wagé tanggal sapisan wulan Saban tahun Jimawal angka 1869 wuku prangbakat Dewi Sri, Tulus, Tungle, Wasesa Sagara, Sanggar Waringin wanci jam 12 siyang. Sinengkalan: "Gapura rinengga samadyaning praja." Utawi kaping 26 September 1938, sinengkalan: "Esthi uninga gapuraning ratu Maka karena berhubung kehendak dia Sri Baginda Yang Mulia dan Yang Bijaksana, Sri Susuhunan Pakubuwana Senapati Ingalaga Ngabdurrahman Sayidin Panatagama Yang ke-X, gapura ini dibangun. Kala itu terjadi pada hari Senin Wage, tanggal 1 bulan Saban, tahun Jimawal, 1869 A....
Prasasti Ngadoman Prasasti Ngadoman peninggalan Kerajaan Mataram kuno yang melegenda berikutnya adalah prasasti Ngadoman. Prasasti Ngadoman ini sangatlah penting karena diperkirakan merupakan perantara antara aksara Budha dengan aksara kawi. Isi Prasasti Ngadoman ‘ong sri sarasoti kreta wukir hadi damalung uri ping buwana ‘añakra murusa patirtan palemaran hapan yang widi hani déni yang raditya yang wulan hanele ‘i halahayu ni dewamanusa yang hanut yang hagawe bajaran tapak tangtu kabah.ha deni dewamanusa muwah. sang tumon sangng amanah arenge luputa ring ila ila pad.a kadelana tutur jati yén ana ngabah ta  ...